google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Pertamina Delays Imports of LNG - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Saturday, July 15, 2017

Pertamina Delays Imports of LNG



PT Pertamina will not increase imports of liquefied natural gas / LNG. This follows a government statement on gas imports that have not been needed until 2020.

Vice President of Pertamina LNG Didik Sasongko said based on the latest developments, the gas requirement for gas project in the 35 Million Megawatt (MW) program is expected to occur in 2020, retreating from early prediction in 2019. This prompted the company to refrain from signing the contract Import of new LNG for a while.

"We hold first, see the economic development and gas needs," he said in Gas Indonesia Summit and Exhibition 2017 in Jakarta, Thursday (13/7).

He explained that the company previously signed the LNG import contract because the PLTG with a total capacity of 14 thousand MW in the 35 Million MW Program will boost national gas demand by 1,100 million cubic feet per day / mmscfd. If there is no guarantee of gas supply, these projects are difficult to continue because they can not enter the Final Investment Decision / FID stage.

"If you do not want to secure (gas supply), how can FID power plant? Therefore we prepare imports, "he said.

Regarding LNG that has been contracted, it will not be a burden for the company. If it is not absorbed by domestic consumers, it will market this LNG in the international market. Pertamina is now looking for a market. Japan as the largest LNG consumer country has always been an attractive market. In addition, there are new markets such as Bangladesh, Pakistan, Myanmar and the Philippines. Even the company already has an agreement with the buyer.

"There is an agreement, but I can not mention it," said Didik. Alluded to the buyer country, he just answered to the whole world. "Along the way from the United States to Indonesia, we must have a market there," he said.

Based on the record, Pertamina has signed three LNG import contracts. Pertamina has signed a gas sale and purchase agreement with Cheniere Energy Inc. subsidiary Corpus Christi Liquefaction Liability Company to supply 0.76 million tonnes per year of LNG from 2019 for 20 years. Pertamina has also contracted with Cheniere Energy with the same volume but starts in 2018 with a duration of 20 years.

Then, Pertamina has contracted with Woodside with a volume of about 0.6 million tons per year which can be increased to 1.1 million tons per year. The supply of 0.6 million tons per year starts shipping from 2022 to 2034 and can be increased to 1.1 million tons per year in 2024-2038.

Finally, the company has an agreement (head of agreement / HoA) with ExxonMobil to supply 1 million tons per year for 20 years starting from 2025.

The purchase and sale of LNG in the international market is in line with Pertamina's policy to become an energy supplier that can guarantee supply resilience and mitigate risks. This does not mean that the company will be purely operating as a trading arm.

"But we must have a trading arm or portfolio player for security of supply or efficiency of supply," he said.

Building Infrastructure

Although not adding imports, Didik said it will continue to build LNG regasification facilities.

"There are several regasifikasi, such as in Cilacap, East Java and East Java. But [its development] depends on development Economic, "he said.

Senior Expert of Gas and Power Wood Mackenzie Edi Saputra revealed, based on the study of its institutions, Indonesia will need gas imports in 2020 and 2025. Thus, Indonesia does not need long-term LNG import contracts. However, Indonesia needs to build a regasification facility.

Regasification development should be done considering the growing need of LNG, from now 2.8 million tons per year, to 5 million tons per year by 2020, and reaching 15 million tons per year by 2030.

"With the growth of LNG demand, it will require a new regasification infrastructure. Otherwise, can not fulfill Demand, "he explained.

IN INDONESIA

Pertamina Tunda lmpor LNG


PT Pertamina belum akan menambah impor gas alam cair/LNG. Hal ini menyusul pernyataan pemerintah mengenai impor gas yang belum diperlukan hingga 2020.

Vice President LNG Pertamina Didik Sasongko menuturkan, berdasarkan perkembangan terbaru, kebutuhan gas untuk proyek pembangkit listrik tenaga gas dalam Program 35 Ribu Megawatt (MW) diperkirakan akan terjadi pada 2020, mundur dari prediksi awal pada 2019. Hal ini membuat perseroan menahan untuk tidak meneken kontrak impor LNG baru untuk sementara waktu.

“Kami hold dulu, melihat perkembangan ekonomi dan keperluan gasnya,” kata dia dalam Gas Indonesia Summit and Exhibition 2017 di Jakarta, Kamis (13/7).

Dia menjelaskan, perseroan sebelumnye telah meneken kontrak impor LNG karena PLTG dengan total kapasitas 14 ribu MW dalam Program 35 Ribu MW bakal mendongkrak kebutuhan gas nasional sebesar 1.100 juta kaki kubik per hari/mmscfd.  Jika tidak ada jaminan pasokan gas, proyek-proyek ini sulit dilanjutkan karena tidak bisa masuk tahap Keputusan Investasi Akhir/FID. 

“Kalau tidak mau secure (pasokan gasnya), bagaimana bisa FID itu power plant? Oleh karena itu kami siapkan impor," ujarnya.

Terkait LNG yang telah dikontrak, disebutnya tidak akan menjadi beban bagi perseroan. Jika memang tidak terserap oleh konsumen domestik, pihaknya akan memasarkan LNG ini di pasar internasional. Pertamina kini sedang mencari pasar. Jepang sebagai negara konsumen LNG terbesar selalu menjadi pasar yang menarik. Selain itu, terdapat pasar-pasar baru seperti Bangladesh, Pakistan, Myanmar, dan Filipina. Bahkan  perseroan sudah punya kesepakatan dengan pembeli. 

“Sudah ada agreement, tapi tidak mungkin saya sebutkan,” kata Didik.  Disinggung negara pembelinya, dia hanya menjawab ke seluruh dunia.  “Sepanjang perjalanan dari Amerika Serikat sampai Indonesia, kami harus punya pasar di situ,” tuturnya.

Berdasarkan catatan, Pertamina telah meneken tiga kontrak impor LNG. Pertamina telah menandatangani perjanjian jual beli gas (PJBG) dengan anak usaha Cheniere Energy Inc yakni Corpus Christi Liquefaction Liability Company untuk memasok 0,76 juta ton per tahun LNG mulai 2019 selama 20 tahun. Pertamina juga sudah berkontrak dengan Cheniere Energy dengan volume yang sama namun dimulai pada 2018 dengan durasi 20 tahun.

Kemudian, Pertamina telah berkontrak dengan Woodside dengan volume sekitar 0,6 juta ton per tahun yang bisa ditingkatkan menjadi 1,1 juta ton per tahun. Pasokan 0,6 juta ton per tahun mulai dikirim 2022-2034 dan bisa ditingkatkan menjadi 1,1 juta ton per tahun pada 2024-2038. 

Terakhir, perseroan memiliki kesepakatan (head of agreement/HoA) dengan ExxonMobil untuk pasokan sebanyak 1 juta ton per tahun selama 20 tahun mulai 2025.

Pembelian dan penjualan LNG di pasar internasional ini sejalan dengan kebijakan Pertamina untuk menjadi energy supplier yang dapat menjamin ketahanan pasokan dan memitigasi resiko. Hal ini bukan berarti perseroan akan murni menjalankan fungsi sebagai perusahaan dagang (trading arm). 

“Tetapi kami harus ada trading arm atau portfolio player untuk security of supply atau efficiency of supply,” tegas dia.

Membangun Infrastruktur 

Meski tidak menambah impor, Didik menuturkan pihaknya akan tetap membangun fasilitas regasifikasi LNG. 

“Ada beberapa regasifikasi, seperti di Cilacap, Jawa Timur dan Jawa Timur. Tetapi [pembangunannya] tergantung dari perkembangan
ekonomi,” kata dia. 

Senior Expert Gas and Power Wood Mackenzie Edi Saputra mengungkapkan, berdasarkan kajian lembaganya, Indonesia akan membutuhkan impor gas pada 2020 dan 2025. Sehingga, Indonesia belum perlu kontrak impor LNG jangka panjang. Meski demikian, Indonesia perlu membangun fasilitas regasifikasi.

Pembangunan regasifikasi harus dilakukan mengingat kebutuhan LNG terus membesar, yakni dari saat ini 2,8 juta ton per tahun, menjadi 5 juta ton per tahun pada 2020, dan mencapai 15 juta ton per tahun pada 2030. 

“Dengan pertumbuhan LNG demand tentunya dibutuhkan infrastruktur regasifikasi yang baru. Kalau tidak, tidak bisa memenuhi
demand,” jelasnya.

Investor Daily,  Page-9, Friday, July 14, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel