google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Realization of Oil and Gas Investment Reaches US $ 3.98 Billion - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Friday, July 7, 2017

Realization of Oil and Gas Investment Reaches US $ 3.98 Billion



Upstream oil and natural gas investment continues to fall annually. Special Unit for Upstream Oil and Gas Upstream Activities (SKK Migas) recorded the realization of upstream oil and gas investment in the first half of this year only US $ 3.98 billion, down from the same period last year of US $ 5.65 billion.

Head of SKK Migas Amien Sunaryadi said the upstream oil and gas investment this year is targeted to reach US $ 13.8 billion. However, the realization of investment until June was only US $ 3.98 billion or 28% of the target. This realization is admittedly not in accordance with the expected side.

"Whereas upstream oil and gas investment is important for the country, because it has a significant trickle down effect. Because if the upstream oil and gas investment is small, then spending to supporting industries is also small, "he said in a press conference in Jakarta, Thursday (6/7).

He said, many things that cause low realization of this upstream oil and gas investment. One reason is the price of crude oil that has not changed much. With current oil prices, oil and gas investors are said to be hesitant to invest in exploration activities. In fact, if there is no discovery of oil and gas reserves, investors will also not be sure in issuing funds for
development.

As regards the issuance of several new regulations over the past few days, Amien has denied this is suppressing oil and gas investment. Regulations affecting current oil and gas investments are greater due to long-standing regulations, one of which is Government Regulation No. 79/2010 which regulates the cost recovery and taxation of upstream oil and gas business.

These factors determine the economic calculations of oil and gas projects. So there are some delayed or even delayed oil and gas projects. This is reflected from the data of SKK Migas survey and drilling activities. 

     To Last June, 2D seismic survey activity was only 3,432 kilometers (km) or 12% of the target of 10,248 km, 3D seismic survey 330 square kilometers or 13% of the target of 6,566 square kilometers, exploration drilling 29 wells of 138 well targets, well development drilling 74 Wells from the target of 223 wells, and the realization of new well work work of 351 activities from the target 907 activities.

2D & 3D Seismic Survey

However, Amien expects oil and gas investment to improve in the second half following the issuance of Government Regulation 27/2017 which is a revision of Government Regulation 79/2010. "This is out of Government Regulation 27/2017 hopefully can encourage the growth of upstream oil and gas investment," he said.

SPECULATIVE SEISMIC SURVEY

Deputy Operations Fataryani Abdurahman added that there are additional investments from two large oil and gas projects that will commence in the second half of this year. First, the drilling project of two wells in Ketapang Field, Bukit Tua Block by Petronas Carigali with the project resulted in an additional 8 thousand barrels per day (bph).

Next is Sturdy and Kelok Projects by Chevron Pacific Indonesia which will add 2,600 bph oil production. Chevron will also work on the addition of water injection facility in Petapahan with projected production of 3 thousand bpd.

 "Our Ketapang project is being coordinated to start in September or later this year. Meanwhile Project Sturdy and Kelok is targeted to start activities in September or October, "he explained.

Exceeded Target

Nevertheless, state revenues from upstream oil and gas sector in the first half of 2017 actually exceeded the target. As of June, SKK Migas noted that state revenues from upstream oil and gas sector reached US $ 6.48 billion, or about 59 percent of the target in the 2017 State Budget (APBN) of US $ 10.91 billion.

"We are optimistic the end of the year could exceed the target with significant numbers," said Amien.

SKK Migas can also reduce the number of operating costs returned (cost recovery). From the pegged figure of US $ 10.49 billion, the realization of cost recovery cost until last June was at US $ 4.87 billion or 46%. To date, the largest cost component is for production operations, reaching US $ 2.35 billion or 48%. While the second largest US $ 1.38 is for depreciation.

"Only if the cost recovery should be maintained because it is still worrying, because the cost recovery will be big in November-December, especially from the depreciation of Mahakam Block and Jangkrik Field," said Amien. The cost recovery of the Mahakam block is estimated at US $ 900 million.

The Mahakam Block

Furthermore, the realization of oil and gas production until the first semester ago is also quite good. According to Amien, by the end of June, the average lifting of petroleum was 802 thousand bpd or 98% of the target of APBN 2017 which amounted to 815 thousand bpd. For natural gas, the actual lifting is 6,338 million standard cubic feet per day / MMscfd or about 98% of the target of 6,440 MMscfd. Overall, the achievement of Indonesia's oil and gas lifting as of June 30, 2017 is 1,934 thousand barrels of oil equivalent per day.

He explained that four of the 10 largest Production Sharing Contractors (KKKS) for petroleum that account for about 86% of national production, exceeded the target. These four companies are Total E & P lndonesie, Medco Natuna, PC Ketapang II Ltd, and VICO.

Meanwhile, five of the 10 largest Production Sharing Contractors of natural gas which accounted for 80% of national production, exceeded the target of Total E & P Indonesie, JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi, Premiere Oil Natuna Sea BY Medco Natuna, and Vico.

 "SKK Migas will focus on resolving the obstacles faced by the 10 large-scale contractors in order to achieve production and lifting target" he said.

Optimizing the production and absorption of natural gas by domestic stakeholders is a priority in the second half of 2017.

IN INDONESIA


Realisasi Investasi Migas Capai US$ 3,98 Miliar


Investasi sektor hulu minyak dan gas bumi nasional terus turun setiap tahunnya. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi investasi hulu migas semester pertama tahun ini hanya US$ 3,98 miliar turun dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 5,65 miliar. 

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, investasi hulu migas pada tahun ini ditargetkan mencapai US$ 13,8 miliar. Namun, realisasi investasi hingga Juni lalu hanya sebesar US$ 3,98 miliar atau 28% dari target. Realisasi ini diakuinya memang tidak sesuai dengan yang diharapkan pihaknya.

“Padahal investasi hulu migas penting buat negara, karena punya trickle down effect yang signifikan. Karena kalau investasi hulu migas kecil, maka belanja ke industri pendukung juga kecil,” kata dia dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (6/ 7).

Dikatakannya, banyak hal yang menjadi penyebab rendahnya realisasi investasi hulu migas ini. Salah satu penyebabnya yakni harga minyak mentah yang belum banyak berubah. Dengan harga minyak saat ini, investor migas disebutnya ragu-ragu untuk investasi di kegiatan eksplorasi. Padahal, jika tidak ada penemuan cadangan migas, investor juga tidak akan yakin dalam mengeluarkan dana untuk
pengembangan.

Soal terbitnya beberapa peraturan baru beberapa waktu terakhir, Amien membantah hal ini menekan investasi migas. Regulasi yang berdampak pada investasi migas saat ini lebih besar disebabkan oleh regulasi-regulasi yang telah terbit sejak lama, salah satunya Peraturan Pemerintah No 79 Tahun 2010 yang mengatur soal cost recovery dan perpajakan dalam usaha hulu migas.

Berbagai hal ini menentukan kalkulasi keekonomian proyek migas. Sehingga ada beberapa proyek migas yang tertunda atau malah belum dilaksanakan. Hal ini tergambar dari data pelaksanaan kegiatan survei dan pengeboran yang dimiliki SKK Migas. 

     Sampai Juni lalu, kegiatan survei seismic 2D hanya sepanjang 3.432 kilometer (km) atau 12% dari target 10.248 km, survei seismic 3D 330 kilometer persegi atau 13% dari target 6.566 kilometer persegi, pengeboran eksplorasi 29 sumur dari target 138 sumur, pengeboran sumur pengembangan 74 sumur dari target 223 sumur, dan realisasi kegiatan kerja ulang (workover) sumur baru 351 kegiatan dari target
907 kegiatan.

Meski demikian, Amien berharap investasi migas akan membaik di semester kedua ini menyusul diterbitkannya Peraturan Pemerintah 27/2017 yang merupakan revisi dari Peraturan Pemerintah 79/2010. “Ini sudah keluar Peraturan Pemerintah 27/ 2017 semoga dapat mendorong menumbuhkan investasi hulu migas,” ujarnya.

Deputi Operasi Fataryani Abdurahman menambahkan, terdapat investasi tambahan dari dua proyek migas yang cukup besar yang akan dimulai pengerjaannya pada semester kedua tahun ini. Pertama, proyek pemboran dua sumur di Lapangan Ketapang, Blok Bukit Tua oleh Petronas Carigali yang diproyek menghasilkan tambahan 8 ribu barel per hari (bph). 

Berikutnya adalah Proyek Kokoh dan Kelok oleh Chevron Pacific Indonesia yang akan menambah produksi minyak 2.600 bph. Chevron juga akan mengerjakan proyek penambahan fasilitas water injection di Petapahan dengan proyeksi produksi 3 ribu bph.

 “Proyek Ketapang kami sedang koordinasikan agar dapat dimulai September atau paling lambat akhir tahun ini. Sementara Proyek Kokoh dan Kelok ditargetkan start kegiatan di September atau Oktober,” jelas dia.

Lampaui Target

Meski demikian, penerimaan negara dari sektor hulu migas pada semester pertama 2017 ini justru melebihi target. Per Juni lalu, SKK Migas mencatat realisasi penerimaan negara dari sektor hulu migas mencapai US$6,48 miliar atau sekitar 59% dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 sebesar US$10,91 miliar. 

“Kami optimis akhir tahun bisa melebihi target dengan angka cukup signifikan,” kata Amien.

SKK Migas juga bisa menekan angka biaya operasi yang dikembalikan (cost recovery). Dari angka yang dipatok sebesar US$10,49 miliar, realisasi biaya cost recovery sampai Juni lalu berada pada posisi US$4,87 miliar atau 46%. Hingga saat ini, komponen biaya terbesar adalah untuk operasi produksi, yakni mencapai US$ 2,35 miliar atau sebesar 48%. Sementara kedua terbesar US$ 1,38 yaitu untuk depresiasi. 

“Hanya kalau cost recovery ini harus kami jaga karena masih mengkhawatirkan, karena cost recovery akan masuk dalam jumlah besar di November-Desember, terutama dari depresiasi Blok Mahakam dan Lapangan Jangkrik,” tutur Amien. Cost recovery Blok Mahakam ini diperkirakan sebesar US$ 900 juta.

Selanjutnya, realisasi produksi migas sampai semester pertama lalu juga cukup bagus. Menurut Amien, per akhir Juni, rata-rata lifting minyak bumi tercatat sebesar 802 ribu bph atau 98% dari target APBN 2017 yang sebesar 815 ribu bph. Untuk gas bumi, realisasi liftingnya sebesar 6.338 million standard cubic feet per day/MMscfd atau sekitar 98% dari target yang sebesar 6.440 MMscfd. Secara keseluruhan, pencapaian lifting migas Indonesia per 30 Juni 2017 adalah 1.934 ribu barel setara minyak per hari.

Dia menjelaskan, empat dari 10 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) produksi terbesar untuk minyak bumi yang menyumbang sekitar 86% produksi nasional, berhasil melebihi target. Keempat perusahaan ini adalah Total E&P lndonesie, Medco Natuna, PC Ketapang II Ltd, dan VICO. 

Sementara, lima dari 10 Kontraktor KKS produksi terbesar gas bumi yang menyumbang 80% produksi nasional, berhasil melampui target, yaitu Total E&P Indonesie, JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi, Premiere Oil Natuna Sea BY Medco Natuna, dan Vico.

 “SKK Migas akan fokus menyelesaikan kendala yang dihadapi 10 kontraktor KKS besar tersebut agar target produksi maupun lifting dapat tercapai" katanya. 

Optimalisasi produksi dan penyerapan Gas Bumi oleh stakeholder domestik menjadi prioritas pada semester kedua 2017 ini.

Investor Daily, Page-9, Friday, July 7, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel