google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Gas prices Jambaran Project Blue-flung US $ 76 / MMBTU - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wednesday, August 2, 2017

Gas prices Jambaran Project Blue-flung US $ 76 / MMBTU



The government said it had no gas price agreement for Project Jambaran-flung Blue, which was US $ 7.6 million british thermal unit / mmbtu without esklasi. Minister of Energy and Mineral Resources (EMR) Ignatius Jonan said that there is no longer a problem with the continuation of Project Blue Jambaran-flung. PT Pertamina and PT PLN have agreed on the price of gas from the project.

"PLN will buy from there, at the plant gate (receiving station in the power plant) gas price of US $ 7.6 per mmbtu flat (without escalation)," he said

The price scale is different from that assumed in the plan of development / POD US $ 8 per mmbtu at the well head. Assuming gas prices and the contract period until 2035, the POD predicted revenue from this project to reach US $ 12.97 billion. Acceptance of these, as many as 45.8% belongs to the government, 24.5% of the PSC, and a 29.7% return for the operating costs (cost recovery).

Jambaran is part of the Cepu Block which is operated by ExxonMobil. However, for projects Jambaran-flung Blue, EPC as part of the operator lamparannya connected with the Blue flung owned PT Pertamina EP Currently, the ownership rights to participation in Cepu own 45% of the EPC, Ampolex 24.5%, ExxonMobil 20.5 %, and ROE of 10%.

For their own development, the plan was drilling six development wells and construction of processing facilities and its supporters. Total investment is projected to reach US $ 2.056 billion, or around Rp 28 trillion details of US $ 279.5 million for the cost of the well and US $ 1,777 billion for production facilities.

With lower gas prices, the project is a matter of economics Jambaran-flung Blue also changed. Earlier, President Director of Pertamina EP Cepu Adriansyah said, based on the prediction that the price of gas suitable for the project is estimated at US $ 7 per million British thermal unit (mmbtu) with the escalation of 2% per year at the wellhead. With this benchmark, the price of gas in electricity generation could be around US $ 8.5 per mmbtu.

It is, according to Pertamina's upstream director Syamsu Alam, which makes ExxonMobil does not want to get involved in the project Jambaran-flung Blue. For it, Pertamina must take stock participation in Jambaran. However, it took few incentives to be able to buy with the price offered by ExxonMobil.

"Some of the incentives that we asked, one issue split. We want to split change, "said Alam.

He explains, this change split remember ExxonMobil is no longer involved in the project. Previously, the project Jambaran-flung Blue, the results for the government and Pertamina namely 60:40. while with ExxonMobil 65:35. The composition of the split is expected to be changed because there is no longer at the ExxonMobil Jambaran.

"If we take stock participation of ExxonMobil, who has split Exxon in Jambaran same with us," he said.

Project Jambaran-flung Blue have started this year in order to be able to operate in 2020. Jambaran-flung Blue can produce gas to 320 million cubic feet per day / MMSCFD. But the carbon dioxide content of 30%, net gas that can be used just about 180-185 MMSCFD.

As is known, through its subsidiary, PT Pertamina EP Cepu (PEPC), intends to acquire a participating interest in ExxonMobil projects Jambaran flung Blue to ensure the project can begin producing oil and gas (on stream) in 2020. It is a follow-up letter from the Minister of Energy and Mineral Resources No 9/13 / MEM.M / 2017 dated 3 January 2017 ordered Pertamina to develop a full and complete field JTB discussions with ExxonMobil through schemes business (business to business / b to b)

IN INDONESIA

Harga Gas Proyek Jambaran-Tiung Biru US$ 76/MMBTU


Pemerintah menyatakan telah ada kesepakatan harga gas untuk Proyek jambaran-Tiung Biru yakni sebesar US$ 7,6 juta british thermal unit/mmbtu tanpa esklasi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menuturkan tidak ada lagi masalah dengan kelanjutan Proyek Jambaran-Tiung Biru. PT Pertamina dan PT PLN telah menyepakati harga gas dari proyek ini. 

“PLN akan membeli dari situ, di plant gate (stasiun penerima di pembangkit listrik) harga gasnya US$ 7,6 per mmbtu flat (tanpa eskalasi)" kata dia 

Besaran harga ini berbeda dengan yang diasumsikan dalam plan of development/POD US$ 8 per mmbtu di kepala sumur. Dengan asumsi harga gas ini dan masa kontrak hingga 2035, dalam POD diprediksi penerimaan dari proyek ini mencapai US$ 12,97 miliar. Dari penerimaan tersebut, sebanyak 45,8% menjadi milik pemerintah, 24,5% bagian kontraktor KKS, dan 29,7% untuk pengembalian biaya operasi (cost recovery).

Jambaran merupakan bagian dari Blok Cepu yang dioperasikan oleh ExxonMobil. Namun, untuk Proyek Jambaran-Tiung Biru, PEPC menjadi operator karena sebagian lamparannya terhubung dengan Lapangan Tiung Biru milik PT Pertamina EP Saat ini, untuk kepemilikan hak partisipasi di Blok Cepu sendiri yakni PEPC 45%, Ampolex 24,5%, ExxonMobil 20,5%, dan BUMD 10%.

Untuk pengembangannya sendiri, rencananya dilakukan pengeboran enam sumur pengembangan dan pembangunan fasilitas pengolahan dan pendukungnya. Total investasi diproyeksikan sebesar US$ 2,056 miliar atau sekitar Rp 28 triliun dengan rincian US$ 279,5 juta untuk biaya sumur dan US$ 1,777 miliar untuk fasilitas produksi.

Dengan harga gas lebih rendah, maka hitungan keekonomian Proyek Jambaran-Tiung Biru juga berubah. Sebelumnya, Presiden Direktur Pertamina EP Cepu Adriansyah menuturkan, berdasarkan hitungannya harga gas yang cocok agar proyek ini ekonomis yakni US$ 7 per juta british thermal unit (mmbtu) dengan eskalasi 2% per tahun di kepala sumur. Dengan patokan ini, harga gas di pembangkit listrik PLN bisa menjadi sekitar US$ 8,5 per mmbtu.

Hal inilah, menurut Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam, yang membuat ExxonMobil tidak ingin lagi terlibat dalam Proyek Jambaran-Tiung Biru. Untuk itu, Pertamina perlu mengambil alih saham partisipasi di Jambaran. Namun, pihaknya butuh beberapa insentif untuk dapat membeli dengan harga yang ditawarkan ExxonMobil. 

“Beberapa insentif yang kami minta, salah satunya masalah split. Kami ingin splitnya berubah,” tutur Alam.

Dia menjelaskan, perubahan split ini mengingat ExxonMobil tidak lagi terlibat dalam proyek. Sebelumnya, pada Proyek Jambaran-Tiung Biru ini, bagi hasil antara pemerintah dan Pertamina yakni 60:40. sementara dengan ExxonMobil 65:35. Komposisi split ini diharapkan dapat berubah lantaran tidak ada lagi ExxonMobil di Lapangan Jambaran.

“Kalau kami ambil saham partisipasi ExxonMobil, splitnya yang punya Exxon di Jambaran sama dengan kami,” ujar dia.

Proyek Jambaran-Tiung Biru harus dimulai tahun ini agar dapat operasi pada 2020. Lapangan Jambaran-Tiung Biru bisa menghasilkan gas hingga 320 juta kaki kubik per hari/mmscfd. Namun dengan kandungan karbondioksida sebesar 30%, gas bersih yang bisa digunakan hanya sekitar 180-185 mmscfd.

Seperti diketahui, Pertamina melalui anak usahanya, PT Pertamina EP Cepu (PEPC) , berniat mengambilalih hak partisipasi ExxonMobil di Proyek Jambaran Tiung Biru untuk  memastikan proyek tersebut dapat mulai menghasilkan migas (on stream) pada 2020. Hal ini adalah sebagai tindak lanjut Surat Menteri ESDM No 9/13/MEM.M/2017 tertanggal 3 Januari 2017 yang memerintahkan Pertamina untuk mengembangkan secara penuh lapangan JTB dan menyelesaikan pembahasan dengan ExxonMobil melalui skema bisnis (business to business/b to b)

Investor Daily, Page-11, Wednesday, August 2, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel