google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 IEA: OPEC's OPEC proxy for more deals - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Monday, August 14, 2017

IEA: OPEC's OPEC proxy for more deals



The International Energy Agency (IEA) reported on Friday that the Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) produced more oil in July 2017 as global oil supplies rose for the third consecutive month. The increase in production figures raises doubts about the continuation to keep the promise of reducing production with the aim of raising prices.

OPEC and other oil producers including Russia reached an agreement late last year to cut output to ease oversupply and boost crude prices. Then at the May meeting, they decided again to extend the reduction of oil production until 2018. However, efforts were disrupted by a number of countries that failed to keep their promises to reduce production.

"The level of compliance with OPEC production decline fell back in July to its latest low of 75% from the June revised figure of 77%," the IEA report said.

As for non-OPEC member countries joining the pact, the IEA continued, the level of compliance rose to 67%. The IEA also found that 22 countries tied to pacts have produced crude oil around 470,000 barrels per day (bpd). The amount exceeded their commitment, while global production reached about 500,000 barrels higher in July, than a year ago.

"If re-balancing is maintained then producers must commit to continue providing support until March 2018, given that markets should be reassured that they are meeting their commitments together. But not yet known clearly Completely, if this is what happened today, "the IEA statement said.

Meanwhile, in its monthly report on the global oil market, the IEA said it still believes in a lack of oil inventories, partly due to faster growing demand.

"There will be greater conviction that rebalancing is permanent, if some oil producers who support a production deal show no signs of weakening their resolve," the IEA statement said.

Saudi Arabia and Iraq as the two largest OPEC producers have pledged on Thursday to strengthen their commitment to production cuts. However, by the time Saudi Arabia had reached its production limit in July, Iraq was able to produce only one-third of the agreed production cuts. The IEA reported.

The IEA also found that global oil supplies rose by almost half a billion barrels per day in July, to 98.16 million bpd. The number is raising the growth forecast for this year's demand to 1.5 bpd to an average daily demand of 96.7 bpd.

"Manufacturers need to find a boost in demand, which is year-on-year (yoy) growth is stronger than expected," the IEA statement said, adding that from the producer's perspective, Strong reducing oversupply.

Agreement on production cuts achieved last year was a form of strategy change by OPEC. Previously Saudi Arabia was pushing to produce as much oil as possible with the aim of extorting competitors at a higher cost, especially US shale oil producers.

IN INDONESIA

IEA : Prooluksi inyak OPEC Lebihi Kesepakatan


Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan pada Jumat (11/8) bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) memproduksi minyak lebih banyak pada Juli 2017 karena persediaan minyak global naik hingga tiga bulan berturut-turut. Kenaikan angka produksi itu memunculkan keraguan tentang kelanjutan untuk menepati janji mengurangi produksi dengan tujuan menaikkan harga.

OPEC dan sejumah produsen minyak lain termasuk Rusia telah mencapai kesepakatan di akhir tahun lalu untuk memangkas produksi untuk mengurangi kelebihan pasokan dan mendongkrak harga minyak mentah. Kemudian pada pertemuan Mei, mereka memutuskan kembali memperpanjang pengurangan produksi minyak hingga 2018. Namun, upaya-upaya itu dikacaukan oleh sejumlah negara yang gagal menepati janji-janji mereka untuk mengurangi produksi.

“Tingkat kepatuhan terhadap penurunan produksi OPEC kembali turun pada Juli ke level terendah terbaru sebesar 75% dari angka revisi Juni, sebesar 77%,” bunyi laporan IEA.

Sedangkan bagi negara-negara bukan anggota OPEC yang bergabung dalam pakta itu, lanjut IEA, tingkat kepatuhannya naik hingga 67%. IEA juga menemukan bahwa 22 negara yang terikat dengan pakta telah menghasilkan minyak mentah sekitar 470.000 barel per hari (bph). Jumlah tersebut melampaui komitmen mereka, sementara produksi global mencapai sekitar 500.000 barel lebih tinggi pada Juli, daripada satu tahun yang lalu.

“Jika rebalancing dipertahankan maka para produsen harus berkomitmen untuk terus memberikan dukungan hingga Maret 2018, mengingat pasar harus diyakinkan bahwa mereka memenuhi komitmennya bersama-sama. Tapi belum diketahui jelas sepenuhnya, jika inilah yang terjadi pada hari ini,” bunyi pernyataan IEA.

Sementara itu, dalam laporan bulanannya mengenai pasar minyak global, IEA menyampaikan bahwa pihaknya masih meyakini kurangnya persediaan minyak, sebagian disebabkan oleh permintaan yang tumbuh lebih cepat.

“Akan ada keyakinan lebih besar bahwa rebalancing terjadi permanen, jika beberapa produsen minyak yang mendukung kesepakatan produksi tidak menunjukkan tanda-tanda tekad mereka melemah,” bunyi pernyataan IEA.

Arab Saudi dan Irak sebagai dua produsen OPEC terbesar telah berjanji pada Kamis (10/8), untuk memperkuat komitmennya terhadap pengurangan produksi. Namun, pada saat Arab Saudi telah mencapai batas produksinya pada Juli, Irak hanya mampu menghasilkan sepertiga dari pengurangan produksi yang disepakati. Demikian lapor IEA.

IEA juga menemukan kalau pasokan minyak global naik hampir setengah miliar barell per hari pada Juli, menjadi 98,16 juta bph. Jumlah tersebut meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan tahun ini menjadi 1,5 bph menuju rata-rata permintaan harian 96,7 bph.

“Para produsen harus menemukan dorongan permintaan itu, yang mana pertumbuhan year-on-year (yoy) nya lebih kuat dari perkiraan semula,” bunyi pernyataan IEA, seraya menambahkan bahwa dari sudut pandang para produsen, pertumbuhan yang kuat mengurangi kelebihan pasokan. 

Kesepakatan pengurangan produksi yang dicapai tahun lalu merupakan bentuk perubahan strategi oleh OPEC. Sebelumnya Arab Saudi mendorong memproduksi minyak sebanyak mungkin dengan tujuan memeras para pesaing dengan biaya lebih tinggi, khususnya produsen minyak shale Amerika Serikat (AS).

Investor Daily, Page-2, Saturday, August 12, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel