PT Pertamina and ExxonMobil have agreed the price of Jambaran Field participation rights at 41.4%. This year, Pertamina will complete the acquisition of ExxonMobil's shares in the field which is part of the Cepu Block.
Deputy Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arcandra Tahar said that the Jambaran-Tiung Field Project can be continued thanks to the cooperation of ExxonMobil as the holder of participation rights in Jambaran. Because the economy of this project does not match their calculations, the US oil and gas company is willing to release its participating rights in Jambaran Field to Pertamina.
"To share ExxonMobil, there is already a price agreement. ExxonMobil sees this Project Jambaran-Tiung Biru national project and wants to help, therefore it wants b to b (business to business) with Pertamina, "he said.
According to Arcandra, ExxonMobil did not participate in the project because the agreed amount of costs did not match the calculations. In the plan of development (POD), the investment value of the Jambaran-Tiung Biru Project reaches US $ 2.1 billion. However, the government together with Pertamina then agreed to streamline the cost to become only US $ 1.8 billion.
"Then Pertamina wants to do another efficiency around US $ 250 million, so the capex / capital investment to US $ 1.54 billion," he said.
Upstream Director of Pertamina Syamsu Alam said, it has not agreed on a single figure with ExxonMobil. However, in the last discussion, has obtained a price range that can be accepted by both parties. It aims to acquire rights
This participation can be signed in the near future.
"The Jambaran-Tiung Biru project must be completed by 2020. So the project should start later this year. So to get started, all agreements must be completed before starting, "he said.
Arcandra added that to assist Pertamina in completing the Jambaran-Tiung Biru Project, the government raised the company's split on the project. Initially, Pertamina's revenue share of 40% and state 60%, then changed to Pertamina 55% and 45% state.
"For the upstream sector, the government decided because here CO2 is high enough, the economy is short, then the revenue share is raised," he said.
The Jambaran-Tiung Biru project itself is the unitization of two fields of different blocks. The Jambaran field is included in the work area of the Cepu Block where Pertamina and ExxonMobil both have the right of participation. Meanwhile, Tiung Biru Field entered PT Pertamina EP area in Jambaran Field, Pertamina and Exxon-Mobil's participation rights at 41.4%. Other shareholders are BUMD 9.2% and PT Pertamina EP 8%.
Immediately PJBG
After the agreement between Pertamina and ExxonMobil, Arcandra said the gas price for the Jambaran-Tiung Biru Project can also be agreed. With investment costs reduced, gas prices can be derived from initially around US $ 9 per mmbtu with a 2% per year escalation to US $ 7.6 per mmbtu in the plant gate over a 30 year contract period.
According to him, the gas price of US $ 8-9 per mmbtu is exceeded high for PT PLN because it will raise the Cost of Production (bpp) of electricity. While the gas price of US $ 7.6 per mmbtu will not affect the change of bpp, so PLN will buy at this price.
"PJBG (Gas Sales and Purchase Agreement) at least one month. But this HoA already has the signature of Minister Ignatius Jonan, so it does not change again, "he said.
PLN will take the gas from this project for 100 million standard cubic per day / mmscfd. Director of Gas Pertamina Yenny Andayani added, it cuts various costs for gas prices can be affordable PLN. The gas price of US $ 7.6 per mmbtu includes the price of upstream gas of US $ 6.7 per mmbtu and the toll fee of US $ 0.9 per mmbtu.
"We strive for unnecessary costs to get the market's acceptable price," he said.
In addition to PLN, the remaining gas from Jambaran-Tiung Biru 72 mmscfd will be channeled to industries in Central Java and East Java.
IN INDONESIA
Pertamina Pastikan Akuisisi Saham ExxonMobil di Jambaran
PT Pertamina dan ExxonMobil telah menyepakati harga hak partisipasi Lapangan Jambaran sebesar 41,4%. Tahun ini juga, Pertamina akan merampungkan akuisisi saham ExxonMobil di lapangan yang merupakan bagian dari Blok Cepu tersebut.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, pengerjaan Lapangan Jambaran-Tiung dapat dilanjutkan berkat kerja sama ExxonMobil selaku pemegang hak partisipasi di Jambaran. Karena keekonomian proyek ini tidak cocok dengan hitungan mereka, perusahaan migas asal Amerika Serikat ini bersedia melepas hak partisipasinya di Lapangan Jambaran ke Pertamina.
“Untuk share ExxonMobil, sudah ada kesepakatan harga. ExxonMobil melihat ini Proyek Jambaran-Tiung Biru proyek nasional dan mau membantu, oleh karena itu mau b to b (business to business) dengan Pertamina,” kata dia.
Menurut Arcandra, ExxonMobil tidak ikut melanjutkan pengerjaan proyek ini karena besaran biaya yang disepakati tidak sesuai hitungannya. Dalam rencana pengembangan (plan of development/ POD), nilai investasi Proyek Jambaran-Tiung Biru mencapai US$ 2,1 miliar. Namun, pemerintah bersama Pertamina kemudian sepakat mengefisienkan biaya hingga menjadi hanya US$ 1,8 miliar.
“Kemudian Pertamina mau melakukan efisiensi lagi sekitar US$ 250 juta, sehingga capex/modal investasi menjadi US$ 1,54 miliar," katanya.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam menuturkan, pihaknya belum menyepakati satu angka pasti dengan ExxonMobil. Namun, dalam diskusi terakhir, sudah diperoleh kisaran harga yang dapat diterima kedua pihak. Pihaknya menargetkan akuisisi hak partisipasi ini dapat diteken dalam waktu dekat.
“Proyek Jambaran-Tiung Biru harus selesai pada 2020. Jadi proyek harus dimulai akhir tahun ini. Sehingga untuk bisa dimulai, semua kesepakatan harus selesai sebelumnya mulai," ujarnya.
Arcandra menambahkan, untuk membantu Pertamina dalam merampungkan Proyek Jambaran-Tiung Biru, pemerintah menaikkan jatah bagi hasil (split) perseroan di proyek tersebut. Awalnya bagi hasil Pertamina yakni sebesar 40% dan negara 60%, kemudian diubah menjadi Pertamina 55% dan negara 45%.
“Untuk sektor hulu, pemerintah memutuskan karena disini CO2 cukup tinggi, keekonomiannya mepet, maka bagi hasilnya dinaikkan,” katanya.
Proyek Jambaran-Tiung Biru sendiri merupakan unitisasi dari dua lapangan dari blok yang berbeda. Lapangan Jambaran masuk dalam wilayah kerja Blok Cepu di mana Pertamina dan ExxonMobil sama-sama memiliki hak partisipasi. Sementara Lapangan Tiung Biru masuk area PT Pertamina EP Khusus di Lapangan Jambaran, hak partisipasi Pertamina dan Exxon-Mobil masing-masing yakni sebesar 41,4%. Sementara pemegang saham partisipasi lain yaitu BUMD 9,2% dan PT Pertamina EP 8%.
Segera PJBG
Setelah adanya kesepakatan antara Pertamina dan ExxonMobil, Arcandra menuturkan harga gas untuk Proyek Jambaran-Tiung Biru juga dapat disepakati. Dengan biaya investasi bisa ditekan, maka harga gas dapat diturunkan dari awalnya sekitar US$ 9 per mmbtu dengan eskalasi 2% per tahun menjadi US$ 7,6 per mmbtu di plant gate sepanjang masa kontrak selama 30 tahun.
Menurutnya, harga gas US$ 8-9 per mmbtu terlampaui tinggi bagi PT PLN karena akan menaikkan Biaya Pokok Produksi (bpp) listrik. Sementara harga gas US$ 7,6 per mmbtu tidak akan berdampak pada perubahan bpp, sehingga PLN mau membeli pada harga ini.
“PJBG (Perjanjian Jual Beli Gas) paling telat satu bulan. Tetapi HoA ini sudah ada tanda tangan Menteri Ignasius Jonan, jadi tidak berubah lagi,” ujarnya.
PLN akan mengambil gas dari proyek ini sebesar 100 million standard cubic per day/ mmscfd. Direktur Gas Pertamina Yenny Andayani menambahkan, pihaknya melakukan pemotongan berbagai biaya agar harga gas dapat terjangkau PLN. Harga gas US$ 7,6 per mmbtu ini dirincinya terdiri dari harga gas hulu US$ 6,7 per mmbtu dan ongkos angkut (toll fee) USS 0,9 per mmbtu.
“Kami berusaha cost-cost yang tidak perlu ditiadakan untuk dapatkan harga yang bisa diterima pasar,”
Selain ke PLN, sisa gas dari Jambaran-Tiung Biru 72 mmscfd akan dialirkan ke industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Investor Daily, Page-9, Wednesday, August 9, 2017
No comments:
Post a Comment