google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Pertamina Pertamina Immediately Work on Design of Tuban Refinery - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Monday, August 21, 2017

Pertamina Pertamina Immediately Work on Design of Tuban Refinery



PT Pertamina and its partner, Rosneft Oil Company, immediately worked on basic design design (BED) and detailed design (front end engineering design / FEED) for Tuban Refinery.

The Russian oil and gas company has agreed to share the burden of marketing the products produced by the refinery with a capacity of 300 thousand barrels per day (bpd).

President Director of Pertamia Elia Massa Manik said that his side and partners have finished re-negotiate the problem about the obligation of taking (offtake guaranty) products produced from Tuban Refinery. Initially, Pertamina had to bear the entire marketing burden of this refinery product. However, this has the potential to make the company's finances worse.

"Now we [Pertamina and Rosneft] have continued to work on the refinery, together willing to put the money to finish the BED and FEED," he said in Jakarta, Wednesday (16/8).

He explained that Pertamina and Rosneft did not have a problem about the agreement in building this Tuban refinery. However, in line with the progress of the refinery's work, Pertamina and Rosneft continue to seek opportunities for this cooperation to be even better. Because, if from the financial side declared bankrupt (default), this state-owned oil and gas company can not directly import crude oil and fuel oil (BBM) needed for Indonesia. However, this negotiation is guaranteed not to disrupt the timetable of the refinery.

"But the refinery is not tomorrow so. This study Tuban refinery until FEED alone budget of US $ 270 million. There is a timeframe, "said Massa Manik.

About the weight offtake guaranty is also being discussed with potential partners who will be towed to work on Bontang Refinery with a capacity of 300 thousand bpd. To this potential partner, Pertamina offers a joint marketing scheme for the sale of products produced from Bontang Refinery.

"So for Bontang Refinery, partner already exists. But being talking, can or not with the effort together that minus the name offtake guaranty, "he explained.

Pertamina Finance Director Arief Budiman added that the discussion about the guaranteed offtake is done with all partners and potential partners. For the improvement and capacity building project of Cilacap Refinery, which is being developed with Saudi Aramco, the company is still able to take most of the products.

For Tuban Refinery done with Rosneft, a comparison of how the treatment of petroleum and petrochemical products will be assessed.

"So it's not as simple as the offtake and not offtake. Like Premium, we are shortage, so we can offtake. If our diesel more production, so if offtake, can lose. This has been agreed, only lack of legality issues, "he said.

Not only renegotiating offtake guaranty, the company also shifts the refinery completion schedule. Initially, all refineries are targeted to be completed by 2023. However, the refinery's completion schedule is changed. Detailedly, Balikpapan Refinery operation schedule is changed from 2019 to 2021, Balongan Refinery from 2020 to 2021, Cilacap-Central Java and Tuban-East Java Refinery from 2021 to 2024, while Bontang-East Kalimantan and Dumai-Riau Refinery in 2025.

Director of Pertamina's Pertamina Processing and Petrochemical Center, Ardhy N Mokobombang, revealed that Balikpapan's refinery project, which is done by Pertamina, is now in the final of FEED study. After an internal review, the project can continue to the final investment decision (FID) stage.

In addition to this large project, Pertamina also worked on the Blue Sky Project Cilacap Refinery (PLBC). "PLBC's construction is targeted next year to enter mechanical completion," he said.

Refinery Treatment

Pertamina also conducts routine maintenance for all its refineries this year. Pertamina now manages six refineries, the details of the Dumai Refinery, Riau 170 thousand bpd, Plaju, Sumsel 118 thousand bpd, Cilacap, Central Java 348 thousand bpd, Balikpapan, East Kalimantan 260 thousand bpd, Balongan, Jabar 125 thousand bpd and Kasim, West Papua 10 Thousand bpd.

Pertamina Processing Director Toharso said the company is committed not to delay the maintenance of the refinery. Because the delay in maintenance schedules can cause a problematic refinery machine resulting in the termination of unplanned operations (unplanned shutdown). Therefore, it will conduct refinery maintenance alternately throughout this year.

In the first half of last year, the maintenance of two refineries was completed, namely Balongan Refinery and Balikpapan. Furthermore, the maintenance of the Dumai Refinery, which began on July 10, was completed on August 8th. Refinery performance becomes much better after treatment. Thus, in the remaining five months, Pertamina only completed the maintenance of two more refineries.

"The Cilacap refinery will turn around in September for its lube oil complex. Then at Balongan Refinery only add catalysts, "he said.

The maintenance of the next refinery period will be conducted by the company in 2018. With no maintenance delays, Toharso hopes there will be no unplanned shutdown of the refinery this year. Admittedly, in the last year, there have been 35 unplanned shutdown events in all the refineries it manages. One of the causes of unplanned shutdown is because of delays in maintenance activities.

He added, unplanned shutdown is actually allowed to happen, which is important not more than 3.6 days in a year for one machine unit. If it exceeds the limit, then unplanned shutdown will cut the production of fuel at the refinery. Each refinery has 12 engine units, including crude oil distillation unit (CDU), residual catalytic cracking (RCC), and others.

For this year, in addition to maintenance on schedule, it has prepared a number of steps to prevent the unplanned shutdown of the refinery. It will improve the reliability by improving the procurement of spare parts, which is accelerated and selected a good quality. If the spare part is ready, then the treatment can also be done faster. Then, it will ensure there is no work accident or environmental pollution.

IN INDONESIA

Pertamina Pertamina Segera Garap Desain Kilang Tuban


PT Pertamina dan mitranya, Rosneft Oil Company, segera mengerjakan desain dasar (basic engineering design/BED) dan desain rinci (front end engineering design/ FEED) untuk Kilang Tuban.

Perusahaan migas Rusia itu sudah sepakat ikut menanggung beban pemasaran produk yang dihasilkan kilang berkapasitas 300 ribu barel per hari (bph) ini.

Direktur Utama Pertamia Elia Massa Manik mengatakan, pihaknya dan mitra sudah selesai menego-siasikan ulang masalah soal kewajiban pengambilan (offtake guaranty) produk yang dihasilkan dari Kilang Tuban. Awalnya, Pertamina harus menanggung seluruh beban pemasaran produk kilang ini. Namun, hal ini berpotensi membuat keuangan perseroan memburuk.

“Sekarang kita [Pertamina dan Rosneft] sudah melanjutkan mengerjakan kilang, bersama mau menaruh uang untuk selesaikan BED dan FEED,” kata dia di Jakarta, Rabu (16/8).

Dijelaskannya, Pertamina dan Rosneft bukannya ada masalah soal kesepakatan dalam membangun Kilang Tuban ini. Namun, sejalan dengan progres pengerjaan kilang, Pertamina dan Rosneft terus mencari peluang agar kerja sama ini menjadi lebih baik lagi. Pasalnya, jika dari sisi keuangan dinyatakan bangkrut (default), perusahaan migas milik negara ini langsung tidak bisa mengimpor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) yang dibutuhkan untuk Indonesia.

Meski demikian, negosiasi ini dijaminnya tidak akan mengganggu jadwal pengerjaan kilang. 

“Tetapi kilang ini tidak besok jadi. Ini studi Kilang Tuban sampai FEED saja budget-nya US$ 270 juta. Ada timeframe,” ujar
Massa Manik.

Soal beban offtake guaranty ini juga sedang dibahas dengan calon mitra yang akan digandeng untuk mengerjakan Kilang Bontang berkapasitas 300 ribu bph. Kepada calon mitra ini, Pertamina menawarkan skema pemasaran bersama (joint marketing) untuk penjualan produk-produk yang dihasilkan dad Kilang Bontang.

“Jadi untuk Kilang Bontang, partner sudah ada. Tetapi sedang bicara, bisa atau tidak dengan effort bersama itu dikurangi yang namanya offtake guaranty,” jelasnya.

Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman menambahkan, diskusi soal offtake guaranty ini dilakukan dengan semua mitra dan calon mitra. Untuk proyek perbaikan dan peningkatan kapasitas Kilang Cilacap yang digarap bersama Saudi Aramco, perseroan masih mampu mengambil sebagian besar produk yang dihasilkan.

Untuk Kilang Tuban yang dikerjakan bersama Rosneft, akan dilihat perbandingan bagaimana perlakuan untuk produk bahan bakar dan petrokimia.

“Jadi tidak sesederhana offtake dan tidak offtake. Seperti Premium, kami shortage, jadi kami bisa offtake. Kalau diesel kami lebih produksinya, jadi kalau offake, bisa rugi. Ini sudah sepakat, hanya kurang masalah legalitas saja,” tutur dia.

Tidak hanya menegosiasi ulang offtake guaranty, perseroan juga menggeser jadwal penyelesaian kilang. Awalnya, seluruh kilang ditargetkan selesai pada 2023. Namun, kemudian jadwal penyelesaian kilang ini diubah. Rincinya, jadwal operasi Kilang Balikpapan berubah dari 2019 menjadi 2021, Kilang Balongan dari 2020 menjadi 2021, Kilang Cilacap dan Tuban dari 2021 menjadi 2024, sementara Kilang Bontang dan Dumai pada 2025.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ardhy N Mokobombang mengungkapkan, proyek Kilang Balikpapan yang dikerjakan sendiri oleh Pertamina, kini sudah pada final kajian FEED. Setelah dilakukan kajian ulang internal, maka proyek bisa berlanjut ke tahap keputusan investasi akhir (final investment decision/ FID).

Selain proyek besar ini, Pertamina juga menggarap Proyek Langit Biru Kilang Cilacap (PLBC). “Konstruksi PLBC ditargetkan tahun depan masuk mechanical completion,” ujarnya.

Perawatan Kilang

Pertamina juga melakukan perawalan rutin untuk seluruh kilang yang dimilikinya pada tahun ini. Pertamina kini mengelola enam kilang, rincinya Kilang Dumai, Riau 170 ribu bph, Plaju, Sumsel 118 ribu bph, Cilacap, Jateng 348 ribu bph, Balikpapan, Kalimantan Timur 260 ribu bph, Balongan, Jabar 125 ribu bph, dan Kasim, Papua Barat 10 ribu bph.

Direktur Pengolahan Pertamina Toharso menuturkan, perseroan berkomitmen tidak akan menunda perawatan kilang. Pasalnya, penundaan jadwal perawatan dapat menyebabkan mesin kilang bermasalah sehingga terjadi penghentian operasi tak terencana (unplanned shutdown). Karenanya, pihaknya akan melakukan perawatan kilang secara bergantian sepanjang tahun ini.

Pada semester pertama lalu, perawatan dua kilang sudah selesai, yakni Kilang Balongan dan Balikpapan. Selanjutnya, perawatan Kilang Dumai yang dimulai 10 Juli lalu, telah selesai pada 8 Agustus. Performa kilang menjadi jauh lebih baik setelah dilakukan perawatan. Sehingga, pada sisa lima bulan ini, Pertamina hanya merampungkan perawatan dua kilang lagi.

“Kilang Cilacap akan turn around (perawatan) pada September nanti untuk lube oil complex-nya. Kemudian di Kilang Balongan hanya menambah katalis saja," katanya.

Perawatan kilang periode berikutnya akan dilakukan perseroan pada 2018. Dengan tidak adanya penundaan perawatan, Toharso berharap tidak akan lagi terjadi unplanned shutdown kilang pada tahun ini. Diakuinya, pada tahun lalu, sempat terjadi 35 kejadian unplanned shutdown di seluruh kilang yang dikelolanya. Salah satu penyebab unplanned shutdown ini lantaran ditundanya kegiatan perawatan.

Dia menambahkan, unplanned shutdown sebenarnya dibolehkan terjadi , yang penting tidak lebih dari 3,6 hari dalam satu tahun untuk satu unit mesin. Jika melebihi batasan tersebut, maka unplanned shutdown bakal memangkas produksi BBM di kilang. Setiap kilang sendiri memiliki 12 unit mesin, diantaranya mesin crude oil distillation unit (CDU) , residual catalytic cracking (RCC), dan lainnya.

Untuk tahun ini, selain perawatan sesuai jadwal, pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mencegah terjadinya unplanned shutdown kilang. Pihaknya akan meningkatkan keandalan dengan memperbaiki pengadaan spare part, yakni dipercepat dan dipilih yang kualitasnya bagus. jika spare part siap, maka perawatan juga dapat dilakukan lebih cepat. Kemudian, pihaknya akan memastikan tidak ada kecelakaan kerja maupun pencemaran lingkungan.

Investor Daily, Page-9, Saturday, August 19, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel