The average Indonesian Crude Price (ICP) in August was US $ 48.43 per barrel, up from US $ 45.48 per barrel in the previous month. While ICP SLC rose from US $ 46.35 per barrel to US $ 49.17 per barrel in August.
The increase in ICP is in line with rising crude oil prices in world markets. In August, the price of Dated Brent rose from US $ 48.56 per barrel to US $ 51.64 per barrel, Brent (ICE) increased from US $ 49.15 per barrel to US $ 51.87 per barrel, WTI soared from US $ 46.68 per barrel to US $ 48.06 per barrel and OPEC basket surged from US $ 46.93 per barrel to US $ 49.61 per barrel.
According to the Oil Price Team of Indonesia, there are several factors that boost the price of oil in the international market. First, based on the OPEC publication last August, world crude oil demand rose 110 thousand barrels per day (bpd) to 96.49 million bpd compared to the previous month. While growth in demand for oil and gas products was revised to 1.5 million bpd, 100 thousand bpd higher than the previous month.
"Secondly, based on the EIA (Energy Information Administration) USA report, the level of commercial crude oil stocks and distillate fuel oil United States during August fell compared to the previous month, "said the Indonesian Oil Price Team in a written statement on Thursday (7/9).
US crude oil stockpiles in August fell 18.7 million barrels to 463.2 million barrels. Later, distillate fuel oil stocks fell 1 million barrels to 148.4 million barrels. The decline in crude stocks also occurred in other developed countries, amounting to 19.2 million barrels referring to the IEA publication and 21.9 million barrels according to OPEC.
Not only that, the increase in crude oil prices is also influenced by a positive market response in which market players continue to monitor the level of rig usage in the United States. Based on Baker Hughes Incorporated data, the number of drilling rigs in the United States fell by 4 rigs in one week in August to 954 rigs.
"As for the Asia Pacific region, rising prices are also influenced by increased demand for crude oil in China and improving the country's economy, as written in the OPEC publication, "said the Indonesian Oil Price Team.
The average magnitude of ICP during January to August, still survives in the range of US $ 45-50 per barrel. At the beginning of the year, ICP briefly reached US $ 50 per barrel, at US $ 51.88 per barrel in January and US $ 52.5 per barrel in February. Then, ICP fell to US $ 48.71 per barrel in March, continuing to increase to US $ 49.56 per barrel in April.
However, ICP fell back to US $ 47.09 per barrel in May and hit a low of $ 43.66 per barrel in June this year in June. After that ICP rose again to US $ 45.48 per barrel in July and US $ 48.43 per barrel in August. Thus, the average ICP of January - August is US $ 48.41 per barrel, slightly different with the assumption of ICP in the State Budget of US $ 48 per barrel.
IN INDONESIA
Agustus, ICP Naik Menjadi US$ 48,43 Per Barel
Rata-rata harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Agustus lalu tercatat sebesar US$ 48,43 per barel, naik dari bulan sebelumnya US$ 45,48 per barel. Sementara ICP SLC naik dari US$ 46,35 per barel menjadi US$ 49,17 per barel pada Agustus ini.
Peningkatan ICP ini sejalan dengan kenaikan harga minyak mentah di pasar dunia. Pada Agustus lalu, harga Dated Brent naik dari US$ 48,56 per barel menjadi US$ 51,64 per barel, Brent (ICE) meningkat dari US$ 49,15 per barel menjadi US$ 51,87 per barel, WTI melejit dari US$ 46,68 per barel menjadi US$ 48,06 per barel serta Basket OPEC melonjak dari US$ 46,93 per barel menjadi US$ 49,61 per barel.
Menurut Tim Harga Minyak Indonesia, terdapat beberapa faktor yang mendongkrak harga minyak di pasar internasional. Pertama, berdasarkan publikasi OPEC Agustus lalu, permintaan minyak mentah dunia naik 110 ribu barel per hari (bph) menjadi 96,49 juta bph dibanding bulan sebelumnya. Sementara pertumbuhan permintaan produk migas direvisi menjadi 1,5 juta bph, 100 ribu bph lebih tinggi dari bulan sebelumnya.
“Kedua, berdasarkan laporan EIA (Energy Information Administration) USA, tingkat stok minyak mentah komersial dan distillate fuel oil Amerika Serikat selama Agustus turun dibanding bulan sebelumnya,” kata Tim Harga Minyak Indonesia dalam keterangan tertulisnya, Kamis (7/9).
Stok minyak mentah komersial di Amerika Serikat pada Agustus lalu turun 18,7 juta barel menjadi sebesar 463,2 juta barel. Kemudian, stok distillate fuel oil turun 1 juta barel menjadi sebesar 148,4 juta barel. Penurunan stok minyak mentah juga terjadi di negara-negara maju lainnya, yakni sebesar 19,2 juta barel mengacu pada publikasi IEA dan 21,9 juta barel menurut OPEC.
Tidak hanya itu, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi respon positif pasar di mana pelaku pasar terus mengawasi tingkat penggunaan rig di Amerika Serikat. Berdasarkan data Baker Hughes Incorporated, jumlah drilling rig di Amerika Serikat turun sebanyak 4 rig dalam satu pekan pada Agustus menjadi 954 rig.
“Sementara untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga juga dipengaruhi peningkatan permintaan minyak mentah di Tiongkok dan membaiknya perekonomian negara tersebut, seperti tertulis dalam publikasi OPEC,” kata Tim Harga Minyak Indonesia.
Besaran rata-rata ICP selama Januari hingga Agustus lalu, masih bertahan pada kisaran US$ 45-50 per barel. Di awal tahun, ICP sempat mencapai US$ 50 per barel, yakui US$ 51,88 per barel pada Januari dan US$ 52,5 per barel pada Februari. Kemudian, ICP turun menjadi US$ 48,71 per barel pada Maret, dilanjutkan peningkatan menjadi US$ 49,56 per barel pada April.
Namun, ICP kembali turun menjadi US$ 47,09 per barel pada Mei dan mencapai titik terendah di tahun ini US$ 43,66 per barel pada Juni. Setelahnya ICP kembali naik menjadi US$ 45,48 per barel pada Juli dan US$ 48,43 per barel pada Agustus. Sehingga, rata-rata ICP Januari - Agustus yakni US$ 48,41 per barel, beda tipis dengan asumsi ICP dalam APBN US$ 48 per barel.
Investor Daily, Page-9, Friday, Sept 8, 2017
No comments:
Post a Comment