google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Domestic Gas Consumption Continues to Rise - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Thursday, September 14, 2017

Domestic Gas Consumption Continues to Rise



Utilization of natural gas to meet domestic demand continues to increase since 2013. Rising demand for domestic gas and the decline in the commitment of export gas distribution to cause the increase in gas utilization in Indonesia. Since 2013-2015, domestic gas utilization growth is 9%.

From the data of SKK Migas as of June 2017, the trend of gas exports is now lower compared to 2010 and 2011. In 2010, the export proportion is still 4.336 billion British. thermal unit per day (BBtud) and domestic 3,379 BBtud. In 2011, although the total volume of distribution is smaller, the export share is still dominant, which is 4,078 BBtud and domestic 3,276 BBtud. In 2012, the export and domestic exports are narrowed by 81 Bbtud with export details of 3,631 BBtud and domestic 3,550 BBtud.

The share of gas utilization for domestic needs is greater than that of export starting in 2013, namely domestic 3,703 BBtud and export 3,402 BBtud.

Head of Program and Communications Division SKK Migas Wisnu Prabawa Taher said that the increasing trend of domestic gas utilization is influenced by the development of gas infrastructure and new gas field.

"Some things that increase domestic usage include the building of new gas infrastructure facilities such as regasification terminal Nusantara Regas, onstream of several new gas fields," he said.

From the consumer side, pipe gas users are dominated by industrial sector and electricity.

"The largest domestic gas pipeline users are industrial consumers, followed by electricity, especially PLN and its subsidiaries."

Meanwhile, Head of SKK Migas Amien Sunaryadi considered that information technology has changed the pattern of working relationships and changes in business paradigm significant. Slowly start more and more companies that stood and established with based on information technology as a platform in business development.

He explained that the challenges in the application of technology are not only relevant for profit-oriented organizations. However, it also applies to SKK Migas and or upstream oil and gas industry in general.

"The technology is also used to improve the efficiency of time and cost, which in turn will affect how much revenue for the country," he said when opening the Indonesia HR Summit 2017 in Yogyakarta earlier this week.

He added, efficiency and effectiveness in the digital era is a process that continues to be studied and conducted studies.

"By maximizing the role of information technology is expected to optimize performance both in SKK Migas and in terms of supervision and control activities to contractors cooperation contracts."

The independent statistics agency in the United States, Statista, reveals the most publicly valuable shift of the company in the period 2006 and 2016. In 2006 of six world-class companies there were three major oil and gas companies, ExxonMobil at number 1, and BP and Royal Dutch Shell at ranks 5 and 6. Meanwhile, General Electric, Microsoft, and Citigroup are ranked 2 to 4.

IN INDONESIA

Konsumsi Gas Domestik Terus Naik


Pemanfaatan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terus naik sejak 2013. Naiknya permintaan gas dalam negeri dan menurunnya komitmen penyaluran gas ekspor menjadi penyebab naiknya pemanfaatan gas di Indonesia. Sejak 2013-2015, pertumbuhan pemanfaatan gas domestik sebesar 9%.

Dari data SKK Migas per Juni 2017, tren ekspor gas kini lebih rendah dibandingkan dengan 2010 dan 2011. Pada 2010, proporsi ekspor masih 4.336 billion British. thermal unit per day (BBtud) dan domestik sebesar 3.379 BBtud. Pada 2011, kendati volume total penyalurannya lebih kecil, bagian ekspor masih dominan , yaitu 4.078 BBtud dan domestik 3.276 BBtud. Pada 2012, selisih porsi ekspor dan domestik semakin tipis, yakni hanya sebesar 81 Bbtud dengan rincian ekspor sebesar 3.631 BBtud dan domestik 3.550 BBtud.

Porsi pemanfaatan gas untuk kebutuhan domestik lebih besar dibandingkan ekspor mulai terjadi pada 2013, yaitu domestik 3.703 BBtud dan ekspor 3.402 BBtud.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan bahwa tren peningkatan pemanfaatan gas domestik dipengaruhi oleh terbangunnya infrastruktur gas dan lapangan gas baru. 

“Beberapa hal yang meningkatkan pemakaian domestik antara lain terbangunnya fasilitas infrastruktur gas baru seperti terminal regasifikasi Nusantara Regas, onstream-nya beberapa lapangan gas baru,” ujarnya.

Dari sisi konsumen, pemakai gas pipa didominasi sektor industri dan ketenagalistrikan.

“Pemakai gas pipa domestik terbesar adalah konsumen industri yang kemudian diikuti oleh kelistrikan terutama PLN dan anak perusahaannya.”

Sementara itu, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi menilai bahwa teknologi informasi telah mengubah pola hubungan kerja dan perubahan paradigma bisnis yang signifikan. Secara perlahan mulai hanyak perusahaan yang berdiri dan didirikan dengan berbasiskan teknologi informasi sebagai platform dalam pengembangan bisnis.

Dia menjelaskan bahwa tantangan dalam penerapan teknologi tidak hanya relevan bagi organisasi yang berorientasi profit. Namun, juga berlaku bagi SKK Migas dan atau industri hulu migas pada umumnya.

“Teknologi juga digunakan untuk meningkatkan efisiensi waktu dan biaya, yang pada akhirnya akan memengaruhi seberapa besar penerimaan bagi negara,” katanya saat membuka Indonesia HR Summit 2017 di Yogyakarta awal pekan ini.

Dia menambahkan, efisiensi dan efektivitas di era digital merupakan suatu proses yang terus dipelajari dan dilakukan kajian. 

“Dengan memaksimalkan peran teknologi informasi diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja baik di SKK Migas maupun dalam hal kegiatan pengawasan dan pengendalian kepada kontraktor kontrak kerja sama.”

Lembaga survei independen di Amerika Serikat, Statista, mengungkap adanya pergeseran perusahaan yang paling bernilai secara publik dalam periode 2006 dan 2016. Pada 2006 dari enam perusahaan kelas dunia terdapat tiga perusahaan migas besar, yakni ExxonMobil pada peringkat 1, serta BP dan Royal Dutch Shell di peringkat 5 dan 6. Sementara itu, General Electric, Microsoft, dan Citigroup berada di peringkat 2 hingga 4.

Bisnis Indonesia, Page-28, Thursday, Sept 14, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel