The development of the Jambaran-Tiung Biru gas field in Bojonegoro, East Java, will increase state revenues of Rp 48 trillion. The receipt came from the state in a gas sale and purchase contract for PT Perusahaan Listrik Negara. The gas reserves in the field are 1.9 trillion cubic feet.
On Monday (25/9), laying the first stone project development of gas field Jambaran-Tiung Biru made Minister of Energy and Mineral Resources Ignasius Jonan. Amien Sunaryadi, President Director of PT Pertamina Elia Massa Manik, President of ExxonMobil Cepu Ltd (EMCL) Daniel Wieczynski, Assistant II of the East Java Provincial Government Fatah Yasin, Regent Bojonegoro Suyoto, and the board of directors of PLN.
"Gas from the Jambaran-Tiung Biru field is being distributed to PLN plants in East Java and Central Java, as well as for industrial needs. With contracts up to 2035, the potential of state revenues is more than Rp 48 trillion, "said Amien.
The laying of the first stone of the project marks the execution of work that is expected to take four years. The project is expected to absorb a workforce of about 6,000 people.
In his speech, Suyoto hoped that the people of Bojonegoro, especially around the Jambaran-Tiung Biru gas field, benefited directly from the project. The gas field development project with operator PT Pertamina EP Cepu, a subsidiary of Pertamina, is expected to absorb the local workforce Suyoto.
"For example, for drivers or foremen, preferably from local personnel, not necessarily imported from outside Bojonegoro. In addition, the project this development could have an impact on the improvement of infrastructure around the project site, "said Suyoto.
Commercialization of gas on this project reached 172 million standard cubic feet per day (MMSCFD). A total of 100 MMSCFD for Pertamina and will be channeled to PLN for electricity needs in East Java and Central Java. The allocation of 72 MMSCFD is channeled to supply industrial needs in Central Java and East Java.
The price of gas at the wellhead is 6.7 US dollars per million metric British thermal unit (MMBTU) and unchanged for 30 years. With the transportation cost of 0.9 US dollars per MMBTU, then the price at the PLN power plant to 7.6 US dollars per MMBTU.
Regarding the price of gas, Jonan said the figure is the cheapest for the central part of Java. He hopes that cheap gas prices for power plants can generate cheap and affordable electricity tariffs. With regard to the participation stake of 10 percent, the central government will make its formulation in technical terms.
The total cost of investment and operation of this project is estimated at 3.457 billion US dollars or approximately Rp 46 trillion. The value does not include the cost of building the Gresik pipeline to Semarang along 267 kilometers with an investment of 515 million US dollars or about Rp 7 trillion. The gas pipeline is for gas for industrial sector.
IN INDONESIA
Proyek Gas Sumbang Rp 48 Triliun
Proyek pengembangan lapangan gas Jambaran-Tiung Biru di Bojonegoro, Jawa Timur, akan menambah penerimaan negara Rp 48 triliun. Penerimaan itu datang dari bagian negara dalam kontrak jual beli gas untuk PT Perusahaan Listrik Negara. Cadangan gas di lapangan itu sebanyak 1,9 triliun kaki kubik.
Pada Senin (25/9), peletakan batu pertama proyek pengembangan lapangan gas Jambaran-Tiung Biru dilakukan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan. Sejumlah pejabat yang hadir antara lain Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi, Direktur Utama PT Pertamina Elia Massa Manik, Presiden ExxonMobil Cepu Ltd (EMCL) Daniel Wieczynski, Asisten II Pemerintah Provinsi Jawa Timur Fatah Yasin, Bupati Bojonegoro Suyoto, serta jajaran direksi PLN.
”Gas dari lapangan Jambaran-Tiung Biru dialirkan untuk pembangkit PLN di Jatim dan Jateng, serta untuk kebutuhan industri. Dengan kontrak hingga 2035, potensi penerimaan negara lebih dari Rp 48 triliun,” ujar Amien.
Peletakan batu pertama proyek itu menandai pelaksanaan pekerjaan yang diperkirakan membutuhkan waktu empat tahun. Proyek ini diperkirakan bakal menyerap tenaga kerja sekitar 6.000 orang.
Dalam sambutannya, Suyoto berharap rakyat Bojonegoro, khususnya di sekitar lapangan gas Jambaran-Tiung Biru, mendapat manfaat langsung dari proyek tersebut. Proyek pengembangan lapangan gas dengan operator PT Pertamina EP Cepu, anak usaha Pertamina, diharapkan Suyoto dapat menyerap tenaga kerja lokal.
”Misal, untuk sopir atau mandor, sebaiknya dari tenaga lokal, tidak perlu didatangkan dari luar Bojonegoro. Selain itu, proyek pengembangan ini dapat berdampak bagi perbaikan infrastruktur di sekitar lokasi proyek,” ujar Suyoto.
Komersialisasi gas pada proyek ini mencapai 172 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Sebanyak 100 MMSCFD untuk Pertamina dan akan dialirkan ke PLN untuk pemenuhan kebutuhan listrik di Jatim dan Jateng. Adapun alokasi sebanyak 72 MMSCFD dialirkan untuk memasok kebutuhan industri di Jateng dan Jatim.
Harga gas di kepala sumur sebesar 6,7 dollar AS per juta metrik british thermal unit (MMBTU) dan tidak berubah selama 30 tahun. Dengan biaya pengangkutan sebesar 0,9 dollar AS per MMBTU, maka harga di pembangkit listrik PLN menjadi 7,6 dollar AS per MMBTU.
Mengenai harga gas tersebut, Jonan menyebut angka itu adalah yang termurah untuk wilayah Jawa bagian tengah. Ia berharap, harga gas yang murah untuk pembangkit listrik dapat menghasilkan tarif listrik yang murah dan terjangkau. Terkait saham partisipasi sebesar 10 persen, pemerintah pusat akan membuat formulasinya dalam hal teknis.
Total biaya investasi dan operasi proyek ini diperkirakan mencapai 3,457 miliar dollar AS atau sekitar Rp 46 triliun. Nilai itu belum termasuk biaya pembangunan pipa Gresik ke Semarang sepanjang 267 kilometer dengan investasi 515 juta dollar AS atau sekitar Rp 7 triliun. Pipa gas itu untuk pengaliran gas bagi sektor industri.
Kompas, Page-18, Tuesday, Sept 26, 2017
No comments:
Post a Comment