google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Pertamina Returns East Kalimantan Block - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Friday, September 22, 2017

Pertamina Returns East Kalimantan Block



PT Pertamina returned East Kalimantan Block after in January 2017 was assigned to manage the offshore working area after the expiration of the contract in 2018 by using a gross split share contract.

     Upstream Director of Pertamina Syamsu Alam said that the company has expressed its attitude not to manage the block, East Kalimantan after the contract expires even though the government has reset the provisions in gross split.

According to him, the main consideration to release the working area is now operated by Chevron Indonesia Company because the company chose to focus on managing the work area assigned to Pertamina. Previously, the government assigned Pertamina to manage eight working areas that will expire its contract.

"We talked about it," he said

Initially, Pertamina complained about the cost burden for post-mining activities or Abandonment and Site Restoration (ASR) East Kalimantan Block. The amount of burden that became one of the calculation of economic development of the field on a new contract.

The reason is that the current contract with the East Kalimantan Production Sharing Contract (PSC) scheme has not included the obligation for the current contractor to set aside funds to conduct post-mining activities.

If to manage seven other blocks Pertamina proposes some additional conditions, the East Kalimantan Block Pertamina proposes an extension of time to review. In May 2017, Minister of Energy and Mineral Resources Ignatius Jonan once mentioned that if it can not be managed, Pertamina can return the block to the government to offer to other companies that may still be interested.

Deputy Minister of Energy and Mineral Resources Arcandra Tahar also convey the same thing in July 2017. However, at that time, Pertamina is still reviewing the development of the East Kalimantan Block with the burden to be borne by the company.

IMMEDIATELY OFFERED

The government, now immediately offered the bloc after Pertamina declared an attitude not to get involved in the management of the block whose cooperation contract was signed on January 11, 1991.

"We have already discussed and I think ESDM plans to offer to interested investors soon."

East Kalimantan Block itself is still managed by Chevron Indonesia Company until October 2018. However, in early 2016, Chevron has stated it will not continue management in the Working Area after the contract expires.

From Pertamina data, East Kalimantan Block production in 2016 is 36,500 barrels of oil equivalent per day (barrel oil equivalent per day / boepd). The 6,177 square kilometer block holds 213 million reserves of oil equivalent in 2015.

According to Syamsu, although Pertamina and Chevron do not want to manage East Kalimantan Block after 2018, there are still some companies interested if East Kalimantan Block offered by the government.

"The information is pretty much interested," he said.

IN INDONESIA

Pertamina Kembalikan Blok East Kalimantan


PT Pertamina mengembalikan Blok East Kalimantan setelah pada Januari 2017 mendapat penugasan untuk mengelola Wilayah kerja di lepas pantai itu pasca berakhirnya kontrak pada 2018 dengan menggunakan kontrak bagi hasil kotor atau gross split.

    Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, pihaknya telah menyampaikan sikap perseroan untuk tidak mengelola Blok ,East Kalimantan setelah kontrak berakhir meskipun pemerintah telah mengatur ulang ketentuan dalam gross split.

Menurutnya, pertimbangan utama melepas Wilayah kerja yang kini dioperasikan Chevron Indonesia Company itu karena perseroan memilih untuk fokus mengelola wilayah kerja yang ditugaskan kepada Pertamina. Sebelumnya, pemerintah menugaskan Pertamina untuk mengelola delapan Wilayah Kerja yang akan habis masa kontraknya. 

“Sudah kami bicarakan,” ujarnya 

Semula, Pertamina mengeluhkan tentang beban biaya untuk melakukan kegiatan pascatambang atau Abandonment and Site Restoration (ASR) Blok East Kalimantan. Besarnya beban itu menjadi salah satu perhitungan keekonomian pengembangan lapangan pada kontrak baru. 

Pasalnya, pada kontrak yang kini berjalan dengan skema kontrak bagi hasil [production sharing contract/PSC) East Kalimantan belum mencantumkan kewajiban bagi kontraktor saat ini untuk menyisihkan dana untuk melakukan kegiatan pasca tambang.

Bila untuk mengelola tujuh blok lainnya Pertamina mengusulkan beberapa kondisi tambahan, pada Blok East Kalimantan Pertamina mengusulkan perpanjangan waktu untuk mengkaji. Pada Mei 2017, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan pernah menyebutkan bahwa bila memang tidak bisa dikelola, Pertamina bisa mengembalikan blok itu agar pemerintah menawarkan kepada perusahaan lain yang mungkin masih berminat.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar pun menyampaikan hal yang sama pada Juli 2017. Namun, saat itu, Pertamina masih melakukan pengkajian pengembangan Blok East Kalimantan dengan beban yang harus ditanggung perseroan.

SEGERA DITAWARKAN

Pemerintah, kini segera menawarkan blok tersebut setelah Pertamina menyatakan sikap untuk tidak terlibat dalam pengelolaan blok yang kontrak kerja samanya ditandatangani pada 11 Januari 1991 itu.

“Kami sudah diskusikan dan saya kira ESDM segera berencana untuk menawarkan ke investor yang berminat.”

Blok East Kalimantan sendiri kini masih dikelola Chevron Indonesia Company hingga Oktober 2018. Kendati demikian, pada awal 2016, Chevron telah menyatakan tidak akan melanjutkan pengelolaan di Wilayah kerja itu setelah kontrak berakhir.

Dari data Pertamina, produksi Blok East Kalimantan pada 2016 sebesar 36.500 barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/boepd). Blok seluas 6.177 kilometer persegi itu menyimpan cadangan sebanyak 213 juta setara minyak pada 2015.

Menurut Syamsu, meskipun Pertamina dan Chevron tidak mau mengelola Blok East Kalimantan setelah 2018, masih terdapat beberapa perusahaan yang berminat bila Blok East Kalimantan ditawarkan pemerintah. 

“Informasinya cukup banyak yang berminat,” katanya.

Bisnis Indonesia, Page-28, Friday, Sept 22, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel