Cricket Field More Productive

After starting production since 3 months ago, the government finally inaugurated the operation of Cricket Gas Crash in Muara Bakau Block, Kutai Basin, waters in Makassar Strait. This project was recorded to print two things at once. First, the acceleration of the construction period of up to 6 months which means saving 10% investment cost.

Second, daily production of 600 million cubic feet per day (MMscfd) or equivalent to 100,000 barrels of oil equivalent per day (boepd), higher than the target of 400 MMscfd.

"Production 6 months faster is a great job. That is, it can save 5% -10%, and this is good for the state because contract cost recovery pattern, "said Minister of ESDM Ignasius Jonan during the inauguration of the Jangkrik Cricket gas production facility on Tuesday (31/10).

The ceremony took place at Eni Muara Bakau's onshore receiving facility (ORF), in Handil Baru Kehutahan, Samboja District, Kutai Kartanegara Regency, East Kalimantan. Also attending the event were Italian Ambassador Vittorio Sandalli, Head of SKK Migas Amien Sunaryadi, Managing Director of Eni Indonesia Fabrizio Trilli, and President Director of PT PGN Jobi Trinanda Hasjim.

ORF functions to receive gas and condensate flow from the cricket floating production unit (FPU). Both are new facilities of the development of Cricket Field and become part of the development of integrated facilities.

Production of gas from Jangkrik will be brought to Bontang LNG Plant for domestic and export market so as to contribute significantly to the fulfillment of Indonesia's energy needs. ENI Indonesia Managing Director Fabrizio Trilli said the project is a great work of the whole team. He called the support so great and the Ministry of Energy and Mineral Resources and SKK Migas to make the Jangkrik Field project quickly completed.

According to him, on May 29, 2017, Eni has started production from gas field offshore in Indonesia, faster than expected in November 2017. The investment invested in this project reached US $ 4.3 billion. Amien Sunaryadi added that daily gas production from Cricket Field now ranges from 605-607 MMscfd.

"The plan is only 400 MMscfd. Gas is supplied to Bontang under an existing purchase agreement including Pertamina. "

The project includes North East's Cricket and Cricket Charts located in Muara Bakau Block, Kutai Basin, in the waters of the sea in the Makassar Strait, about 70 kilometers off the coast of East Kalimantan. The production was produced through ten wells under the sea connected to FPU Cricket.

The commencement of production is very significant to increase domestic gas supply and meet the target of natural gas lifting this year 1.15 million boepd, and 2018 of 1.2 million boepd.

The government is targeting to increase domestic gas usage. In 2017, the allocation of gas in the country by 62%. There are 1,000 more workers during the project phase with 94.5% of whom are Indonesian workers.

IN INDONESIA

Lapangan Jangkrik Lebih Produktif

Setelah mulai berproduksi sejak 3 bulan silam, pemerintah akhirnya meresmikan beroperasinya Iapangan Gas Jangkrik di Blok Muara Bakau, Cekungan Kutai, perairan dalam Selat Makassar. Proyek ini tercatat mencetak dua hal sekaligus. Pertama, percepatan masa konstruksi hingga 6 bulan yang berarti menghemat biaya investasi 10%. 

Kedua, produksi harian 600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) atau setara dengan 100.000 barel setara minyak per hari (boepd) , lebih tinggi dari target 400 MMscfd. 

“Bisa produksi 6 bulan lebih cepat adalah sebuah kerja yang luar biasa. Artinya, bisa hemat 5%-10%, dan ini baik untuk negara karena pola kontraknya cost recovery,” tutur Menteri ESDM Ignasius Jonan saat peresmian fasilitas produksi gas Iapangan Jangkrik, Selasa (31/10).

Seremoni dilakukan di area fasilitas penerimaan darat (onshore receiving facility/ORF) milik Eni Muara Bakau, di Kehutahan Handil Baru, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Turut hadir dalam acara ini Duta Besar Italia Vittorio Sandalli, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, Managing Director Eni Indonesia Fabrizio Trilli, dan Dirut PT PGN Jobi Trinanda Hasjim.

ORF berfungsi menerima aliran gas dan kondensat dari floating production unit (FPU) Jangkrik. Keduanya merupakan fasilitas baru dari pengembangan Iapangan Jangkrik dan menjadi bagian dari pengembangan fasilitas yang terintegrasi.

Produksi gas dari Jangkrik akan dibawa ke Kilang LNG Bontang untuk pasar domestik dan ekspor sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan energi Indonesia. Managing Director ENI Indonesia Fabrizio Trilli mengatakan, proyek ini merupakan hasil kerja yang luar biasa seluruh tim. Dia menyebut dukungan begitu besar dan Kementerian ESDM dan SKK Migas menjadikan proyek Lapangan Jangkrik cepat selesai.

Menurutnya pada 29 Mei 2017, Eni telah memulai produksi dari Iapangan gas di lepas pantai Iaut dalam Indonesia, Iebih cepat daripada perkiraan November 2017. Investasi yang ditanamkan dalam proyek ini mencapai US$4,3 miliar. Amien Sunaryadi menambahkan, produksi gas harian dari Iapangan Jangkrik saat ini berkisar 605-607 MMscfd. 

“Rencananya hanya 400 MMscfd. Gas disalurkan ke Bontang sesuai perjanjian jual beli yang sudah ada termasuk dengan Pertamina.”

Proyek ini mencakup Iapangan Jangkrik dan Jangkrik North East yang terletak di Blok Muara Bakau, Cekungan Kutai, di perairan Iaut dalam Selat Makassar, sekitar 70 kilometer dari lepas pantai Kalimantan Timur. Produksi itu dihasilkan melalui sepuluh sumur bawah Iaut yang terhubung dengan FPU Jangkrik.

Dimulainya produksi sangat signifikan untuk menambah pasokan gas dalam negeri dan memenuhi target lifting gas bumi pada tahun ini 1,15 juta boepd, dan 2018 sebesar 1,2 juta boepd.

Pemerintah menargetkan untuk meningkatkan penggunaan gas di dalam negeri. Pada 2017, alokasi gas di dalam negeri sebesar 62 %. Terdapat 1.000 lebih tenaga kerja selama fase proyek dengan 94,5% di antaranya adalah tenaga kerja Indonesia. 

Bisnis Indonesia, Page-1, Wednesday, Nov 1, 2017