google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Oil and gas exploration realization is still low - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Tuesday, October 3, 2017

Oil and gas exploration realization is still low



The realization of oil and gas exploration activities in the country to date is still low so the target of this year is projected will not be achieved. Deputy Planning of Oil and Gas Upstream Business Unit (SKK Migas) Jaffee Arizon Suardin said that from the data recorded, the realization of seismic survey only reached 22%.

The target of seismic survey in workplan and budget (WP & B) 2017 is 45 activities, but it is estimated that until the end of the year it will only increase to 11 activities. Meanwhile, for non seismic survey activities, the achievement was 69% with 11 non seismic survey activities from the target of 16 activities.

In the next three months, SKK Migas projects an additional seismic survey activity. For drilling activities, the current achievement of 29% with the realization of 40 drilling activities, from the target of 138 activities. By the end of 2017, drilling is projected to turn into 44 activities. With the prognosis of 2017 exploration activities, it was forced to move the activities that should be realized in this year to next year.

"Not achieved. Inevitably there are many activities that we move to 2018 2017, "he said in a presentation at the Office of SKK Migas, Friday (29/9). He acknowledged that investment trends in the exploration work area have declined since 2012. The highest realization ever recorded was in 2011 with Rp 18.3 trillion spent on exploration work areas.

However, the achievement of the downward trend, ie Rp 12.3 trillion in 2012, Rp13, 2 trillion in 2013 and Rp 12.9 trillion in 2014. In 2015 amounted to Rp 6.3 trillion, 2016 Rp 4.2 trillion and targeted in 2017 Rp 11.6 trillion. Nevertheless, the portion of exploration activities contributed the highest contribution of only about 10% compared with exploitation activities. 

    He hopes that in the next few years exploration activities can increase. Because, at present, only 60% of oil production is replaced, while gas production has been replaced by 100%. In fact, there is still the potential to get a new source of reserves even in the production work area.

Not yet developed

SKK Migas has conducted mapping of 13 areas of oil and gas exploitation work that still have undeveloped potential. Noted there is a sleeping area of ​​25% of the total area of ​​the WK. Meanwhile, in 25 working areas that will expire contract until 2021, only 15% and the work areas that have been produced. To increase exploration activities, he said, the government is trying to solve problems inhibiting investment.

For example, he mentioned incentives in Government Regulation no. 27/2017 on Recoverable Oil and Gas Operating Costs for existing contractors, revised gross split contracts, namely Minister of Energy and Mineral Resources Regulation no. 52/2017 on Gross Split Contracts.
Deputy Minister of Energy and Mineral Resources Arcandra Tahar said that the success rate of searching for new reserves in Indonesia is low. Of the exploration activities conducted only 20% or even less of which are likely to indicate the existence of hydrocarbons. 

    He mentioned that the success rate could be raised one of them with the use of more data. For example, he mentions the fund base per basin so that it can get a more comprehensive and accurate picture.

"Success ratios generally for exploration may be below 20%. Someone said 15%. If they drilled five or 10 wells, if successful maybe only two wells, "he said.

IN INDONESIA


Realisasi Eksplorasi Migas Masih Rendah


Realisasi kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi di Tanah Air hingga saat ini masih rendah sehingga target tahun ini diproyeksikan tidak akan tercapai. Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Jaffee Arizon Suardin mengatakan bahwa dari data yang tercatat, realisasi survei seismik baru mencapai 22%. 

Target survei seismik dalam rencana kerja dan anggaran (work plan & budget/WP&B) 2017 sebanyak 45 kegiatan, tetapi diperkirakan hingga akhir tahun hanya akan bertambah menjadi 11 kegiatan. Sementara itu, untuk kegiatan non survei seismik, capaiannya 69% dengan 11 kegiatan survei non seismik dari target 16 kegiatan. 

Dalam tiga bulan ke depan, SKK Migas memproyeksikan ada satu tambahan kegiatan survei seismik. Untuk kegiatan pengeboran, capaian saat ini sebesar 29% dengan realisasi 40 kegiatan pengeboran, dari target 138 kegiatan. Pada akhir 2017, pengeboran diproyeksi berubah menjadi 44 kegiatan. Dengan prognosa kegiatan eksplorasi 2017, pihaknya terpaksa memindahkan kegiatan yang seharusnya terealisasi di tahun ini ke tahun depan. 

“Tidak tercapai. Mau tidak mau ada banyak kegiatan yang 2017 kita pindahkan ke 2018,” ujarnya dalam paparan di Kantor SKK Migas, Jumat (29/9). Dia mengakui tren investasi pada wilayah kerja eksplorasi menurun sejak 2012. Realisasi tertinggi yang pernah dicatatkan yakni pada 2011 dengan Rp 18,3 Triliun yang dibelanjakan untuk wilayah kerja eksplorasi. 

Namun, capaian kecenderungannya turun, yakni Rp 12,3 triliun pada 2012, Rp13,2 triliun di 2013 dan Rp 12,9 triliun pada 2014. Pada 2015 sebesar Rp 6,3 triliun, 2016 Rp 4,2 triliun dan pada 2017 ditargetkan tercapai Rp 11,6 triliun. Kendati demikian, porsi kegiatan eksplorasi kontribusi tertingginya hanya sekitar 10 % dibandingkan dengan kegiatan eksploitasi. 

    Dia berharap agar pada tahun-tahun rnendatang kegiatan eksplorasi bisa bertambah. Pasalnya, saat ini, baru 60% produksi minyak yang tergantikan, sedangkan produksi gas sudah tergantikan hingga 100%. Padahal, masih terdapat potensi untuk mendapat sumber cadangan baru bahkan pada wilayah kerja produksi. 

Belum dikembangkan 

SKK Migas telah melakukan pemetaan terhadap 13 Wilayah kerja migas eksploitasi yang masih memiliki potensi yang belum dikembangkan. Tercatat ada sleeping area seluas 25% dari total area WK tersebut. Sementara itu, pada 25 wilayah kerja yang akan habis masa kontraknya hingga 2021, hanya 15% dan wilayah kerja yang telah menghasilkan. Untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi, dia menyebut, pemerintah berupaya menyelesaikan  masalah-masalah penghambat investasi. 

Sebagai contoh, dia menyebut insentif dalam Peraturan Pemerintah No. 27/2017 tentang Biaya Operasi Migas yang Dapat Dikembalikan untuk kontraktor yang sudah ada, revisi kontrak bagi hasil kotor (gross split), yaitu Peraturan Menteri ESDM No. 52/2017 tentang Kontrak Gross Split. 

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan bahwa tingkat keberhasilan pencarian sumber cadangan baru di Indonesia memang tergolong rendah. Dari kegiatan eksplorasi yang dilakukan hanya 20% bahkan kurang di antaranya yang kemungkinan bisa menunjukkan adanya hidrokarbon. 

    Dia menyebut bahwa tingkat keberhasilan bisa dinaikkan salah satunya dengan penggunaan data yang lebih banyak. Sebagai contoh, dia menyebut basis dana per cekungan sehingga bisa mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif dan akurat. 

“Success ratio umumnya untuk eksplorasi mungkin di bawah 20%. Tadi ada yang mengatakan 15%. Kalau mereka ngebor lima atau 10 sumur, kalau sukses mungkin hanya dua sumur” katanya. 

Bisnis Indonesia, Page-19, Saturday, Sept 30, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel