South Korean shipbuilding company, Samsung Heavy lndustry Co. Ltd., obtained a contract to build a floating storage and regasification facility for the Java-1 Gas and Steam Power Plant project. Consortium of PT Pertamina, Sojitz Corp., and Marubeni Corp. to be the operator of the Java-1 Gas and Steam Power Plant (PLTGU) project with a capacity of 1,760 megawatts (MW).
Gas-fired power plant to be built in Cilamaya. Subang, West Java requires a floating storage regasification unit (FSRU) .The Pertamina consortium has signed an engineering, procurement, and construction (EPC) operator to the subsidiary of the Samsung Group.
Director of PT Pertamina Power Indonesia Ginanjar said that the FSRU construction contract has been signed with the involvement of a South Korean shipbuilding company, Samsung Heavy lndustry Co. Ltd. The FSRU will have a capacity of 400 million cubic feet per day (MMscfd).
FSRU will convert liquefied natural gas (LNG) from liquid to gas phase so that it can be utilized for Java gas steam power plant (PLTGU) 1.
"It has been signed with Samsung Heavy Industry," he said when contacted on Sunday (22/10).
According to him, the FSRU construction contract was signed with a value of about US $ 200 million. The working period of the regasification facility for 2 years and 3 months.
"The contract value of FSRU is about US $ 200 million more. The work is about 2 years and 3 months, "he said.
After the newly built shipping and regasification vessel was shipped to Indonesia, which is around 2020. Previously, Ginanjar mentioned the total capacity of 400 MMscfd. about 60% of which will be utilized to meet the needs of the plant, while the rest for other purposes such as industry.
But it still needs further discussion with PT Perusahaan Listrik Negara. For the gas supply to FSRU it has been obtained from the Tangguh Train III LNG Plant which is planned to start flowing in 2020.
The British Petroleum (BP British) project will ship 16 volumes of gas and can add up to 22 cargoes on a 20-year contract. According to him, Pertamina will also be involved in the PLTGU project in Bangladesh.
It is planned that the PLTGU in Bangladesh will have a capacity of 1,200 MW to 1,400 MW. The project will be similar to the Java PLTGU l where the plant and FSRU will be built in an integrated manner.
"We are submitting a proposal to Bangladesh. The concept is the same, PLTGU is the same as Java 1, integrated, "he said.
In addition, the consortium targets PLTGU Java 1 to secure financial closure in March 2018. Initially, the consortium projected the completion of funding can only be obtained in September 2018 by calculating the completion of electricity sales agreement (PPA). However, the process could be accelerated to 6 months so that financial close in March 2018.
If the project is financed by September 2018, the largest PLTGU in Indonesia will commence commercial operation in 2021. Meanwhile, if the financial close is reached in March 2018, by 2020 the project could start to generate electricity.
The loan portion is 80% of the total value of the project. The Pertamina Consortium already has a potential fund injector namely Japan Bank for International Corporation (JBIC), ADB and Nippon Export and Investment Insurance (NEXI).
BALANCE OF GAS
Planning for the addition of regasification facility will await the improvement of gas balance data. Deputy Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arcandra Tahar said that it knows there are additional regasification facilities based on land or floating. According to him, the development of new units needs to consider aspects of supply and needs.
Therefore, the planned addition of new units whether the company will be in the downstream sector of gas and PT Perusahaan Listrik Negara need to get an accurate basis.
In the 2016-2035 Gas Balance 2016, the comitted demand recorded increased from the current 923 MMscfd to 1,427 MMsCfd in 2018 and 2,289 MMscfd by 2019.
Given the commitment and potential demand, Indonesia needs to start importing gas by 2019. At that time, the total needs including those already contracted reached 9,323 MMscfd. Meanwhile, the total national gas supply is only 7,651 MMscfd so it needs to import gas 1,672 MMscfd.
On the gas balance, gas imports have begun in 2016. In fact, it is explained that new import projection around 2020. Based on Wood Mackenzie's data, there are currently four storage and regasification facilities operating. First, Arun FSRU in Aceh belongs to PT Pertamina with a capacity of 3 million tons per year (mtpa).
Second, FSRU Lampung owned by PT Perusahaan Gas Negara Tbk. with a capacity of 1.8 mtpa. Third, FSRU Nusantara Regas with 3 mtpa capacity. Fourth, FSRU Benoa in Bali belongs to PT Pembangkitan Jawa-Bali.
"This is what we are looking at. The plan should be more accurate with the gas balance," he said during a visit to FSRU Nusantara Regas off the coast of the Java Sea to the west, Thursday (19/10).
He also considered that the price of regasification or the conversion of liquid phase to gas is still relatively cheap. Thus, for now in the arrangement of gas governance, no regasification price regulation is required. Currently, according to him, regasification costs US $ 0.8 per MMBtu
"Now the cost of regasification that is here enough in the future is quite cheap," he said.
President Director of Nusantara Regas Tammy Meidhanna said that the current capacity of 500 MMscfd, the average distribution of 220 MMscd for electricity needs.
The gas power plant (PLTGU), which becomes the dominant consumer is actually a supporter during peak load so that its absorption is dynamic. For the night alone, its absorption drops to 150 MMscfd and daylight can reach 300 MMscfd.
"Afternoon can be up to 300 MMscfd, but if the night is 150 MMscfd absorption," he said.
Previously, Senior Experts Gas 81 Power Wood Mackenzie Edi Sagutra said that the addition of infrastructure in the form of regasification facilities both on land and floating is needed to improve gas utilization.
IN INDONESIA
Samsung Garap FSRU PLTGU Jawa-1
Perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan, Samsung Heavy lndustry Co. Ltd., mendapatkan kontrak untuk membangun fasilitas penyimpanan dan regasifikasi terapung unfuk proyak Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap Jawa-1. Konsorsium PT Pertamina, Sojitz Corp., dan Marubeni Corp. menjadi pelaksana proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Jawa-1 berkapasitas 1.760 megawatl (MW).
Pembangkit listrik berbahan bakar gas yang akan dibangun di Cilamaya. Subang, Jawa Barat ilu membutuhkan fasilitas penyimpanan dan (egasifikasi terapung (floating storage regasification unit/FSRU). Konsorsium Pertamina telah menandatangani pelaksana rekayasa, pengadaan dan konstruksi (enginering, Procurement & construction/EPC) kepada anak perusahaan Grup Samsung tersebut.
Direktur PT Pertamina Power Indonesia Ginanjar mengatakan bahwa kontrak pembangunan FSRU telah ditandatangani dengan melibatkan perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan, yaitu Samsung Heavy lndustry Co. Ltd. FSRU tersebut akan memiliki kapasitas 400 juta kaki kubik per hari (MMscfd). FSRU akan mengubah gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dari fase cair ke gas sehingga bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Jawa 1.
“Sudah ditandatangan dengan Samsung Heavy Industry,” ujarnya saat dihubungi, Minggu (22/10).
Menurutnya, kontrak pembangunan FSRU itu diteken dengan nilai sekitar US$ 200 juta. Masa pengerjaan fasilitas regasifikasi itu selama 2 tahun 3 bulan.
“Nilai kontrak FSRU sekitar US$ 200 juta lebih. Pengerjaan sekitar 2 tahun 3 bulan,” katanya.
Setelah kapal penyimpan dan regasifikasi itu selesai dibangun baru dikirim ke Indonesia, yaitu sekitar 2020. Sebelumnya, Ginanjar menyebut dari total kapasitas 400 MMscfd. sekitar 60% di antaranya akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pembangkit, sedangkan sisanya untuk keperluan lain seperti industri.
Namun hal itu masih perlu diskusi lebih lanjut dengan PT Perusahaan Listrik Negara. Untuk pasokan gas ke FSRU itu telah didapatkan dari Kilang LNG Tangguh Train III yang rencananya akan mulai mengalir pada 2020.
Proyek yang dioperasikan British Petroleum (BP Inggris) itu akan mengirim gas dengan volume 16 kargo dan dapat ditambah hingga 22 kargo dengan kontrak selama 20 tahun. Menurutnya, Pertamina juga akan terlibat dalam proyek PLTGU di Bangladesh. Rencananya, PLTGU di Bangladesh akan memiliki kapasitas 1.200 MW hingga 1.400 MW Proyek tersebut akan sama dengan PLTGU Jawa l di mana pembangkit dan FSRU akan dibangun secara terintegrasi.
“Kami sedang memasukkan proposal ke Bangladesh. Konsepnya sama, PLTGU sama seperti Jawa 1, integrated," katanya.
Selain itu, konsorsium menargetkan PLTGU Jawa 1 mendapatkan kepastian pendanaan (financial close) pada Maret 2018. Pada awalnya, konsorsium memproyeksikan penuntasan pendanaan hanya bisa diperoleh pada September 2018 dengan menghitung penyelesaian transaksi penjualan Iistrik (power purchase agreement/PPA). Namun, proses bisa dipercepat menjadi 6 bulan sehingga financial close pada Maret 2018.
Bila proyek mendapat kepastian pendanaan pada September 2018, PLTGU terbesar di Indonesia itu akan mulai beroperasi secara komersial pada 2021. Sementara, bila financial close dicapai pada Maret 2018, pada 2020 proyek bisa mulai mengalirkan listrik.
Porsi pinjaman sebesar 80% dari nilai total proyek. Konsorsium Pertamina telah memiliki calon penyuntik dana yakni Japan Bank for International Coorporation (JBIC), ADB dan Nippon Export and Investment Insurance (NEXI).
NERACA GAS
Perencanaan penambahan fasiIitas regasifikasi akan menunggu perbaikan data neraca gas. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan bahwa pihaknya mengetahui terdapat penambahan fasilitas regasifikasi berbasis darat atau terapung. Menurutnya, pembangunan unit-unit baru perlu mempertimbangkan aspek pasokan dan kebutuhannya.
Oleh karena itu, perencanaan penambahan unit baru baik yang akan dilakukan perusahaan di sektor hilir gas maupun PT Perusahaan Listrik Negara perlu mendapat dasar yang akurat.
Dalam Neraca Gas 2016-2035, komitmen permintaan (comitted demand) tercatat meningkat dari saat ini 923 MMscfd menjadi 1.427 MMsCfd pada 2018 dan 2.289 MMscfd pada 2019.
Dengan adanya komitmen dan potensial permintaan itu, Indonesia perlu mulai impor gas pada 2019. Pada saat itu, total kebutuhan termasuk dengan yang sudah terkontrak mencapai 9.323 MMscfd. Sementara itu, total pasokan gas nasional hanya 7.651 MMscfd sehingga diperlukan impor gas 1.672 MMscfd.
Pada neraca gas itu, impor gas telah dimulai pada 2016. Padahal, dijelaskan bahwa proyeksi impor baru di sekitar tahun 2020. Berdasarkan data Wood Mackenzie, saat ini terdapat empat fasilitas penyimpanan dan regasifikasi yang beroperasi. Pertama, FSRU Arun di Aceh milik PT Pertamina yang berkapasitas 3 juta ton per tahun (mtpa).
Kedua, FSRU Lampung milik PT Perusahaan Gas Negara Tbk. berkapasitas 1,8 mtpa. Ketiga, FSRU Nusantara Regas berkapasitas 3 mtpa. Keempat, FSRU Benoa di Bali milik PT Pembangkitan Jawa-Bali.
“Ini yang sedang kita lihat perencanaannya harus bisa lebih akurat dengan neraca gas,” ujarnya di sela kunjungan ke FSRU Nusantara Regas di lepas pantai Laut Jawa sebelah barat, Kamis (19/10).
Dia pun menilai bahwa harga regasifikasi atau pengubahan fasa cair ke gas masih tergolong murah. Dengan demikian, untuk saat ini di saat penataan tata kelola gas, belum diperlukan pengaturan harga regasifikasi. Saat ini, menurutnya, biaya regasifikasi US$ 0.8 per MMBtu
"Sekarang biaya regasifikasi yang ada di sini cukup ke depan ini cukup murah," katanya.
Direktur Utama Nusantara Regas Tammy Meidhanna mengatakan bahwa saat ini dari kapasitas 500 MMscfd, rata-rata penyalurannya sebesar 220 MMscd untuk kebutuhan ketenagalistrikan.
Pembangkit listrik tenaga gas (PLTGU), yang menjadi konsumen dominan sebenarnya bersifat pendukung saat beban puncak sehingga penyerapannya dinamis. Untuk malam saja, penyerapannya turun menjadi 150 MMscfd dan siang hari bisa mencapai 300 MMscfd.
“Siang bisa sampai 300 MMscfd, tetapi kalau malam 150 MMscfd penyerapannya," katanya.
Sebelumnya, Senior Experts Gas 81 Power Wood Mackenzie Edi Sagutra mengatakan bahwa penambahan infrastruktur berupa fasilitas regasifikasi baik di darat maupun terapung memang diperlukan untuk meningkatkan pemanfaatan gas.
Bisnis Indonesia, Page-30, Monday, October 23, 2017
No comments:
Post a Comment