PT Pertamina on December 31, 2017 is officially in control of Bontang Refinery, which was previously operated by PT Badak NGL. Pertamina claims, so far the process of transition is done normally.
As is known, Bontang LNG Plant has been owned by the government managed by PT Badak NGL with several partners. Bontang LNG Plant has eight processing facilities (train), each capacity 400-450 mmscfsd.
Vice President of Pertamina LNG, Didik Sasongko Widi said, until now there is no problem in the switchover Bontang LNG Plant, although this plan is still discussed with the government. Pertamina also assessed the capacity of this Bontang LNG Plant
no longer need to be developed.
"The LNG plant is not enough to add," he said.
PT Badak NGL is developing to improve gas processing capability so that it can directly manage the type of Lean gas or dry gas.
Unlike Pertamina, Deputy Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arcandra Tahar said that it is necessary to increase the processing capability at the Bontang LNG plant in an effort to prepare the abundant supply of lean gas from several gas fields around Kalimantan. For example from the Mahakam Block, Sanga Sanga Block, Attaka Block, East Block. Kalimantan, Muara Bakau Block including gas from Jangkrik Block.
"Eni field, Cricket, it's lean gas, most likely the future of Mahakam gas production will be lean gas," he said.
To note the natural gas is divided into two types namely wet gas which is also called rich gas because of its long carbon chain. Rich, gas is a type of gas with high levels of propane, butane, to heptane.
While lean gas has shorter carbon chains with high concentrations of methane and ethane. With the increase in processing capability is expected to LNG processing can also be faster.
Of the eight Refineries that are, the NGL rhino only operates four trains. Own development targeting only on one train so that it can directly process lean gas into LNG. He said that the development process is still ongoing and is targeted to be completed next year.
IN INDONESIA
Pertamina: Belum Perlu Upgrade Bontang
PT Pertamina pada 31 Desember 2017 ini resmi memegang kendali Kilang Bontang, yang sebelumnya dioperasikan oleh PT Badak NGL. Pertamina mengklaim, sejauh ini proses peralihan yang dilakukan berjalan dengan normal.
Seperti diketahui, Kilang LNG Bontang selama ini adalah milik pemerintah yang dikelola oleh PT Badak NGL bersama beberapa mitranya. Kilang LNG Bontang punya delapan fasilitas pengolahan (train), berkapasitas masing-masing 400-450 mmscfsd.
Vice President LNG Pertamina, Didik Sasongko Widi bilang, hingga kini tidak ada masalah dalam peralihan Kilang LNG Bontang, meskipun rencana ini masih terus dibicarakan dengan pemerintah. Pertamina juga menilai kapasitas Kilang LNG Bontang ini tidak perlu lagi dikembangkan.
"Kilang LNG sudah cukup tidak perlu menambah," katanya.
Adapun PT Badak NGL sedang melakukan pengembangan untuk meningkatkan kemampuan pengolahan gas sehingga bisa langsung mengelola jenis Lean gas atau gas kering (dry gas).
Berbeda dengan Pertamina, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menilai, perlu peningkatan kemampuan pengolahan di kilang LNG Bontang dalam upaya persiapan melimpahnya pasokan lean gas dari beberapa lapangan gas yang berada di sekitar Kalimantan. Misalnya dari Blok Mahakam, Blok Sanga Sanga, Blok Attaka, Blok East. Kalimantan, Blok Muara Bakau termasuk gas dari Blok Jangkrik.
"Lapangan Eni, Jangkrik, itu lean gas. Kemungkinan besar produksi gas Mahakam ke depan akan lean gas," katanya.
Untuk diketahui gas alam terbagi menjadi dua jenis yakni wet gas yang juga disebut rich gas karena panjangnya rantai karbon pembentuknya. Rich, gas merupakan jenis gas dengan kadar tinggi propana, butana, hingga heptana.
Sementara lean gas memiliki rantai karbon lebih pendek dengan konsentrasi tinggi metana dan etana. Dengan adanya peningkatan kemampuan pengolahan ini diharapkan pengolahan LNG juga bisa lebih cepat.
Dari delapan Kilang yang adalah, Badak NGL hanya mengoperasikan empat train. Pengembangan sendiri menyasar hanya pada satu train sehingga bisa langsung mengolah lean gas menjadi LNG. Dia menceritakan saat ini proses pengembangannya masih berlangsung dan ditargetkan selesai pada tahun depan.
Kontan, Page-14, Monday, Nov 27, 2017
No comments:
Post a Comment