google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Pertamina Officially Mastering the Jambaran-Tiung Biru - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Monday, November 20, 2017

Pertamina Officially Mastering the Jambaran-Tiung Biru



PT Pertamina through its subsidiary, PT. Pertamina EP Cepu (PEPC), officially became the sole manager of unit project of Jambaran-Tiung Biru Field (JTB). Not only that, Pertamina has also signed a gas sale and purchase contract with PT. State Electricity Company (PT PLN).

As it is known, through Letter Number 9/13 / MEM.M / 2017 dated January 3, 2017, the government through the Ministry of ESDM ordered Pertamina c.q. PT Pertamina EP Cepu (PEPC) to fully develop JTB Field and complete the field transfer process with ExxonMobil Cepu Limited's business scheme.

Pertamina has completed negotiations with Exxon Mobil. In fact, Pertamina EP Cepu has received the transfer of management document of Jambaran-Tiung Biru Field from Exxon Mobil witnessed by Vice Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arcandra Tahar.

Pertamina has also signed a gas purchase agreement (PJBG) Jambaran-Tiung Biru with PLN. Gas from the Jambaran-Tiung Biru project of 172 million standard cubic feet per day (mmscfd) will be allocated to PLN of 100 mmscfd and the remaining 72 mmscfd for industries in Central and East Java. The gas price was agreed at US $ 7.6 per million British thermal unit (mmbtu) without escalation for 30 years.

Upstream Director of Pertamina Syamsu Alam said that the company will work on and finance the Jambaran-Tiung Biru Project independently. The required investment budget for this project is estimated at US $ 1.55 billion.

"What is clear capex JTB US $ 1.55 billion. If BUMD does not participate, Pertamina will fund, "he said in Jakarta, Monday (13/11).

Pertamina EP President Director Cepu Adriansyah continues, after PJ BG is signed, it will sign an engineering, procurement and construction (EPC) package. It has set PT Rekayasa Industri (Rekind) and PT Japan Gas Corporation as the winner of the tender.

"Then immediately began construction, about three years of construction. So by the fourth quarter of 2021, "he explained.

In the near future, it will also sign a contract for the construction of a gas processing facility (GPF). Thus, it will work on engineering design for this facility. While the GPF's physical construction is planned to begin next year.

"Our drilling also starts next year. Next year maybe only two wells were drilled. Then in 2019 we completed four wells. So the total is six wells, "said Adriansyah.

The Jambaran-Tiung Biru project has a high complexity with 34% carbon dioxide and 330 million cubic feet per day (MMscfd) gas processing facility.

For a while, this carbon dioxide content will be burned (flare) and released into the air. Pertamina has obtained permission to flare.

PLTGU Java-3

Meanwhile, PLN Superintendent II Superintendent Superintendent Iwan Santoso said the gas supply from Lapangan Jambaran-Tiung Biru can be utilized for several power plants such as PLTGU Gresik, Tambaklorok and Grati. However, primarily, this gas will be used to meet the needs of new power plants in Gresik, East Java, namely PLTGU Java-3.

"We project it for the new Gresik power plant (Java-3). Because by 2020, there is a decline gas supply, this JTB enters in 2021, "
he said.

Currently, PLN's power plant in East Java is said to receive 200 mmscfd gas supply from PT Pertamina Hulu Energi, Santos Indonesia and Kangean Energy Indonesia Ltd. Gas supply from these three companies is predicted to begin to decline by 2020. JTB will add 100 mmscfd gas supply, once existing supply starts to decline.

"Because the requirement of PLTGU Java-3 is not up to 110 mmscfd, at most about 80 mmscfd," said Iwan.

He said PLTGU Java-3 is planned to have a capacity of 800 megawatts (MW). This power plant project is targeted to start operating in 2021, along with the entry of gas from Jambaran-Tiung Biru. The project will be developed by PLN subsidiary, PT Pembangkitan Jawa Bali, with partners. Now, PLN's subsidiary is processing the selection of partners.

"It is expected that by the end of this year or early next year the selection of partners will be completed," said Iwan, adding that PJB will hold 51% stake while its partner is 49%.

IN INDONESIA

Pertamina Resmi Kuasai Jambaran-Tiung Biru


PT Pertamina melalui anak usahanya, PT. Pertamina EP Cepu (PEPC), resmi menjadi pengelola tunggal proyek unitisasi Lapangan Jambaran-Tiung Biru (JTB). Tidak hanya itu, Pertamina juga sudah menandatangani kontrak jual beli gas dengan PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN).

Seperti diketahaui, melalui Surat Nomor 9/13/MEM.M/2017 tertanggal 3 Januari 2017, pemerintah melalui Kementerian ESDM memerintahkan Pertamina c.q. PT Pertamina EP Cepu (PEPC) untuk mengembangkan secara penuh Lapangan JTB dan menyelesaikan proses pengalihan lapangan dengan skema bisnis bersama ExxonMobil Cepu Limited.

Pertamina telah merampungkan negosiasi dengan Exxon Mobil. Bahkan, Pertamina EP Cepu telah menerima dokumen pengalihan pengelolaan Lapangan Jambaran-Tiung Biru dari Exxon Mobil disaksikan langsung oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar.

Pertamina juga sudah menandatangani perjanjian jual beli gas (PJBG) Jambaran-Tiung Biru ini dengan PLN. Gas dari proyek Jambaran-Tiung Biru sebesar 172 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/ mmscfd) akan dialirkan untuk PLN sebesar 100 mmscfd dan sisanya 72 mmscfd untuk industri di Jawa Tengah dan Timur.  Harga gas disepakati US$ 7,6 per juta british thermal unit (mmbtu) tanpa eskalasi selama 30 tahun.

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, pihaknya akan mengerjakan dan mendanai Proyek Jambaran-Tiung Biru ini secara mandiri. Anggaran investasi yang dibutuhkan untuk proyek ini diperkirakannya mencapai US$ 1,55 miliar. 

“Yang jelas capex JTB US$ 1,55 miliar. Kalau BUMD tidak ikut, Pertamina yang akan mendanai,” kata dia di Jakarta, Senin (13/11).

Presiden Direktur Pertamina EP Cepu Adriansyah melanjutnya, setelah PJ BG ditandatangani, pihaknya akan menandatangani kontrak paket rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC). Pihaknya telah menetapkan PT Rekayasa Industri (Rekind) dan PT Japan Gas Corporation sebagai pemenang tender.

“Kemudian langsung mulai konstruksi, sekitar tiga tahun konstruksinya. Jadi paling lambat kuartal empat 2021 selesai,” jelasnya.

Dalam waktu dekat, pihaknya juga akan menandatangani kontrak pembangunan fasilitas pemrosesan gas (gas processing facility/GPF). Sehingga, pihaknya akan menggarap desain engineering untuk fasilitas ini. Sementara konstruksi fisik GPF ini direncanakan bisa dimulai pada tahun depan.

“Pengeboran kami juga mulai tahun depan. Tahun depan itu mungkin hanya dua sumur dibor. Kemudian 2019 itu kami selesaikan empat sumur. Jadi totalnya enam sumur,” papar Adriansyah.

Proyek Jambaran-Tiung Biru memiliki kompleksitas tinggi dengan kandungan karbondioksida mencapai 34% dan fasilitas pemrosesan gas 330 juta kaki kubik per hari (million metric standard cubic féef per day/MMscfd).

Untuk sementara, kandungan karbondioksida ini akan dibakar (flare) dan dilepas ke udara. Pertamina sudah mendapatkan izin untuk melakukan flare.

PLTGU Jawa-3

Sementara itu, Direktur Pengadaan Strategis II PLN Supangkat Iwan Santoso menuturkan, pasokan gas dari Lapangan Jambaran-Tiung Biru bisa dimanfaatkan untuk beberapa pembangkit, seperti PLTGU Gresik, Tambaklorok, dan Grati. Namun, utamanya, gas ini akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan pembangkit baru di Gresik, Jawa Timur, yaitu PLTGU Jawa-3.

“Kami proyeksinya untuk PLTGU Gresik yang baru (Jawa-3). Karena pada 2020, pasokan gas ada yang decline, ini JTB masuk di 2021,” kata dia.

Saat ini, pembangkit PLN di Jawa Timur disebutnya menerima jatah pasokan gas sekitar 200 mmscfd dari PT Pertamina Hulu Energi, Santos Indonesia, dan Kangean Energy Indonesia Ltd. Pasokan gas dari ketiga perusahaan ini diprediksi mulai turun pada 2020. JTB akan menambah pasokan gas 100 mmscfd, begitu pasokan eksisting mulai turun. 

“Karena kebutuhan PLTGU Jawa-3 tidak sampai 110 mmscfd, paling sekitar 80 mmscfd," ujar Iwan.

Dikatakannya, PLTGU Jawa-3 direncanakan memiliki kapasitas 800 megawatt (MW). Proyek pembangkit ini ditargetkan mulai beroperasi pada 2021, bersamaan dengan masuknya gas dari Jambaran-Tiung Biru. Proyek akan digarap anak usaha PLN, PT Pembangkitan Jawa Bali, bersama mitra. Kini, anak usaha PLN itu sedang memproses pemilihan mitra. 

“Diharapkan akhir tahun ini atau awal tahun depan pemilihan mitra selesai ," kata Iwan. Nantinya, PJB akan memegang kepemilikan saham 51%, sementara mitranya 49%. 

Investor Daily, Page-9, Tuesday, Nov 14, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel