Gas production from the Cricket Project in Bakau estuary block, Makassar Strait has reached 605-607 million standard cubic feet per day (mmscfd) from the initial target of 450 mmscfd. That much production is mostly to supply domestic needs.
"Production is targeted at 450 mmscfd, equivalent to approximately 75,000 barrels of oil equivalent per day (boepd), now production above 600 mmscfd," said ESDM Minister Ignasius Jonan during the inauguration of the Jangkrik field gas field facility at the Onshore Receiving Facility / ORF) owned by Eni Muara Bakau, in Handil Baru Village, Samboja District, Kutai Kartanegara Regency, East Kalimantan, on Tuesday (31/10).
ORF functions to receive gas and condensate flow from Floating Production Unit (FPU) Cricket. Both are new facilities of the Jangkrik gas field development and are part of the development of integrated facilities.]
Jonan said the completion of the Cricket Project managed by Eni Muara Bakau could be 6 months faster than planned for 4 years. While investment costs are saved 5-10%.
At the same place, Amien Sunaryadi, Head of the Oil and Gas Special Unit (SKK Migas) added that the budget savings of around 5-10% from the construction of the Jangkrik field gas production facility in the ORF area reaches about US $ 4 million.
The facility is planned to be completed in four years. However, Eni as the operator of Muara Bakau Block can finish it within 3.5 years. Eni has started production from the Jangkrik Block Complex Development Project in Makassar Strait since May 29th.
The gas produced will be supplied to the Bontang LNG plant. Then, as many as 2/3 were sold to Pertamina, and one third was distributed to Eni Midstream. The majority of gas delivered to Pertamina will be used for domestic needs, while Eni Midstream is for export purposes.
Jonan further said that the 600 mmscfd gas production from the Cricket Project adds 5% of national oil production or 100,000 boepd. "Of the total national production of 2 million boepd, 1.2 million boepd is gas. Today Eni's operations are adding 100,000 boeds or 5 percent nationwide. probably in 2019 will increase by approximately 10 percent, "he said.
This project includes North East Cricket and Cricket field located in Muara Bakau Block, Kutai Basin, in marine waters
in the Makassar Strait. Production was produced through 10 underwater wells connected to FPU Cricket.
Distribution of production from this field has been able to improve utility of the Bontang LNG facility. This improves provisioning more effective and efficient energy. Gas production from Jangkrik will supply LNG to domestic market as well as export market, so that contributed significantly to the fulfillment of Indonesia's energy hazard.
The Jangkrik Gas field development project has also created a substantial multiplier effect such as manufacturing processing facilities that have been done in Karimun, and employment. There are 1,000 more workers during the project phase with 94,596 of whom are Indonesian workforce.
ENI officially became the operator of Muara Bakau Block in 2002. The discovery of the first gas reserves occurred in 2009 at Jangkrik-1 Well. Located about 20 km from the Cricket Field on the same block is the North East Cricket well found in 2011 and then integrated into a field development plan (POD)
The Government of Indonesia approved the POD of Jangkrik Field in 2011 and North East Cricket Field in 2013. North East Cricket Field Approval covers the incorporation of the Jangkrik Field development called "Cricket Complex Project".
IN INDONESIA
Produksi Gas Proyek Jangkrik Capai 607 MMSCFD
Produksi gas dari Proyek Jangkrik di Blok muara Bakau, Selat Makassar telah mencapai 605-607 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) dari target awal 450 mmscfd. Produksi sebanyak itu sebagian besar untuk memasok kebutuhan domestik.
“Produksi ditargetkan 450 mmscfd atau setara kira-kira 75.000 barel setara minyak per hari (boepd), sekarang produksinya di atas 600 mmscfd,” kata Menteri ESDM Ignasius Jonan saat peresmian fasilitas produksi gas lapangan Jangkrik di area Fasilitas Penerimaan Darat (Onshore Receiving Facility/ ORF) milik Eni Muara Bakau, di Kelurahan Handil Baru, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Selasa(31/10).
ORF berfungsi menerima aliran gas dan kondensat dari Floating Production Unit (FPU) Jangkrik. Keduanya merupakan fasilitas baru dari pengembangan lapangan gas Jangkrik dan menjadi bagian dari pengembangan fasilitas yang terintegrasi.]
Jonan menyatakan penyelesaian Proyek Jangkrik yang dikelola oleh Eni Muara Bakau ini bisa lebih cepat 6 bulan dari yang direncanakan selama 4 tahun. Sedangkan biaya investasi yang dihemat 5-10%.
Di tempat yang sama, Kepala Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi menambahkan, penghematan anggaran sekitar 5-10% dari pembangunan fasilitas produksi gas lapangan Jangkrik di area ORF itu mencapai sekitar US$ 4 juta.
Fasilitas itu direncanakan rampung dibangun dalam empat tahun. Namun, Eni selaku operator Blok Muara Bakau bisa menyelesaikannya dalam waktu 3,5 tahun. Eni telah memulai produksi dari Proyek Pengembangan Kompleks Blok Jangkrik di Selat Makassar sejak 29 Mei lalu.
Gas yang diproduksi itu bakal disalurkan ke kilang LNG Bontang. Kemudian, sebanyak 2/3 dijual ke Pertamina, dan sepertiga disalurkan ke Eni Midstream. Mayoritas gas yang dikirim ke Pertamina bakal digunakan untuk kebutuhan domestik, sementara Eni Midstream untuk keperluan ekspor.
Lebih lanjut Jonan mengatakan, produksi gas 600 mmscfd dari Proyek Jangkrik itu menambah 5% produksi migas nasional atau setara 100.000 boepd. “Dari total produksi nasional 2 juta boepd, sebanyak 1,2 juta boepd adalah gas. Sekarang ini pengoperasian oleh Eni itu bertambah 100.000 boed atau 5 persen secara nasional. mungkin tahun 2019 bertambah kira-kira 10 persen,” ujar dia.
Proyek ini meliputi lapangan Jangkrik dan Jangkrik North East yang terletak di Blok Muara Bakau, Cekungan Kutai, di perairan laut dalam Selat Makassar. Produksi itu dihasilkan melalui 10 Sumur bawah laut yang terhubung dengan FPU Jangkrik.
Penyaluran produksi dari lapangan ini telah dapat meningkatkan utilitas dari fasilitas LNG Bontang. Hal ini meningkatkan penyediaan energi yang lebih efektif dan efisien. Produksi gas dari Jangkrik akan memasok LNG ke pasar domestik dan juga pasar ekspor, sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemenuhan kebumhan energi Indonesia.
Proyek pengembangan Lapangan Gas Jangkrik juga telah menciptakan dampak berantai (multiplier effect) yang cukup besar seperti pabrikasi fasilitas pengolahan yang telah dikerjakan di Karimun, dan penyerapan tenaga kerja. Terdapat 1.000 lebih tenaga kerja selama fase proyek dengan 94,596 di antaranya adalah tenaga kerja Indonesia.
ENI resmi menjadi operator Blok Muara Bakau pada tahun 2002. Penemuan cadangan gas pertama terjadi pada tahun 2009 di Sumur Jangkrik-1. Berjarak sekitar 20 km dari Lapangan Jangkrik pada blok yang sama terdapat sumur Jangkrik North East yang ditemukan pada tahun 2011 dan kemudian diintegrasikan dalam satu rencana pengembangan lapangan (POD)
Pemerintah Indonesia memyetujui POD Lapangan Jangkrik pada 2011 dan Lapangan Jangkrik North East pada 2013. Persetujuan Lapangan Jangkrik North East melingkupi penggabungan pengembangan Lapangan Jangkrik yang dinamakan “Jangkrik Complex Project".
Investor Daily, Page-9, Wednesday, Nov 1, 2017
If you don"t mind proceed with this extraordinary work and I anticipate a greater amount of your magnificent blog entries singerforcolorado.com
ReplyDelete