google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Kasuri Block Wait for Permit Minister Jonan - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Complete Graphic Design Course™

Tuesday, December 12, 2017

Kasuri Block Wait for Permit Minister Jonan



The Kasuri Block field development plan in West Papua proposed by Genting Oil Kasuri Limited is only awaiting the approval of the Minister of Energy and Mineral Resources lgnasius Jonan.

Head of Program and Communications Division of the Special Unit for Upstream Oil and Gas Business Unit (SKK Migas) Vishnu Prabawa Taher said that his office has submitted an analysis result related to the Kasuri Block field development plan.

Kasuri Block is estimated to generate 285 million cubic feet per day (MMscfd) of gas in 2019 from an investment of US $ 900 million. Production originated and Field Smoke, Kido Field, and Red Square.

"Still waiting for the approval of minister lgnasius Jonan. We have given the results of his last analysis, "he said on Monday (11/12).

However, he did not mention the company that would absorb the gas from the block. Until now it is not known who will be the buyer of gas Kasuri. Because the operator offers gas for US $ 6 per MMBtu, while the industry in Bintuni Bay, Papua ask for lower prices so there is no agreement. "Yeah, if not wrong, there will be an allocation for that in the industry."

Earlier, Deputy of Oil and Gas Operations at Migas Fataryani Abdurahman said that the proposed development cost of Genting Oil Kasuri Limited as operator Kasuri Block is too expensive. Fataryani pointed out that the cost of drilling one well is proposed to reach US $ 80 million to US $ 85 million because referring to the oil price in 2012 which is in the range of US $ 100 per barrel.

In addition, the operator proposed the addition of a compressor installation. For that reason, he called the plans for the development plan to be too late and likely to change the project's operating plan. Control of development costs at the start of the project, Fataryani said, is important because it will affect the selling price of gas produced. Gas from this block is planned to be utilized by petrochemical industry and fertilizer factory requesting US $ per MMBtu price.

The Ministry of Industry noted that the Bintuni area has potential to build petrochemical industry because there are two gas reserves operated by two companies namely BP Tangguh of 23.8 trillion standard cubic feet (tscf) and Genting Oil Kasuri Pte. Ltd. of 1.7 tscf.

This area is potentially developed for petrochemical plants that produce natural gas commodities in two phases. 257 MMscfd of gas supplied from BP Tangguh and Genting Oil Kasuri with a target to operate in 2021 to produce methanol, etelina, propylene, and polyethylene.

IN INDONESIA


Blok Kasuri Tunggu Restu Menteri Jonan


Rencana pengembangan lapangan Blok Kasuri di Papua Barat yang diajukan Genting Oil Kasuri Limited hanya menunggu persetujuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral lgnasius Jonan.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher mengatakan bahwa pihaknya telah mengajukan hasil analisis terkait dengan rencana pengembangan lapangan Blok Kasuri.

Blok Kasuri diperkirakan menghasilkan gas sebanyak 285 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd) pada 2019 dari investasi US$ 900 juta. Produksi berasal dan Lapangan Asap, Lapangan Kido, dan lapangan Merah.

“Masih menunggu persetujuan menteri lgnasius Jonan. Kami sudah memberikan hasil analisis terakhirnya," ujarnya, Senin (11/12). 

    Namun, dia tidak menyebut tentang perusahaan yang akan menyerap gas dari blok tersebut. Hingga saat ini belum diketahui pihak yang akan menjadi pembeli gas Kasuri. 

     Pasalnya, operator menawarkan gas seharga US$ 6 per MMBtu, sedangkan industri di Teluk Bintuni, Papua meminta harga yang lebih rendah sehingga belum ada kesepakatan. “Iya kalau tidak salah tetap akan ada alokasi untuk yang di industri.”

Sebelumnya, Deputi Operasi SKK Migas Fataryani Abdurahman mengatakan bahwa biaya pengembangan yang diusulkan Genting Oil Kasuri Limited sebagai operator Blok Kasuri terlalu mahal. 

   Fataryani mencontohkan bahwa biaya pengeboran satu sumur diusulkan mencapai US$ 80 juta sampai US$ 85 juta karena mengacu harga minyak pada 2012 yang berada di kisaran US$ 100 per barel.

Selain itu, operator mengusulkan penambahan instalasi kompresor Atas alasan itulah, dia menyebut rencana penyusunan rencana pengembangan menjadi terlambat dan kemungkinan mengubah rencana operasi proyek.

      Pengendalian biaya pengembangan pada awal proyek, tutur Fataryani, penting karena akan berdampak pada harga jual gas yang dihasilkan. Gas dari blok ini rencananya dimanfaatkan industri petrokimia dan pabrik pupuk yang meminta harga US$ per MMBtu.

Kementerian Perindustrian mencatat wilayah Bintuni berpotensi dibangun industri petrokimia karena terdapat dua cadangan gas yang dioperasikan oleh dua perusahaan yakni BP Tangguh sebesar 23 ,8 trillion standard cubic feet (tscf) dan Genting Oil Kasuri Pte. Ltd. sebesar 1,7 tscf. 

Area ini berpotensi dikembangkan untuk pabrik petrokimia yang memproduksi komoditas gas alam dalam dua fase. Gas sebanyak 257 MMscfd yang dipasok dari BP Tangguh dan Genting Oil Kasuri dengan target beroperasi pada 2021 untuk menghasilkan metanol, etelina, propilena, dan polietilena.

Bisnis Indonesia, Page-30, Tuesday, Dec 12, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel