google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 New Profit Sharing Scheme Interesting to Investors - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Saturday, December 30, 2017

New Profit Sharing Scheme Interesting to Investors



A revenue-sharing scheme based on gross production is an attraction for investors. The government's claims are based on five conventional oil and gas working areas under the profit-sharing scheme, which investors are interested in.

In fact, investors who have taken the work area auction documents that can not be used as a measure until the signing of the contract is done.

The five working areas are the Andaman I and II Blocks off the coast of northern Sumatra, the Merak-Lampung Block offshore and Lampung mainland, the Pekawai Block off the East Kalimantan coast, and the West Yamdena Block offshore and Maluku mainland.

With direct offers, bidders who have submitted documents are Mubadala Petroleum Ltd, Repsol Exploration, PT Energi Mega Persada Tbk, PT Saka Energy Indonesia, and Premier Oil Far East Ltd consortium, Mubadala Petroleum Ltd, and Kris Energy

"If asked interestingly or not, with the interest of five out of seven working areas of oil and gas, then we say gross split scheme managed to attract investors," said Deputy Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arcandra Tahar, Friday (29/12) Jakarta.

Arcandra compares the auction of conventional and non-conventional oil and gas (coal methane and shale gas) metals in 2015 and 2016 that failed to attract investors.

At that time, the profit sharing scheme used still contains cost recovery component (an operating cost that can be recovered). By 2015 there are eight working areas on offer and by 2016 14 jobs are offered. The bid in two years did not win any winners.

"Remember, in 2015 and 2016 when offered still use cost recovery and none of which sell well. All over again
The Working Area will be offered again in 2018 using a gross split scheme and hopefully someone will be interested in managing the block, "said Arcandra.

As for regular auctions on the working area of the Tongkol Block offshore Natuna, East Tanimbar Block off the coast of Maluku, as well as the Mamberamo Block offshore and mainland Papua, none of the companies expressed interest. Similarly, the Non-Conventional Oil and Gas Working Area (coal methane gas), none of the companies interested in the Work Area are Raja and Bunga Emas in mainland South Sumatra.

"The possibility of non-conventional oil and gas working areas is not desirable because it still faces severe challenges, namely the low price of crude oil. In addition, the success ratio for this Work Area is low, "said Arcandra.

Not yet confirmed

Chairman of the Indonesian Petroleum Engineering Association Pri Agung Rakhmanto said that an oil and gas working area of interest or taken by its offer documents by investors cannot be used as a measure that the gross split scheme was successfully implemented. Because not yet certain companies that take the auction document realize its investment commitments for exploration to production.

"What we need now is a bona fide company or really committed to seek and produce oil and gas in Indonesia. Not just a company that is interested and won the auction, "said Pri Agung Rakhmanto.

IN INDONESIA


Skema Bagi Hasil Baru Diminati Investor


Skema bagi hasil berdasarkan produksi bruto merupakan daya tarik bagi investor. Klaim pemerintah tersebut berdasarkan pada lima Wilayah kerja minyak dan gas bumi konvensional dengan skema bagi hasil itu, yang diminati investor.

Padahal, investor yang telah mengambil dokumen lelang wilayah kerja itu belum dapat dijadikan ukuran hingga penandatanganan kontrak dilakukan.

Kelima wilayah kerja tersebut adalah Blok Andaman I dan II di lepas pantai Sumatera bagian utara, Blok Merak-Lampung di lepas pantai dan daratan Lampung, Blok Pekawai di lepas pantai Kalimantan Timur, serta Blok West Yamdena di lepas pantai dan daratan Maluku.

Dengan penawaran langsung, peserta lelang yang sudah memasukkan dokumen adalah Mubadala Petroleum Ltd, Repsol Exploration, PT Energi Mega Persada Tbk, PT Saka Energi Indonesia, serta konsorsium Premier Oil Far East Ltd, Mubadala Petroleum Ltd, dan Kris Energy

”Kalau ditanya menarik atau tidak, dengan diminatinya lima dari tujuh wilayah kerja migas, maka kami katakan skema gross split berhasil menarik minat investor,” kata Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar, Jumat (29/12), di Jakarta.

Arcandra membandingkan lelang vvilayah kerja migas konvensional dan non-konvensional (gas metan batubara dan minyak serpih) pada 2015 dan 2016 yang gagal menarik minat investor. Saat itu, skema bagi hasil yang digunakan masih memuat komponen cost recovery (biaya operasi yang dapat dipulihkan). Pada 2015 ada delapan wilayah kerja yang ditawarkan dan pada 2016 sebanyak 14 wilayah kerja ditawarkan. Penawaran dalam dua tahun itu tidak mendapatkan satu pun pemenang.

”Ingat, pada 2015 dan 2016 saat ditawarkan masih menggunakan cost recovery dan tidak ada satu pun yang laku. Nanti seluruh
Wilayah Kerja itu akan ditawarkan ulang pada 2018 menggunakan skema gross split dan semoga akan ada yang berminat mengelola blok tersebut,” ujar Arcandra.

Adapun untuk lelang reguler terhadap wilayah kerja Blok Tongkol di lepas pantai Natuna, Blok East Tanimbar di lepas pantai Maluku, serta Blok Mamberamo di lepas pantai dan daratan Papua, tidak satu pun perusahaan menyatakan minat. Begitu pula dengan Wilayah Kerja migas non-konvensional (gas metan batubara) tidak satu pun perusahaan yang tertarik Wilayah Kerja tersebut adalah Raja dan Bungamas di daratan Sumatera Selatan.

”Kemungkinan Wilayah Kerja migas non-konvensional tidak diminati karena masih menghadapi tantangan berat, yaitu harga minyak mentah yang masih rendah. Selain itu, rasio keberhasilan untuk Wilayah Kerja ini terbilang rendah,” ujar Arcandra.

Belum dipastikan 

Ketua I Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Pri Agung Rakhmanto mengatakan, sebuah Wilayah kerja migas yang diminati atau diambil dokumen penawarannya oleh investor belum dapat dijadikan ukuran bahwa skema gross split berhasil diterapkan. Sebab belum dapat dipastikan perusahaan-perusahaan yang mengambil dokumen lelang tersebut merealisasikan komitmen investasinya untuk eksplorasi sampai produksi.

”Yang kita butuhkan sekarang adalah perusahaan yang bonafide atau benar-benar mempunyai komitmen mencari dan memproduksi migas di Indonesia. Bukan sekadar perusahaan yang berminat dan memenangi lelang,” kata Pri Agung Rakhmanto.

Kompas, Page-18, Saturday, Dec 30, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel