google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Offshore Offshore Energy Shrinkage Line - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wednesday, December 6, 2017

Offshore Offshore Energy Shrinkage Line



Premium revenue in the offshore energy insurance business sector declined by 16.8% in the third quarter of 2017 due to reduced investment and oil and gas exploration in Indonesia.

Referring to data released by the Indonesian General Insurance Association (AAUI), the realization of premiums from the offshore energy insurance business line stood at Rp 1.13 trillion, down 16.8% from the year-on-year / yoy) of Rp 1.36 trillion.

AAUI Executive Director Achmad Sudiyar Dalimunthe said oil prices have not shown encouraging progress. This has an impact on investment decline.

"The price of oil is less good so investment decreases, so investors are less interested or delay, existing projects are in-hold first," said Achmad.

He continued, if the company delayed oil and gas mining project it will also affect the insurance company. The reason, the insurance will lose the demand to guarantee the project.

"Tenders for offshore projects will be lost," he said.

AAUI note shows that oil and gas exploration activities in Indonesia in 2017 is projected to be realized only 32% of the target. Until September 201 7, the realization of oil and gas exploration project is only 40 drilling activities of the total plan of 138 drilling. 

     He continued, oil prices are an incentive for investors. Therefore, if oil prices start to improve, then investor confidence to develop offshore energy sector sector also improved.

"Next year our oil and gas potential is huge. Hope next year there is improvement and the price of oil, "he said. Compared to conditions in kial I / 2017, the state of the energy insurance business in the quarter III / 2017 experienced a reversal.

In the first three months of this year, the premium revenue of the energy business only recorded a significant growth of 75.2% to Rp 110.25 billion compared to the same period in the previous year of Rp 62.93 billion.

Based on the association's record, the high rate of premium income on energy business during the period was due to the payment of premiums paid in the previous year.

On the other hand, the movement of global crude oil commodity prices which tend to strengthen during that period also contributed positively to energy insurance business.

"As long as the strengthening of oil prices continues to occur will encourage companies to explore shipping and others," he said.

Nevertheless, Julian Noor, Executive Director of AAUI at the time, mentioned that the business movement of the energy insurance business business can not be seen in just one quarter. The reason, according to Julian, the business is a long-term project or multi-year project.

"So if you want to see the trend on this line of energy business should see in a few years," he said.

LOW CONTRIBUTION

Currently, one of the general insurance companies that run the energy insurance business is PT Asuransi Wahana Tata (Aswata). President Director Aswata Christian Wanandi said that although oil prices have started to rise, it does not automatically affect the increase in premium income for energy insurance business. Instead, the premium income of the energy insurance business, particularly offshore, has declined.

According to him, business growth in energy insurance is very dependent on the price of oil and gas commodities that will affect the exploration activities. Therefore, it hopes the price of these commodities can be improved and stable.

He said that until now the contribution of the premiums on energy business is still small, which is only 6%. Nevertheless, he still plans to optimize the business line to better balance the company's business portfolio.

"Of course we will further optimize again, this year we expect the contribution can increase to 10% strictly

Overall, up to October 2017, Aswata has booked a premium of Rp 1.5 trillion or grew 7% -8% (yoy).

Of the total premiums recorded, the business line of motor vehicles became the largest contributor with a portion of 37%. Then followed by Iini property insurance business with a portion of 34%, while the remaining 29% comes from other business line. Previously, Aswata targets premium income throughout 2017 to reach Rp 2.1 trillion, up by 16% (yoy).

IN INDONESIA


Lini Asuransi Energi Offshore Mengecil


Pendapatan premi pada lini bisnis asuransi energi offshore mengalami penurunan sebesar 16,8% pada kuartal III/2017 lantaran berkurangnya investasi dan eksplorasi migas di Indonesia.

Merujuk pada data yang dirilis oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), realisasi premi dari lini bisnis asuransi energi offshore tercatat Rp 1,13 triliun, atau turun sebesar 16,8% dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu (year On-year/yoy) sebesar Rp 1,36 triliun.

Direktur Eksekutif AAUI Achmad Sudiyar Dalimunthe menyebutkan harga minyak belum menunjukkan perkembangan menggembirakan. Hal tersebut berdampak pada penurunan investasi.

“Harga minyak kurang bagus sehingga investasi menurun, jadi investor kurang tertarik atau menunda, proyek-proyek yang sudah ada di-hold dulu,” kata Achmad.

Dia melanjutkan, apabila perusahaan menunda proyek penambangan migas maka akan berdampak pula bagi perusahaan asuransi. Pasalnya, pihak asuransi akan kehilangan permintaan untuk menjamin proyek tersebut. 

“Tender-tender untuk proyek lepas pantai akan hilang," katanya.

Catatan AAUI menunjukkan, kegiatan eksplorasi migas di Indonesia pada 2017 diproyeksikan hanya akan terealisasi sebesar 32% dari target. Sampai dengan September 201 7, realisasi proyek eksplorasi migas hanya 40 aktivitas pengeboran dari total rencana sebanyak 138 pengeboran. 

     Dia melanjutkan, harga minyak merupakan insentif bagi investor. Oleh karena itu, apabila harga minyak mulai membaik, maka kepercayaan investor untuk mengembangkan sektor lini energi lepas pantai juga membaik.

“Tahun depan potensi migas kita besar. Harapannya tahun depan ada perbaikan dan harga minyak,” katanya. Dibandingkan dengan kondisi pada kuanal I/2017, keadaan lini bisnis asuransi energi pada kuartal III/2017 mengalami pembalikan.

Pada 3 bulan pertama tahun ini, pendapatan premi lini bisnis energi justru mencatatkan pertumbuhan signifikan, yaitu sebesar 75,2% menjadi Rp 110,25 miliar dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp 62,93 miliar.

Berdasarkan catatan asosiasi, tingginya perolehan premi Iini bisnis energi pada periode tersebut disebabkan oleh pembayaran premi yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

Di sisi lain, pergerakan harga komoditas minyak mentah dunia yang cenderung menguat pada periode tersebut turut berkontribusi positif terhadap bisnis asuransi energi.

“Sepanjang penguatan harga minyak terus terjadi akan mendorong perusahaan-perusahaan melakukan eksplorasi pengiriman dan lain-lain,” katanya. 

Kendati demikian, Julian Noor, Direktur Eksekutif AAUI ketika itu, menyebutkan bahwa pergerakan bisnis Iini bisnis asuransi energi tidak dapat dilihat hanya dalam satu kuartal saja. Pasalnya, menurut Julian, bisnis tersebut merupakan proyek Jangka panjang atau proyek tahun jamak. 

“Jadi kalau mau melihat trennya pada lini bisnis energi ini harus melihat dalam beberapa tahunnya,” katanya.

KONTRIBUSI RENDAH

Saat ini, salah satu perusahaan asuransi umum yang menjalankan Iini bisnis asuransi energi tersebut adalah PT Asuransi Wahana Tata (Aswata). Presiden Direktur Aswata Christian Wanandi menilai, meskipun harga minyak sudah mulai naik, tetapi hal itu tidak otomatis berdampak pada peningkatan pendapatan premi Iini bisnis asuransi energi.  Alih-alih, pendapatan premi Iini bisnis asuransi energi, khususnya offshore, mengalami penurunan.

Menurutnya, pertumbuhan bisnis pada Iini asuransi energi sangat bergantung dari harga komoditas minyak dan gas yang akan mempengaruhi kegiatan eksplorasi. Oleh karena itu, pihaknya berharap harga komoditas tersebut dapat membaik dan stabil.

Dia mengatakan, hingga saat ini kontribusi premi Iini bisnis energi masih cenderung kecil, yakni hanya sebesar 6%. Kendati demikian, dia tetap berencana mengoptimalkan lini bisnis tersebut untuk lebih menyeimbangkan portofolio bisnis perseroan.

“Tentu saja akan lebih kami optimalkan lagi, tahun ini kami harapkan kontribusi dapat meningkat menjadi 10 % tegasnya 

Secara keseluruhan, sampai dengan Oktober 2017, Aswata telah membukukan premi Rp 1,5 triliun atau tumbuh 7%-8% (yoy).

Dari total premi yang dibukukan, Lini bisnis kendaraan bermotor menjadi penyumbang terbesar dengan porsi mencapai 37%. Kemudian disusul Iini bisnis asuransi properti dengan porsi sebesar 34%, sedangkan 29% sisanya berasal dari Iini bisnis lainnya. Sebelumnya, Aswata menargetkan pendapatan premi sepanjang 2017 bisa mencapai Rp 2,1 triliun atau naik sekitar 16% (yoy). 

Bisnis Indonesia, Page-21, Tuesday, Dec 5, 2017

2 comments:

  1. Pretty good post, Lot's of information to Read...Great!! Keep Posting and update to People. Thanks ! Builders Risk Insurance

    ReplyDelete
  2. Thank You for coming Boss. Have a nice Insurance.

    ReplyDelete

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel