The Ministry of Energy from Mineral Resources (ESDM) targets oil and gas sector investment this year to reach US $ 17.04 billion, up 67.38 percent from last year's US $ 10.18 billion.
A significant increase occurred in the downstream sector of oil and gas from US $ 845.58 million to US $ 2.59 billion. Secretary-General and Executor of Duty Director General of Oil and Gas Ministry of Energy and Mineral Resources Ego Syahrial admitted the realization of investment in oil and gas sector was at its lowest point in 2017, due to falling crude oil prices.
Ego Syahrial
However, this year, oil and gas investment is expected to be the same again in 2014-2015. The realization of oil and gas investment reached US $ 20.72 billion in 2015 and fell to US $ 17.38 billion in 2014.
"In 2018, we plan upstream and downstream oil and gas investment of US $ 17.04 billion, returning to the level in 2014-2015," he said.
In detail, upstream oil and gas investment is targeted to reach US $ 14.45 billion and oil and gas downstream of US $ 2.59 billion. The target of upstream oil and gas investment is up 54.87 percent from the 2017 realized amount of US $ 9.33 billion.
Meanwhile, downstream oil and gas investment target increased by 204.7 percent from last year's realization of US $ 845.58 million. For downstream investment in oil and gas in 2017 and the construction of oil refineries is still in the initial stage of initiation.
"The addition of refinery capacity has not impacted by 2017 as some projects have just started such as in Balikpapan, probably earlier this year (starting construction), "he said.
In addition, other refinery projects, including the new plant in Tuban with the Rosneft Oil Company, are still beginning. Not only refinery projects, The Downstream Regulatory Agency for Oil and Gas (BPH Migas) also confirmed two pipeline projects starting construction this year.
Fanshurullah Asa
Head of BPH Migas Fanshurullah Asa said, it has called Bakrie & Brothers Tbk and PT Rekayasa Industri (Persero) (Rekind) to immediately build their own pipeline project which has been very long there is no progress.
"Rekind has been an ultimatum in July 2018 for groundbreaking, if not started, then BPH Migas can revoke its license and auction or appoint another business entity. Bakrie also called and asked to commit in 2018 can build, "he said.
Rekind is working on a 255 kilometer (km) Cirebon-Semarang pipeline with an estimated investment of US $ 400 million. In its official statement, Rekind also promised gas at Pipe Cirebon-Semarang can start flowing in 2020, assuming pipeline construction for 33 months.
The gas flowed will be from the Jangkrik Field, Muara Bakau Block in the Makassar Strait which is brought in the form liquefied natural gas (LNG). Bakrie & Brothers holds Kalimantan-Java Pipeline (Kalija) Pipeline Permit which is divided into two stages.
Pipe Kalija Stage I from PLTGU Tambaklorok Semarang Central Java to Kepodang Field along the 200 km is now in operation. However, the Kalija Stage II pipeline from Kepodang field to Kalimantan 1,000 km has not yet begun.
Amien Sunaryadi
For the upstream sector, Head of Special Unit for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) Amien Sunaryadi recorded at least three major projects that will start this year. In detail, Indonesia Deepwater Development Project (IDD) for the Gendalo-Gehem Field undertaken by Chevron Indonesia Company, Masela Project by Inpex Japan Corporation, and Meresia Field development by ENI Italy.
Pipe Auction
To boost downstream investment in oil and gas, it will also auction three gas pipeline projects this year. The three projects are included in the list of projects in the National Gas Transmission and Distribution Master Plan (2012-2025) which is a mandate of the Oil and Gas Law, so it must be auctioned.
He explained that the three projects are Pipe Natuna-West Kalimantan along 687 km, West Kalimantan Pipe-Central Kalimantan 1.018 km, and Pipe Central Kalimantan-South Kalimantan 192 km.
Later this pipeline project will be connected to Kalija Pipe, so that all gas pipelines will be integrated starting from Sumatra, Kalimantan, to Java.
"For the investment value, Natuna-West Kalimantan Pipe is US $ 595 million, Kalimantan Goods-Central Kalimantan US $ 516.14 million, and Central Kalimantan-South Kalimantan US $ 97.34 million, Total US $ 1.2 billion, so this big enough for downstream investment, "he said.
Construction of this pipeline claims will improve the welfare of people in the region. The reason is, with the construction of transmission pipes, then the next business entity can develop the distribution pipeline to industrial and domestic gas network pipeline.
Thus, this project will also cut the consumption of fuel oil (BBM) and liquid gas (liquefied petroleum gas / LPG). In terms of gas demand in the region, it noted the need for power plants and a number of industrial estates.
"Moreover, there is a discourse that the State Capital will be developed in Central Kalimantan," added Fanshurullah. However, it has not yet confirmed the source of gas supply for this pipeline.
"The issue of gas from which, it's the government's duty because it is not the authority of BPH Migas. If the buyer is the task businessman how to convince PLN and industry, "he said.
In addition, BPH Migas will auction Pipe Tanjung Api-Api until Muntok. The pipeline project is a proposal from Mining and Energy Regional Enterprise (PDPDE) of South Sumatra in cooperation with Korea Gas. However, PDPDE South Sumatra not yet submitted the design (front-end engineering design / FEED) details of the South Sumatra Regional Energy and Mining Company (PDPDE).
Because the pipeline project is a proposed PDPDE. This pipeline is planned along 138 kilometers (km) with a diameter of 20 inches. If the gas pipeline more and more, the excess production of LNG no longer need to be exported "Moreover gas lifetime pipes can be up to 40 years," he said.
According to data from the Ministry of Energy and Mineral Resources, until last year, the length of the installed gas pipeline was recorded as long as 10,671 km. The length of this gas pipeline is targeted to grow every year and reach 17,584 km by 2020. The pipeline consists of open access pipes of 5,665 km, dedicated downstream of 7,095 km, dedicated upstream of 4,697 km, and own pipe for 127 km.
IN INDONESIA
2018, Investasi Migas Ditargetkan Naik 67,38%
Kementerian Energi dari Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan investasi sektor minyak dan gas bumi tahun ini mencapai US$ 17,04 miliar naik 67,38% dari realisasi tahun lalu US$ 10,18 miliar.
Kenaikan signifikan terjadi di bagian hilir migas dari US$ 845,58 juta menjadi US$ 2,59 miliar. Sekretaris Jenderal sekaligus Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Ego Syahrial mengakui, realisasi investasi sektor migas berada di titik terendah pada 2017 lalu, karena jatuhnya harga minyak mentah.
Namun, pada tahun ini, investasi migas diharapkan kembali sama pada 2014-2015 lalu. Realisasi investasi migas tercatat mencapai US$ 20,72 miliar pada 2015 dan turun menjadi US$ 17,38 miliar pada 2014.
“Di 2018 ini, kami rencanakan investasi hulu dan hilir migas sebesar US$ 17,04 miliar, kembali ke level pada 2014-2015 lalu,” kata dia.
Rincinya, investasi sektor hulu migas ditargetkan mencapai US$ 14,45 miliar dan hilir migas US$ 2,59 miliar. Target investasi hulu migas itu naik 54,87% dari realisasi 2017 yang sebesar US$ 9,33 miliar. Sementara target investasi hilir migas meningkat drastis 204,7% dari realisasi tahun lalu US$ 845,58 juta. Untuk investasi hilir migas pada 2017 lalu pembangunan kilang pengolahan minyak memang masih pada tahap inisiasi awal.
“Penambahan kapasitas kilang belum berdampak pada 2017 karena beberapa proyek memang baru saja dimulai seperti di Balikpapan, mungkin di awal tahun ini (mulai konstruksi) ,” ujarnya.
Selain itu proyek kilang lainnya, termasuk kilang baru di Tuban dengan Rosneft Oil Company, masih dimulai. Tidak hanya proyek kilang, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) juga memastikan dua proyek pipa mulai konstruksi pada tahun ini.
Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa menuturkan, pihaknya telah memanggil Bakrie & Brothers Tbk dan PT Rekayasa Industri (Persero) (Rekind) untuk segera membangun proyek pipa masing-masing yang sudah sangat lama tidak ada progres.
“Rekind sudah diultimatum pada Juli 2018 untuk ground breaking, kalau tidak dimulai, maka BPH Migas bisa mencabut izinnya dan melelang atau menunjuk badan usaha lain. Bakrie juga dipanggil dan diminta commit pada 2018 bisa membangun,” tegas dia.
Rekind menggarap Pipa Cirebon-Semarang sepanjang 255 kilometer (km) dengan perkiraan investasi US$ 400 juta. Dalam keterangan resminya, Rekind juga menjanjikan gas di Pipa Cirebon-Semarang dapat mulai dialirkan pada 2020, dengan asumsi konstruksi pipa selama 33 bulan.
Gas yang dialirkan dinyatakan akan berasal dari Lapangan Jangkrik, Blok Muara Bakau di Selat Makassar yang dibawa dalam bentuk gas alam cair (liquefied natural gas/LNG). Sementera Bakrie & Brothers memegang izin pembangunan Pipa Kalimantan-Jawa (Kalija) yang dibagi menjadi dua tahap.
Pipa Kalija Tahap I dari PLTGU Tambaklorok Semarang Jawa Tengah hingga Lapangan Kepodang sepanjang 200 km kini sudah beroperasi. Namun, Pipa Kalija Tahap II dari Lapangan Kepodang hingga Kalimantan 1.000 km belum juga mulai dikerjakan.
Untuk sektor hulu, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mencatat setidaknya tiga proyek besar yang akan dimulai pada tahun ini. Rincinya, Proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) untuk Lapangan Gendalo-Gehem yang dikerjakan Chevron Indonesia Company, Proyek Masela oleh Inpex Corporation Jepang, dan pengembangan Lapangan Merakes oleh ENI Italia.
Lelang Pipa
Untuk mendorong investasi hilir migas, pihaknya juga akan melelang tiga proyek pipa gas pada tahun ini. Ketiga proyek tersebut masuk dalam daftar proyek di Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional (RIJTDGBN) 2012-2025 yang merupakan amanat Undang-Undang Migas, sehingga harus dilelang.
Dia menjelaskan, ketiga proyek ini adalah Pipa Natuna-Kalimantan Barat sepanjang 687 km, Pipa Kalimantan Barat-Kalimantan Tengah 1.018 km, dan Pipa Kalimantan Tengah-Kalimantan Selatan 192 km.
Nantinya proyek pipa ini akan tersambung dengan Pipa Kalija, sehingga seluruh pipa gas akan terintegrasi mulai dari Sumatera, Kalimantan, hingga Jawa.
“Untuk nilai investasinya, Pipa Natuna-Kalbar itu US$ 595 juta, Kalimantan Barang-Kalimantan Tengah US$ 516,14 juta, dan Kalimantan Tengah-Kalimantan Selatan US$ 97,34 juta, Total US$ 1,2 miliar, jadi ini cukup besar untuk investasi hilir,” ujarnya.
Pembangunan pipa ini diklaimnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Pasalnya, dengan terbangunnya pipa transmisi, maka badan usaha selanjutnya bisa mengembangkan pipa distribusi ke industri dan pipa jaringan gas rumah tangga. Sehingga, proyek ini juga bakal memangkas konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dan gas minyak cair (liqufied petroleum gas/ LPG). Dari sisi permintaan gas di wilayah tersebut, pihaknya mencatat adanya kebutuhan untuk pembangkit listrik dan sejumlah kawasan industri.
“Apalagi ada wacana kalau Ibu Kota Negara akan dikembangkan di Kalimantan Tengah,” tambah Fanshurullah. Meski demikian, pihaknya belum memastikan sumber pasokan gas untuk pipa ini.
“Persoalan gasnya dari mana, itu tugasnya pemerintah, karena bukan wewenang BPH Migas. Kalau pembeli itu tugas penguasaha bagaimana meyakinkan PLN dan industri,” ujarnya.
Selain itu, BPH Migas akan melelang Pipa Tanjung Api-Api sampai Muntok. Proyek pipa tersebut merupakan usulan dari Perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi (PDPDE) Sumatera Selatan bekerja sama dengan Korea Gas. Namun, PDPDE Sumatera Selatan belum menyerahkan rincian desain (front end engineering design/ FEED) dari Perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi (PDPDE) Sumatera Selatan.
Pasalnya, proyek pipa ini merupakan usulan PDPDE. Pipa ini direncanakan sepanjang 138 kilometer (km) dengan diameter 20 inch. Jika ruas pipa gas semakin banyak, kelebihan produksi LNG tidak perlu lagi diekspor “Apalagi pipa gas lifetime-nya bisa sampai 40 tahun,” tuturnya.
Menurut data Kementerian ESDM, hingga tahun lalu, panjang pipa gas yang telah terpasang tercatat sepanjang 10.671 km. Panjang pipa gas ini ditargetkan terus bertambah setiap tahun dan mencapai 17.584 km pada 2020. Pipa tersebut terdiri dari pipa open acces 5.665 km, dedicated hilir 7.095 km, dedicated hulu 4.697 km, dan pipa untuk kepentingan sendiri 127 km.
Investor Daily, Page-9, Wednesday, Jan 10, 2018
No comments:
Post a Comment