google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Delayed Again, Delayed Again - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Monday, January 8, 2018

Delayed Again, Delayed Again



The inaugural production of the Masela Block is projected to be delayed and previous estimates in 2026 to 2027 and potentially add to other problems in the process towards production.

Amien Sunaryadi, Head of the Upstream Oil and Gas Upstream Business Unit (SKK Migas), said that the current production phase of the Masela Block enters the preliminary pre-front-end engineering design (pre-FEED) completed in quarter III / 2018.

Amien Sunaryadi

"Once pre-FEED has been completed, the results will be used to create a POD [plans of development] that is expected to be completed by the end of 20l8," he said. Amien continued, after POD is complete, will be done FEED and after that will be done construction.

"With all that, it is expected that the Masela Block production could begin in 2027," he continued. Previously, the government estimated the Masela Block located in the Arafuru Sea, Maluku began production in 2024. However, the government revised the target to 2026.

 the Masela Block

Delays in the development of Masela Block, managed by Inpex Corporation with 65% ownership and Royal Dutch Shell of 35%, potentially trigger additional problems and disruptions. Amien explained, for now there is already a problem, the location that will be used for the construction of an LNG plant has been allocated to sugarcane plantations from one company in Jakarta.

"We are studying [the problem], although from the local government claimed to release the sugarcane plantation permit if Inpex need it," said Amien.

The location of the LNG plant has been agreed to be in West Southeast Maluku, although until the middle of last year there was still a debate between the government of West Southeast Maluku and Southwest Maluku.

"This decision is one of the best steps," Amien said.

Related to gas capacity in Masela block, so far, SKK Migas estimates the capacity of natural gas refinery at 9.5 million tons per year and pipe gas of 150 million cubic feet per day.

Moch. N. Kurniawan, the Senior Specialist of Media Relations Inpex Corporation, declined to comment on the delayed production target of Masela Block.

"Our KKKS [contractor cooperation contract] is under SKK Migas. So, all the developments according to what SKK said, "he said

IN INDONESIA

Tertunda Lagi, Tertunda Lagi


Produksi perdana Blok Masela diproyeksikan tertunda dan perkiraan sebelumnya pada 2026 menjadi 2027 dan berpotensi menambah permasalahan lain dalam proses menuju produksi.

Amien Sunaryadi, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mengatakan saat ini tahapan produksi Blok Masela memasuki tahap desain awal atau pre-front end enginering design (pre-FEED) yang diperkirakan rampung pada kuartal III/2018.

“Setelah pre-FEED rampung, hasilnya akan digunakan untuk membuat POD [plans of development/rencana pengembangan Blok Masela] yang diharapkan bisa selesai pada akhir 20l8,” ujarnya. Amien melanjutkan, setelah POD selesai, akan dilakukan FEED dan setelah itu akan dilakukan konstruksi. 

“Dengan semua itu, diperkirakan produksi Blok Masela bisa mulai dilakukan pada 2027,” lanjutnya. Sebelumnya, pemerintah memperkirakan Blok Masela yang terletak di Laut Arafuru, Maluku mulai berproduksi pada 2024. Namun, pemerintah merevisi target tersebut menjadi 2026.

Tertundanya pengembangan Blok Masela, yang dikelola oleh Inpex Corporation dengan kepemilikan 65% dan Royal Dutch Shell sebesar 35%, berpotensi memicu masalah dan gangguan tambahan. Amien menjelaskan, untuk saat ini saja sudah ada masalah, yaitu lokasi yang akan dipakai untuk pembangunan kilang LNG sudah dialokasikan untuk perkebunan tebu dari salah satu perusahaan di Jakarta.

“Kami sedang mempelajari [masalah] itu, walaupun dari pemerintah daerah mengaku akan melepas izin perkebunan tebu bila Inpex memerlukannya,” kata Amien.

Lokasi kilang LNG sudah disepakati berada di Maluku Tenggara Barat, walaupun sampai pertengahan tahun lalu masih ada perdebatan antara pemerintah Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya.

“Keputusan ini menjadi salah satu langkah yang bagus,” ujar Amien.

Terkait kapasitas gas di blok Masela, sejauh ini SKK Migas memperkirakan kapasitas kilang gas alam cair sebesar 9,5 juta ton per tahun dan gas pipa sebesar 150 juta kaki kubik per hari.

Moch. N. Kurniawan, Senior Specialist Media Relations Inpex Corporation, menolak berkomentar terkait tertundanya target produksi Blok Masela.

“Kami KKKS [kontraktor kontrak kerja sama] berada di bawah SKK Migas. Jadi, semua perkembangan sesuai yang dikatakan pihak SKK saja,” ujarnya

Bisnis Indonesia, Page-1, Monday, Jan 8, 2018

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel