google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 LNG Production of Rhinoceros Refinery Targeted 156 Cargo - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wednesday, January 3, 2018

LNG Production of Rhinoceros Refinery Targeted 156 Cargo



The production of liquefied natural gas (LNG) from LNG Plant managed by PT Badak NGL is targeted to increase to 156 cargoes by next year, from 140 cargoes this year.

Head of Special Unit for Upstream Oil and Gas Business Unit (SKK Migas) Amien Sunaryadi said the Badak LNG Plant has obtained gas supply to be processed into LNG from a number of oil and gas blocks, namely Mahakam block, Sanga-Sanga, East Kalimantan, Attaka, Indonesia Deepwater Development (IDD), and Jangkrik Field. Jangkrik Field gas production is projected to continue to rise.

"So, the Rhino Refinery in Bontang LNG production next year 156 cargoes, this year about 140 cargoes. Rising mainly from Eni (Field Cricket), Eni just came in, "he said. The Eni Italia-owned cricket field now generates 600 million cubic feet per day (mmscfd) of gas. It will seek to boost gas production.

"We are trying to increase a little," added Amien.

With a target of 153 cargoes, it is the first time that the LNG production of the Badak Refinery has increased since 2015. LNG production from Lontang Bontang refinery has been declining since 2015. In 2015, LNG production from the East Kalimantan refinery reaches 189 cargoes. However, this production figure fell to 172 cargoes in 2016. While this year's production is only about 140 cargoes.

Related to the operation, President Director of Badak NGL Didik Sasongko explained, his side will conduct a decommissioning of two train from total of eight train at the refinery it manage. The reduction in the number of trains in operation is a result evaluation of SKK Migas with gas producers.

We see with SKK Migas, for long term optimization, only need six train, we off two train. Because if we keep, too expensive, "he explained.

Not only about the number of train, next year the manager of LNG refinery in East Kalimantan is also officially switched to PT Badak NGL. This assignment refers to the Letter of the Minister of Finance No. S303 / MK6 / 2017 dated November 27, 2017. Operation scheme Badak LNG plant after 2017 is a new pattern that the Directorate General of State Assets through LMAN as the owner of the assets and appoint PT Badak NGL operate the refinery. Total assets managed amounted to Rp 16 trillion.

Despite the management, Amien asserts, Badak NGL does not receive payment and pay any fees. Meanwhile, gas liquefaction costs of US $ 0.22 cents per million british thermal units (MMBtu) are paid by gas producers. In addition, the operating costs and investment of the refineries are all charged to gas producers who own shares in PT Badak NGL.

IN INDONESIA

Produksi LNG Kilang Badak Ditargetkan 156 Kargo


Produksi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dari Kilang LNG yang dikelola PT Badak NGL ditargetkan naik menjadi 156 kargo pada tahun depan, dari tahun ini sekitar 140 kargo.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan, selama ini Kilang LNG Badak memperoleh pasokan gas untuk diolah menjadi LNG dari sejumlah blok migas, yakni Blok Mahakam, Sanga-Sanga, East Kalimantan, Attaka, Indonesia Deepwater Development (IDD), dan Lapangan Jangkrik. Produksi gas Lapangan Jangkrik diproyeksikan akan terus naik. 

“Jadi, Kilang Badak di Bontang itu produksi LNG tahun depan 156 kargo, tahun ini sekitar 140 kargo. Naiknya terutama dari Eni (Lapangan Jangkrik), Eni baru saja masuk,” kata dia. Lapangan Jangkrik yang dikelola Eni Italia kini menghasilkan gas 600 juta kaki kubik per hari (million standard cubic per day/ mmscfd) . Pihaknya akan berupaya menggenjot produksi gas ini. 

“Sedang diusahakan dinaikan sedikit,” tambah Amien.

Dengan target tahun depan ditetapkan 153 kargo, maka ini kali pertama produksi LNG Kilang Badak naik sejak 2015. Produksi LNG dari Kilang LNG Bontang tercatat terus turun sejak 2015. Pada 2015, produksi LNG dari kilang di Kalimantan Timur ini mencapai 189 kargo. Namun, angka produksi ini turun menjadi 172 kargo pada 2016. Sementara tahun ini produksinya hanya sekitar 140 kargo.

Terkait operasional, Presiden Direktur Badak NGL Didik Sasongko menjelaskan, pihaknya akan melakukan penghentian operasi (decomissioning) dua train dari total delapan train di kilang yang dikelolanya. Pengurangan jumlah train beroperasi ini merupakan hasil evaluasi SKK Migas dengan para produser gas. 

Kami lihat dengan SKK Migas, untuk optimalisasi jangka panjang, hanya perlu enam train, kami lepas dua train. Karena kalau kami pelihara, terlalu mahal,” jelasnya.

Tidak hanya soal jumlah train, tahun depan pengelola kilang LNG di Kalimantan Timur ini juga resmi beralih ke PT Badak NGL. Penugasan ini mengacu pada Surat Menteri Keuangan Nomor S303/MK6/2017 tanggal 27 November 2017. Skema pengoperasian Kilang LNG Badak pasca 2017 merupakan pola baru yakni Direktorat Jenderal Kekayaan Negara melalui LMAN sebagai pemilik aset dan menunjuk PT Badak NGL mengoperasikan kilang. Total aset yang dikelola senilai Rp 16 triliun.

Meski menjadi pengelolan, Amien menegaskan, Badak NGL tidak menerima pembayaran dan membayar biaya apapun. Adapun, biaya pencairan gas sebesar US$ 0,22 sen per juta british thermal unit (MMBtu) dibayar para produsen gas. Selain itu, biaya operasi dan investasi kilang semuanya dibebankan kepada produsen gas yang memiliki saham pada PT Badak NGL.

Investor Daily, Page-9, Wednesday, Jan 3, 2018

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel