Ministry of SOE: Saka Energi Indonesia is not merged with PT Pertamina Hulu Energi
The government has decided PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) will acquire a subsidiary of PT Pertamina, Pertamina Gas (Pertagas). This corporate action in the framework of the formation of holding BUMN Migas. This step is considered to make the business of this government-owned company is better.
As an illustration, the third quarter of 2017, issuers coded PGAS shares in the Indonesia Stock Exchange (IDX) is still relying on revenue from the gas pipeline business. In Q3 / 2017, PGN posted revenues of US $ 2.16 billion or the same relative compared to the same period in the previous year, which reached US $ 2.15 billion. The consolidated net operating profit in the first nine months of the year was US $ 267.7 million.
PGN also posted net profit of US $ 97.9 million or equivalent around Rp 1.30 trillion (average, average exchange rate of US $ 1 = Rp 13,3229). The gas company's EBITDA amounts to US $ G32 million. The value is down by US $ 10 million compared to the same period the previous year which is worth about US $ 642 million.
Deputy Minister of Mining Business, Strategic Industries and Media Ministry of SOEs Fajar Harry Sampurno rate, this acquisition will improve the financial performance of PGN.
"That's one of the goals," said Dawn
Although, this acquisition could also hinder the construction of gas pipeline being built by PGN and Pertagas. After all, Dawn believes, the acquisition will not disrupt the development of gas projects being built by both companies.
"One of the objectives is to integrate projects and infrastructure more efficiently and effectively, so it is now working together," said Fajar.
According to an observer of Gadjah Mada University's energy economy (UGM) Fahmy Radhi, Pertagas acquisition by PGN will not cause the downstream business sector of gas to be better, because of the potential for monopoly.
"Minusnya, leading to unhealthy competition in the gas industry," said Fahmy.
On the positive side, Fahmy said the acquisition of Pertagas will increase PGN's assets. In addition, the development of gas pipeline infrastructure for gas distribution will be more integrated.
"Even PGN and Pertagas integration can push domestic gas prices cheaper," Fahmy said.
Komaidi Notonegoro, Executive Director of ReforMiner Institute, said that Pertagas' acquisition plan by PGN is indeed common. For PGN assets based on the financial statements is greater than Pertagas. Nevertheless, Komaidi reminded, Pertagas does not need resistance to the plan.
"In this case I think Pertagas colleagues need to see the big house, which is still Pertamina," he said.
With the acquisition of Pertagas, PGN's financial performance could improve. Finally will bring benefits to the company.
"The bottom line should improve, given the synergy of infrastructure (assets)," he added.
In the upstream oil and gas sector, there will be no change with PGN's subsidiary, PT Saka Energi Indonesia. Understandably, Pertamina has many subsidiaries in the upstream sector, for example, PT Pertamina Hulu Energi, Pertamina Hulu Indonesia, Pertamina EP.
Dawn mentions PGN's subsidiary, Saka Energi Indonesia, to remain under PGN.
"All is still," said Dawn. Previously emerged the discourse, with the formation of oil and gas holding, Saka Energi which is engaged in upstream oil and gas sector will go to Pertamina Hulu Energi.
IN INDONESIA
Akuisisi Pertagas Bisa Membantu Kinerja PGN
Kementerian BUMN: Saka Energi Indonesia tidak digabung dengan PT Pertamina Hulu Energi
Pemerintah telah memutuskan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) akan mengakuisisi anak usaha PT Pertamina, Pertamina Gas (Pertagas). Aksi korporasi ini dalam rangka pembentukan holding BUMN Migas. Langkah ini dianggap bisa membuat bisnis perusahaan milik pemerintah ini tersebut Iebih bagus.
Sebagai gambaran, triwulan III 2017, emiten berkode saham PGAS di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu masih mengandalkan pendapatan dari bisnis pipa gas. Pada triwulan III 2017, PGN membukukan pendapatan sebesar US$ 2,16 miliar atau relatif sama dibandingkan dengan periode yang sama tahun Ialu, yang mencapai sebesar US$ 2,15 miliar. Laba operasi intern konsolidasi dalam sembilan bulan pertama tahun Ialu sebesar US$ 267,7 juta.
PGN juga mencatatkan laba bersih sebesar US$ 97,9 juta atau setara sekitar Rp 1,30 triliun (rata,-rata kurs US$ 1=Rp 13.3229). Adapun EBITDA perusahaan gas tersebut sebesar US$ G32 juta. Nilai itu turun sebesar US$ 10 juta dibanding dengan periode sama tahun sebelumnya yang senilai sekitar US$ 642 juta.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menilai, akuisisi ini akan memperbaiki kinerja keuangan PGN.
"Kan itu salah satu tujuannya," kata Fajar
Meskipun, akuisisi ini juga bisa menghalangi pembangunan pipa gas yang sedang dibangun PGN dan Pertagas. Toh, Fajar yakin, langkah akuisisi tidak akan mengganggu pembangunan proyek-proyek gas yang sedang dibangun kedua perusahaan tersebut.
"Salah satu tujuannya mengintegrasikan proyek dan infrastruktur supaya lebih efisien dan efektif. Jadi tentu sekarang dikerjakan bersama," kata Fajar.
Menurut pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi, langkah akuisisi Pertagas oleh PGN justru tidak akan menyebabkan sektor bisnis hilir gas menjadi lebih baik, karena berpotensi terjadi monopoli.
"Minusnya, mengarah pada persaingan tidak sehat pada industri gas," jelas Fahmy.
Sisi positifnya, Fahmy bilang akuisisi Pertagas akan memperbesar aset PGN. Selain itu, pembangunan infrastruktur pipa gas untuk distribusi gas akan semakin terintegrasi.
"Bahkan integrasi PGN dan Pertagas bisa mendorong harga gas dalam negeri menjadi lebih murah," ujar Fahmy.
Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, menilai, rencana akuisisi Pertagas oleh PGN memang umum dilakukan. Sebab aset PGN berdasarkan laporan keuangan lebih besar dibandingkan Pertagas. Kendati begitu, Komaidi mengingatkan, Pertagas tidak perlu resistensi terhadap rencana itu.
"Dalam hal ini saya kira rekan-rekan Pertagas perlu melihat rumah besarnya, yaitu tetap Pertamina," ujarnya.
Dengan akuisisi Pertagas, kinerja keuangan PGN bisa membaik. Akhirnya akan membawa keuntungan bagi perseroan.
"Seharusnya (bottom line) akan membaik. Mengingat ada sinergi infrastruktur (aset)," imbuhnya.
Sementara di hulu migas tidak akan ada perubahan dengan anak usaha PGN, yakni PT Saka Energi Indonesia. Maklum, Pertamina memiliki banyak anak usaha di bidang hulu, misalnya, PT Pertamina Hulu Energi, Pertamina Hulu Indonesia, Pertamina EP.
Fajar menyebut anak usaha PGN, Saka Energi Indonesia, tetap dibawah PGN.
"Semua masih tetap," kata Fajar. Sebelumnya muncul wacana, dengan pembentukan holding migas, Saka Energi yang bergerak di sektor hulu migas akan masuk ke Pertamina Hulu Energi.
Kontan, Page-14, Wednesday, Jan 17, 2018
No comments:
Post a Comment