Business partnership opportunities come to PT Pertamina (Persero). Not only interested in entering Mahakam, PetroChina Indonesia is also interested to invest in East Natuna Block. Even Panda State company was ready to conduct a joint study.
PetroChina's offer could be a huge fortune. Because the oil and gas blocks (oil and gas) in the South China Sea region has long not begun its development. The main problem of the East Natuna Block is the high content of carbon dioxide (CO2). Conditions that led to the development of blocks to be uneconomical.
But instead of directly welcoming the offer earlier, Pertamina said it needs to coordinate with the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) first.
"Of course it may have a desire, but of course we will consult with ESDM (said Syamsu Alam, Upstream Director of PT Pertamina (Persero).
Whereas the permission from the government has actually been given. The government has awarded the development of East Natuna Block to Pertamina. Including the possibility to establish business partnerships with fellow oil and gas companies.
East Natuna Block
In other words, Pertamina has control on the East Natuna Block.
"East Natuna Block Needs to be assigned to Pertamina, please seek Pertamina partners," said Tunggal, Director of Upstream Oil and Gas Business Development Ministry of Energy and Mineral Resources.
President PetroChina Indonesia Gong Bencai
A day earlier, President PetroChina Indonesia Gong Bencai said East Natuna is an interesting oil and gas block. Because since emerging the concept of one bond and one street or one belt one road, investment in Indonesia get important attention for China.
The concept of one belt one road is the idea of Chinese President Xi Jinping. The goal is for the cooperation of the economic area through a single path. PetroChina is not worried about the CO2 content that makes East Natuna Block uneconomical.
The company claims to have a technology that can separate the CO2 content. The trial of CO2 content separation technology has taken place in one of PetroChina's oil and gas blocks in China.
"We've tried on blocks with high CO2 content in China and have good results," Gong Bencai claims.
While in Indonesia, PetroChina began to test the CO2 separator technology in Jabung Block. The results will be known in the next few years. Implementation of these technologies requires funds of US $ 40 million.
IN INDONESIA
Pertamina Perlu Konsultasi Natuna
Peluang kemitraan bisnis datang menghampiri PT Pertamina (Persero). Tidak hanya tertarik masuk Mahakam, PetroChina Indonesia juga berminat investasi di Blok East Natuna. Bahkan perusahaan Negeri Panda itu siap melakukan joint study.
Tawaran PetroChina bisa menjadi keberuntungan yang sangat besar. Sebab blok minyak dan gas (migas) di kawasan Laut China Selatan itu sudah lama tidak dimulai pengembangannya. Masalah utama Blok East Natuna adalah kandungan karbondioksida (CO2) yang tinggi. Kondisi itu menyebabkan pengembangan blok menjadi tidak ekonomis.
Namun alih-alih langsung menyambut tawaran tadi, Pertamina mengatakan perlu berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terlebih dahulu.
“Tentu boleh saja mempunyai keinginan tersebut, tetapi tentu akan kami konsultasikan dengan ESDM( kata Syamsu Alam, Direktur Hulu PT Pertamina (Persero).
Padahal ijin dari pemerintah sebenarnya sudah diberikan. Pemerintah telah menyerahkan pengembangan Blok East Natuna kepada Pertamina. Termasuk kemungkinan untuk menjalin kemitraan bisnis dengan sesama perusahaan migas.
Dengan kata lain, Pertamina memiliki kendali pada Blok East Natuna.
"Blok East Natuna Perlu sudah ditugaskan ke Pertamina, silakan Pertamina mencari mitra,” kata Tunggal, Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM.
Sehari sebelumnya, President PetroChina Indonesia Gong Bencai mengatakan, East Natuna adalah blok migas yang menarik. Karena sejak muncul konsep satu ikatan dan satu jalan atau one belt one road, investasi di Indonesia mendapatkan perhatian penting bagi China.
Konsep one belt one road merupakan ide dari Presiden China Xi Jinping. Tujuannya untuk kerjasama kawasan ekonomi melalui satu jalur. Adapun PetroChina tidak khawatir dengan kandungan CO2 yang menjadikan Blok East Natuna tidak ekonomis. Perusahaan tersebut mengaku sudah memiliki teknologi yang bisa memisahkan kandungan CO2. Uji coba teknologi pemisahan kandungan CO2 telah berlangsung di salah satu blok migas Petrochina di China.
"Kami sudah coba di blok dengan kandungan CO2 yang tinggi di China dan punya hasil yang bagus," klaim Gong Bencai.
Sementara di Indonesia, PetroChina mulai mengujicobakan teknologi pemisah CO2 di Blok Jabung. Hasilnya akan diketahui dalam beberapa tahun ke depan. Penerapan teknologi tersebut membutuhkan dana sebesar US$ 40 juta.
Kontan, Page-14, Friday, Jan 12, 2018
No comments:
Post a Comment