Block East Natuna
Oil and gas contractors interested in entering East Natuna Block can directly negotiate business with PT Pertamina as the operator of oil and gas blocks located offshore Natuna.
Deputy Minister of Energy and Mineral Resources (EMR) Archandra Tahar said that contractors of cooperation contracts interested in becoming Pertamina partners and want to conduct a joint study in East Natuna Block need not ask permission to the Ministry ESDM again.
"So no more permission. Because East Natuna Block has been fully handed over to Pertamina, "he said, Friday (12/1).
Archandra Tahar
Archandra said, it has not heard any partners who are interested to conduct a joint study in the East Natuna Block. Previously, PetroChina International Company had expressed interest in joining the block.
"I have not heard of that one yet."
East Natuna Block
PetroChina expressed the intention to join in managing East Natuna Block because the Chinese company has the technology in accordance with the condition of the block.
President of PetroChina Gong Bencai
President of PetroChina Gong Bencai said that his side has a technology that can separate between natural gas and carbon dioxide. Meanwhile, the technology has been used by PetroChina in one of the blocks it manages, namely Jabung Block in Jambi.
"For the results and the use of technology in Jabung Block can be seen in the next few years," he said.
Even so, Gong admitted, in the implementation of the technology it must pay a lot of money. The investment fund for the technology is around US $ 40 billion.
"However, with the One Belt One Road program, the Chinese government supports and makes Indonesia one of the best investment destinations," he said.
In fact, Gong said, it will not question the huge investment costs in developing East Natuna.
"The issue of funds is not a problem for," he said.
PetroChina's entry into East Natuna was in contrast to ExxonMobil's decision to leave the block in the middle of last year. The reason, the company from the United States that the block is not worth investing.
IN INDONESIA
Calon Mitra Negosiasi Langsung ke Pertamina
Kontraktor minyak dan gas bumi yang berminat masuk ke Blok East Natuna bisa langsung bernegosiasi secara bisnis dengan PT Pertamina selaku operator blok migas yang berlokasi di lepas pantai Natuna itu.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Archandra Tahar mengatakan, kontraktor kontrak kerja sama yang berminat menjadi mitra Pertamina dan ingin melakukan studi bersama di Blok East Natuna tidak perlu minta izin kepada Kementerian
ESDM lagi.
“Jadi tidak perlu izin lagi. Soalnya Blok East Natuna sudah diserahkan sepenuhnya kepada Pertamina,” ujarnya, Jumat (12/1).
Archandra menuturkan, pihaknya belum mendengar ada mitra yang berminat untuk melakukan studi bersama di Blok East Natuna. Sebelumnya, PetroChina lnternasional Companies sempat mengutarakan ketertarikan untuk bergabung mengelola blok tersebut.
“Saya belum dengar untuk yang itu.”
PetroChina mengutarakan niat untuk bergabung dalarn mengelola Blok East Natuna karena perusahaan asal China itu memiliki teknologi yang sesuai dengan kondisi blok tersebut.
Presiden PetroChina Gong Bencai mengatakan bahwa pihaknya memiliki teknologi yang bisa memisahkan antara gas alam dengan karbondioksida. Adapun, teknologi itu sudah digunakan PetroChina di salah satu blok yang dikelolanya, yakni Blok Jabung di Jambi.
“Untuk hasil dan penggunaan teknologi itu pada Blok Jabung bisa dilihat beberapa tahun ke depan,” ujarnya.
Walaupun begitu, Gong mengaku, dalam implementasi teknologi itu harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Dana investasi yang dikeluarkan untuk teknologi itu sekitar US$40 miliar.
“Namun, dengan program One Belt One Road (Jalur Sutera), pemerintah China mendukung dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan investasi yang baik,” ujarnya.
Bahkan, Gong menyebut, pihaknya tidak akan mempersoalkan biaya investasi yang besar dalam mengembangkan East Natuna.
“Persoalan dana bukan menjadi masalah untuk" ujarnya.
Ketertatikan PetroChina masuk ke East Natuna itu bertolak belakang dengan keputusan ExxonMobil yang memutuskan pergi dari blok itu pada pertengahan tahun lalu. Pasalnya, perusahaan asal Amerika Serikat itu menilai blok itu tidak layak investasi.
Bisnis Indonesia, Page-30, Monday, Jan 15, 2018
No comments:
Post a Comment