Villagers of Remen and Mentoso Village, District of Jenu, Tuban Regency, East Java rejected the planned development of the Pertamina-Rosneft oil refinery that occupies the residents' land.
Rosneft oil Company
Moreover, the construction of the refinery is adjacent to the fuel oil terminals (BBM), which is feared to leave suffering for local residents. The residents' refusal was conveyed by representatives of the villagers of Remen and Mentoso at a meeting of Commission A of the Regional House of Representatives (DPRD) of Tuban and other executives with Pertamina Persero Tbk in the Plenary Room of Tuban Parliament.
Representatives of the two villagers, Suwarto (53) explained that Remen and Mentoso villagers will not sell their land to Pertamina. The reason, the land is fertile soil and land to earn living local villagers. The majority of villagers are both farmers. For that, we will not sell our land, "he said.
Vice President of Pertamina Asset Tuban Ahmad Syaihu Rais said it would consider and evaluate the aspirations of the two villagers. Rais said the rejection by the residents was very reasonable. The rejection that could be blundering is because whatever delivered in the socialization and information from Pertamina is not yet complete.
"So this makes people restless," he said.
Chairman of DPRD Tuban Miyadi asserted DPRD has very understood the concerns of residents of two villages affected by Pertamina-Rosneft oil refinery development. Even though the landowner refused, but it was believed at the next meeting to be conscious. One by one citizen will be aware if the crude oil processing project 300 thousand barrels per day (BPH) is in the government's interest.
"It is not the interests of the Tuban district government and Pertamina, as the extension of the government's hand in the field," said Miyadi.
On the other hand, the project is a Central Government project to overcome the problem of oil import cost (oil scarcity) which is very big in this archipelago earth. To that end, the DPRD will as much as possible bridge the two sides in order to establish good communication.
"So as to produce a good solution for both sides," he said.
Coordinator of Remen Village and Mentoso Village, Suwarto said that people are traumatized and do not want to happen in the same case.
"The construction of the Main-Transit Terminal Project (TTU) or Tuban Fuel Terminal (TBBM) in our village (Desa Remen) some time ago has left a deep trauma for the landowners, no matter what happens we will not release land," he explained vigorously."
Residents in District Jenu is from the beginning often hear sweet promises from investors. On average when the project is in operation, there is no guarantee that the local people are employed. Because of that basis, the attitude of the citizens that I represent is still the same firmly reject the development of the Tuban refinery project. Please start and the citizens will not release the land of their ancestors to them "he said furiously.
IN INDONESIA
Warga Mentoso Tolak Proyek Kilang Minyak Pertamina-Rosneft
Warga Desa Remen dan Desa Mentoso, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur menolak rencana pembangunan kilang minyak Pertamina-Rosneft yang menempati tanah warga.
Apalagi, pembangunan kilang minyak itu berdekatan dengan terminal bahan bakar minyak (BBM), yang dikhawatirkan menyisakan penderitaan bagi warga sekitar. Penolakan warga disampaikan perwakilan warga Desa Remen dan Mentoso pada rapat kerja Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tuban dan eksekutif lainnya dengan Pertamina Persero Tbk di Ruang Paripurna DPRD Tuban.
Perwakilan warga dua desa tersebut, Suwarto (53) menjelaskan, masyarakat Desa Remen dan Mentoso tidak akan menjual tanah mereka kepada Pertamina. Alasannya, tanah tersebut merupakan tanah subur dan lahan mencari nafkah masyarakat desa setempat. Mayoritas warga kedua desa berprofesi sebagai petani. Untuk itu, kami tidak akan menjual lahan kami,” ujarnya.
Vice President Pertamina Aset Tuban Ahmad Syaihu Rais mengatakan, pihaknya akan mempertimbangkan dan mengevaluasi aspirasi warga kedua dua desa tersebut. Rais menilai penolakan yang dilakukan warga itu sangatlah wajar. Penolakan yang bisa menjadi blunder ini karena apa yang pernah disampaikan dalam kegiatan sosialisasi dan penginformasian dari Pertamina yang belum lengkap.
"Sehingga ini membuat masyarakat resah," katanya.
Ketua DPRD Kabupaten Tuban Miyadi menegaskan, DPRD sangat memahami kekhawatiran warga dua desa yang terdampak pembangunan kilang minyak Pertamina-Rosneft. Meski pun warga pemilik lahan menolak, tetapi diyakini pada pertemuan berikutnya akan sadar. Satu demi satu warga akan menyadari, kalau proyek pengolahan minyak mentah 300 ribu barel per hari (BPH) merupakan kepentingan pemerintah.
“Bukan kepentingan Pemerintah kabupaten Tuban maupun Pertamina, selaku kepanjangan tangan pemerintah di lapangan," kata Miyadi.
Di sisi lain, proyek tersebut merupakan proyek Pemerintah Pusat untuk mengatasi permasalahan cost impor minyak (kelangkaan minyak) yang sangat besar di bumi nusantara ini. Untuk itu, DPRD akan semaksimal mungkin menjembatani kedua belah pihak agar terjalin komunikasi yang baik.
"Sehingga menghasilkan jalan keluar yang baik bagi kedua pihak," katanya.
Koordinator warga Desa Remen dan Desa Mentoso, Suwarto menuturkan sebenarnya warga sudah trauma dan tidak ingin terjadi pada kasus yang sama.
"Pembangunan proyek Terminal Transit Utama (TTU) atau terminal BBM (TBBM) Tuban yang juga berada di desa kami (Desa Remen) beberapa waktu lalu, sudah menyisakan trauma mendalam bagi pemilik lahan. Apapun yang terjadi kami tidak akan melepas lahan," terangnya dengan penuh semangat."
Warga di Kecamatan Jenu ini sejak awal sering mendengar janji manis dari para investor. Rata-rata ketika proyek sudah beroperasi, tidak ada jaminan kalau warga sekitar dipekerjakan. Karena dasar itulah, sikap warga yang saya wakili masih sama menolak dengan tegas pembangunan proyek kilang Tuban. Silahkan dimulai dan warga tidak akan melepaskan tanah warisan nenek moyangnya ke mereka" ucapnya geram.
Memorandum, Page-11, Saturday, Jan 6, 2018
No comments:
Post a Comment