This year the Ministry of Energy and Mineral Resources stipulates oil and gas investment of US $ 17.04 billion
The Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) recognizes that investment in 2017 is the lowest. The reason is that oil prices are low.
Ego Syahrial
Executing Tngas (Plt) Director General of Oil and Gas Ego Syahrial discloses upstream oil and gas downstream investment data from 2014 to 2017 which is declining. See, during the year 2014 can record an investment of up to US $ 20.72 billion. Then in 2015, oil and gas investment was recorded at US $ 17.38 billion and in 2016 of 12.74 billion.
However, in 2017, the Ministry of Energy and Mineral Resources recorded the realization of oil and gas sector only US $ 10.17 billion. The figure consists of upstream oil and gas investment of US $ 9.33 billion. The details are investment for activities in the exploitation block of US $ 9.15 billion and investment for exploration block activities is only US $ 180 million.
The rest comes from downstream sector inveslusi in 2017 amounting to US $ 845.58 million. The investment consists of a processing investment of US $ 54.97 million. Transportation of about US $ 4.2 million, storage of US $ 696.44 million, trade of US $ 88.59 million and PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) of US $ 1.38 million.
"The lowest point in 2017 is that we are at the lowest oil price, only if we speak outlook 2018, we are planning oil and gas investment of US $ 17.04 billion, returning to 2014-2015 level," Ego said at a press conference on Tuesday 9/1).
The investment comes from upstream oil and gas sector of US $ 14.45 billion. Meanwhile, downstream investment is set at US $ 2.59 billion. Especially in the upstream sector, the government will still rely on investments from a number of major projects upstream oil and gas.
Head of Special Unit for Upstream Oil and Gas Business Activities. (SKK Migas) Amien Sunaryadi explains, there are some projects that are encouraged in 2018. Call it the project of Jambaran Tiung Biru which will be groundbreaking this year.
There is also an investment in additional facilities for increased production from the Cricket Field. This year, the government targets the production from the Cricket Field to reach 600 mmscfd from the current production of 450 mmscfd.
The government also expects investment from Tangguh Train III, prefeed Indonesia Deepwater Development (IDD) field Gendalo and Gehem and prefeed for Masela Block. Finally, the government is targeting additional production investment in Merakes and Donggi Toili Fields.
Meanwhile, in the downstream sector, Head of Downstream Oil and Gas Regulatory Agency (BPH Migas) Fanshurullah Asa said the investment will come from the auction of three gas pipeline segments implemented this year.
The three gas pipelines to be auctioned are the Natuna-West Kalimantan pipeline along 687 kilometers (km), West Kalimantan-Central Kalimantan 1800 km, and Central Kalimantan-South Kalimantan along the 162 km. Investment for Natuna-Kalbar is US $ 555 million, Kalbar-Kalteng US $ 516 million and Center Kalimantan-South Kalimantan US $ 97 million. The total is worth US $ 1.16 billion.
Investments in the downstream sector are also from ongoing gas pipeline projects. There are two gas pipeline projects that will start this year, namely Cirebon-Semarang which is done by Rekayasa Industri (Rekind) and Kalija 2 by PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR). There are also Gresik-Semarang projects targeted for completion this year.
IN INDONESIA
Investasi Hulu dan Hulu Migas di 2017 Paling tidak menarik
Tahun ini Kementerian ESDM menetapkan investasi migas sebesar US$ 17,04 miliar
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui bahwa investasi tahun 2017 merupakan yang terendah. Penyebabnya adalah harga minyak terhitung rendah.
Pelaksana Tngas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Ego Syahrial mengungkapkan data investasi hulu-hilir migas dari 2014 sampai 2017 yang semakin menurun. Lihat saja, sepanjang tahun 2014 bisa mencatatkan investasi hingga US$ 20,72 miliar. Kemudian pada tahun 2015, investasi migas tercatat sekitar US$ 17,38 miliar dan tahun 2016 sebesar 12,74 miliar.
Namun pada tahun 2017, Kementerian ESDM mencatat realisasi sektor migas hanya US$ 10,17 miliar. Angka tersebut terdiri dari investasi hulu migas sebesar US$ 9,33 miliar. Perinciannya adalah investasi untuk kegiatan di blok eksploitasi sebesar US$ 9,15 miliar dan investasi untuk kegiatan blok eksplorasi hanya US$ 180 juta.
Sisanya berasal dari inveslusi sektor hilir tahun 2017 sebesar US$ 845,58 juta. Investasi tersebut terdiri dari investasi pengolahan sebesar US$ 54,97 juta. Lalu, pengangkutan sekitar US$ 4,2 juta, penyimpanan mencapai US$ 696,44 juta, niaga sebesar US$ 88,59 juta dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sebesar US$ 1,38juta.
"Titik terendah 2017, kita berada harga migas paling rendah. Cuma jika kami bicara outlook 2018, ini kami merencanakan investasi migas sebesar US$ 17,04 miliar, kembali ke level tahun 2014-2015," kata Ego, dalam jumpa pers pada Selasa (9/1).
Investasi tersebut berasal sektor hulu migas sebesar US$ 14,45 miliar. Sedangkan investasi di sektor hilir dipatok sebesar US$ 2,59 miliar. Khusus di sektor hulu, pemerintah masih akan mengandalkan investasi dari sejumlah proyek-proyek besar hulu migas.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (SKK Migas) Amien Sunaryadi menjelaskan, ada beberapa proyek yang didorong di tahun 2018. Sebutlah proyek Jambaran Tiung Biru yang akan groundbreaking pada tahun ini.
Ada juga investasi penambahan fasilitas untuk peningkatan produksi dari Lapangan Jangkrik. Tahun ini, pemerintah menargetkan produksi dari Lapangan Jangkrik bisa mencapai 600 mmscfd dari produksi saat ini yang sebesar 450 mmscfd.
Pemerintah juga berharap investasi dari Tangguh Train III, prefeed Indonesia Deepwater Development (IDD) lapangan Gendalo dan Gehem dan prefeed untuk Blok Masela. Terakhir, pemerintah menargetkan investasi penambahan produksi di Lapangan Merakes dan Donggi Toili.
Sementara, di sektor hilir, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Fanshurullah Asa menyebut investasi akan datang berasal dari lelang tiga ruas pipa gas yang dilaksanakan pada tahun ini.
Ketiga ruas pipa gas yang akan dilelang adalah pipa Natuna-Kalimantan Barat sepanjang 687 kilometer (km), Kalimantan Barat-Kalimantan Tengah 1800 km, dan Kalimantan Tengah-Kalimantan Selatan sepanjang 162 km. Investasi untuk Natuna-Kalbar sebesar US$ 555 juta, Kalbar-Kalteng US$ 516 juta, dan Kalteng-KaIsel sebesar US$ 97 juta. Totalnya senilai US$ 1,16 miliar.
Investasi di sektor hilir juga dari proyek pipa gas yang sedang berjalan. Ada dua proyek pipa gas yang akan mulai pada tahun ini, yaitu Cirebon-Semarang yang dikerjakan oleh Rekayasa Industri (Rekind) dan Kalija 2 oleh PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR). Ada pula proyek Gresik-Semarang yang ditargetkan rampung pada tahun ini.
Kontan, Page-14, Wednesday, Jan 10, 2018
No comments:
Post a Comment