google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Indonesia Sells LNG to Pakistan 15 Million Ton - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Saturday, February 10, 2018

Indonesia Sells LNG to Pakistan 15 Million Ton



    Indonesia will sell liquefied natural gas (LNG) to Pakistan with a total volume of about 15 million tons. This is the first time Indonesia is exporting LNG to Pakistan. This LNG sale is marked by the signing of the Inter Government Agreement by the Minister of Energy of Indonesia and Pakistan when President Joko Widodo made a state visit to Pakistan.

    Later, Indonesia will export LNG to Pakistan for 10 years, with an additional option of five years, with a volume of 1.5 million tons per year. Indonesia also hopes to strengthen energy cooperation in the future, such as the possibility of investing Indonesian companies to build LNG regasification facilities and sharing experiences and expertise in the utilization friendly energy, "said President Jokowi, as quoted in the official website of the Cabinet Secretariat.

    Not only to Pakistan, Indonesia will also export LNG to Bangladesh. During his visit to Bangladesh, President Joko Widodo also witnessed the signing of several cooperation agreements, including the signing of a letter of intent (Lol) on the supply of LNG from PT Pertamina (Persero) to Petrobangla. LNG shipments are expected this year.

"Indonesia is ready to support Bangladesh's energy security through the supply of LNG and coal," said the Head of State.
   
    With Bangladesh, Indonesia has previously signed a memorandum of understanding under which LNG is based. The memorandum of understanding states Bangladesh's willingness, readiness and willingness to discuss further the construction of LNG receiving and infrastructure facilities in the country, including possible supply of LNG spot from Indonesia.

    On the other hand, the MoU also affirms Indonesia's willingness to facilitate discussions with Indonesian LNG producers and marketers. In addition to supply LNG to Bangladesh, through this memorandum of understanding is also opened opportunity for Pertamina then build building facilities LNG acceptance.

    In detail, Pertamina can work on the Mooring FSRU project, and offloading infrastructure, sub-sea and onshore gas pipelines to natural gas grids. At the signing of the MoU last year, State Minister for Electricity, Energy and Mineral Resources Nasrul Hamid once said that Bangladesh's energy needs continue to increase every year. LNG imports from Indonesia are expected to overcome LNG deficit in Bangladesh which is estimated to reach 1 million tons per year in 2018 and increase to 11 million tons per year by 2030.

    To overcome this, Bangladesh has also agreed on the construction of two floating shelter and regasification units (FSRUs) with a capacity of 1,000 million cubic feet per day / mmscfd.

"By mid-2018, we expect to obtain the first ever LNG supply in our pipelines. It will continue to grow in the future, "he said.

    Earlier, Deputy Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arcandra Tahar said that Pertamina will contract with Pakistan LNG Limited and Bangladesh Oil and Gas Corporation (Petrobangla). Pertamina will send 1-1,5 MTPA each to Pakistan and Bangladesh. The contract value of LNG is estimated to reach US $ 12 billion.

"The trading value is up to US $ 6 billion for each contract," he said.

    Pertamina targets its gas production to increase every year. In 2018, Pertamina targets gas production to reach 3,069 mmscfd, up 51% from last year's 2,036 mmscfd. While in Aspiration 2025, the national oil and gas company set a gas production target of 5,710.

    Not only from within the country, the gas production target will also be pursued by the company from foreign assets. Detailedly, from the production of 5,710 mmscfd, about 1,480 mmscfd will be sought from abroad and most or equal to 4,230 mmscfd from within the country.

    Currently, the company is aggressively expanding its assets in other countries, such as in Iran, Algeria, and Russia. Then, Pertamina also has an agreement on the supply of LNG from other countries. Pertamina has signed an LNG purchase contract. Pertamina has signed a gas sales agreement (PJBG) with a subsidiary of Chehiere Energy Corpus Christi Liquifaction Liability Company to supply 0.76 million tonnes per year of LNG from 2019, for 20 years.

    Pertamina has also contracted with Cheniere Energy with the same volume but starts in 2018 with a duration of 20 years. Then, Pertamina has contracted with Woodside with a volume of 0.6 million tons per year which can be increased to 1.1 million tons per year. Supply 0.6 million tons per year from 2022-2034 and can be increased to 1.1 million tons per year in 2024-2038. Finally, the company has a head of agreement (HOA) with ExxonMobil to supply 1 million tons per year for 20 years starting from 2025.

IN INDONESIA

Indonesia Jual LNG ke Pakistan 15 Juta Ton


    Indonesia akan menjual gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) ke Pakistan dengan total volume sekitar 15 juta ton. Ini kali pertama Indonesia mengekspor LNG ke Pakistan. Penjualan LNG ini ditandai dengan penandatangan Inter Government Agreement oleh Menteri Energi Indonesia dan Pakistan ketika Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kenegaraan ke Pakistan.

    Nantinya, Indonesia akan mengekspor LNG ke Pakistan selama 10 tahun, dengan opsi tambahan lima tahun, dengan volume 1,5 juta ton per tahun. Indonesia juga mengharapkan penguatan kerja sama energi di masa mendatang, seperti kemungkinan investasi perusahaan Indonesia untuk pembangunan fasilitas regasifikasi LNG dan saling berbagi pengalaman dan keahlian dalam pemanfaatan energi yang ramah lingkungan,” kata Presiden Jokowi, sebagaimana dikutip dalam laman resmi Sekretariat Kabinet.

    Tidak hanya ke Pakistan, Indonesia juga akan mengekspor LNG ke Bangladesh. Dalam kunjungannya ke Bangladesh, Presiden Joko Widodo juga turut menyaksikan penandatanganan sejumlah perjanjian kerja sama, termasuk penandatanganan letter of intent (Lol) tentang pasokan LNG dari PT Pertamina (Persero) ke Petrobangla. Pengiriman LNG diharapkan dapat dilakukan tahun ini juga.

“Indonesia siap mendukung ketahanan energi Bangladesh antara lain melalui pasokan LNG dan batubara," kata Kepala Negara.

    Dengan Bangladesh, Indonesia sebelumnya telah meneken nota kesepahaman yang menjadi dasar penjualan LNG ini. Dalam nota kesepahaman itu disebutkan keinginan, kesiapan, dan kesediaan Bangladesh untuk berdiskusi lebih lanjut terkait pembangunan fasilitas penerimaan dan infrastuktur LNG di negaranya, termasuk kemungkinan pasokan LNG spot dari Indonesia.

    Di sisi lain, nota kesepahaman ini juga menegaskan kesediaan Indonesia untuk memfasilitasi diskusi dengan produsen dan pemasar LNG Indonesia. Selain melakukan suplai LNG ke Bangladesh, melalui nota kesepahaman ini dibuka pula kesempatan bagi Pertamina selanjutnya membangun membangun fasilitas penerimaan LNG.

    Rincinya, Pertamina bisa mengerjakan proyek FSRU mooring, dan infrastruktur offloading, sub-sea dan pipa gas onshore ke grid gas alam. Pada saat penandatangan nota kesepahaman tersebut pada tahun lalu, Menteri Negara Listrik, Energi, dan Sumber Daya Mineral Nasrul Hamid pernah mengatakan, kebutuhan energi Bangladesh terus meningkat setiap tahunnya. Impor LNG dari Indonesia diharapkan bisa mengatasi defisit LNG di Bangladesh yang diperkirakan mencapai 1 juta ton per tahun pada 2018 dan meningkat menjadi 11 juta ton per tahun pada 2030.

    Untuk mengatasi hal ini, Bangladesh juga sudah menyepakati pembangunan dua unit penampungan dan regasifikasi terapung (FSRU) dengan kapasitas 1.000 juta kaki kubik per hari/ mmscfd.

“Pada pertengahan 2018, kami berharap bisa memperoleh pasokan LNG pertama kalinya dalam jaringan pipa kami. Ini akan terus bertambah ke depannya,” tuturnya.

    Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menuturkan, Pertamina akan berkontrak dengan Pakistan LNG Limited dan Bangladesh Oil and Gas Corporation (Petrobangla). Pertamina akan mengirim masing-masing 1-1,5 MTPA ke Pakistan dan Bangladesh. Sementara nilai kontrak penjualan LNG ini diperkirakan mencapai US$ 12 miliar.

“Nilai trading up to US$ 6 miliar untuk masing-masing kontrak ,” kata dia.

    Pertamina menargetkan produksi gasnya terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2018 ini, Pertamina menargetkan produksi gasnya mencapai 3.069 mmscfd, naik 51% dari realisasi tahun lalu 2.036 mmscfd. Sementara dalam Aspirasi 2025, perusahaan migas nasional  memasang target produksi gas sebesari 5.710.

    Tidak hanya dari dalam negeri, target produksi gas itu juga akan dikejar perseroan dari aset-aset luar negeri. Rincinya, dari produksi 5.710 mmscfd, sekitar 1.480 mmscfd akan diupayakan dari luar negeri dan sebagian besar atau sebesar 4.230 mmscfd dari dalam negeri.

    Saat ini, perseroan sedang agresif menambah asetnya di negara lain, seperti di Iran, Aljazair, dan Rusia. Kemudian, Pertamina juga memiliki kesepakatan pasokan LNG dari negara lain. Pertamina telah meneken kontrak pembelian LNG. Pertamina telah menandatangani perjanjian jual beli gas (PJBG) dengan anak usaha Chehiere Energy yakni Corpus Christi Liquifaction Liability Company untuk memasok 0,76 juta ton per tahun LNG mulai 2019, selama 20 tahun.

    Pertamina juga sudah berkontrak dengan Cheniere Energy dengan volume yang sama namun dimulai pada 2018 dengan durasi 20 tahun. Kemudian, Pertamina telah berkontrak dengan Woodside dengan volume  0,6 juta ton per tahun yang bisa ditingkatkan menjadi 1,1 juta ton per tahun. Pasokan 0,6 juta ton per tahun mulai 2022-2034 dan bisa ditingkatkan menjadi 1,1 juta ton per tahun pada 2024-2038. Terakhir, perseroan memiliki kesepakatan (head of agreement/ HOA) dengan ExxonMobil untuk pasokan sebanyak 1 juta ton per tahun selama 20 tahun mulai 2025.

Investor Daily, Page-9, Monday, Jan 29, 2018

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel