PT Perta Arun Gas and PT Perta Samtan Gas will be excluded from PT Pertamina Gas to make it easier for the company to consolidate its natural gas business.
Perta Arun and Perta Samtan have been the subsidiaries of PT Pertamina Gas (Pertagas). The two companies will be merged into a subsidiary of PT Pertamina (Persero) others who have a similar business.
Perta Arun is a subsidiary of Pertagas that manages the floating storage and regasification unit (FSRU) Arun. Meanwhile, Perta Samtan has been producing Liquefied Petroleum Gas (LPG).
In fact, the separation plan has been strengthened in the company's work plan and budget (RKAP) 2018 Pertagas which did not include Perta Arun and Perta Samtan.
Pertagas, a subsidiary of Pertamina, also targets a net profit of 2018 of US $ 116 million, down 17.73 percent compared to last year's US $ 141 million because it does not include Perta Arun and Perta Samtan contributions.
President Director of Pertagas Suko Hartono said that the company's net profit target fell because it did not include contributions from its two subsidiaries, Perta Arun and Perta Samtan.
"Target [Pertagas's net profit] in 2018 is slightly decreased because in RKAP does not include two subsidiaries [Perta Arun and Perta Samtan]. The two subsidiaries will be merged into other Pertamina subsidiaries, "he said during a discussion of 2018 Industry and Gas Outlook.
He did not clearly explain the separation of the two subsidiaries in connection with the plan to create a holding company of state-owned oil and gas companies that include PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. into Pertamina. After PGN becomes part of Pertamina, the next step is to synergize the natural gas issuer with Pertagas.
At the extraordinary general meeting of shareholders (PGAS) codenamed stockholders held on January 25, 2018, PGN shareholders agreed to join Pertamina.
"Perta Arun and Perta Samtan will enter the holding [Pertamina]. That is to facilitate the consolidation. We together with Pertagas Niaga remain one unit, "he said.
Perta Arun and Perta Samtan are two of Pertagas's four subsidiaries. Two other subsidiaries are PT Pertagas Niaga and PT Perta Daya Gas.
In 2017, Perta Samtan recorded a net profit of US $ 26.7 million and Perta Arun posted net profit of US $ 24.6 million. In addition, Pertagas Niaga contributed net profit of US $ 9.3 million and Perta Daya amounting to US $ 644,000. The rest, about 67%, came from Pertagas net profit.
The release of Perta Arun and Perta Samtan is part of the plan to create a holding company of BUMN oil and gas which incorporates PGAS into Pertamina.
MORE EFFICIENT
According to him, the concept of holding is the ideal form now for PGN and Pertagas that have similar business sectors so that the operations of both companies in the field become more efficient.
"When talking Pertagas and PGN divisions. Pertagas will take care of the transmission pipeline and PGN takes care of the distribution. So, if integration, not overlapping actually, "he said.
Suko said that if talked about assets, Pertagas has an open access transmission pipeline network that can be freely used by anyone. On the other hand, PGN has a distribution pipeline network.
"Our pipes are intercity inter-provinces and can deliver all. Meanwhile, PGN is strong in the distribution pipeline, "he stressed.
Suko added that in 2017 Pertagas's net profit performance surpassed PGN. As of September 2017, Pertagas's net profit reached US $ 111.52 million and PGN was only US $ 97.9 million. In fact, in terms of revenue, PGN recorded US $ 2.16 million while Pertagas US $ 463.62 million.
Suko said that in relation to the plan, the incorporation of PGN with Pertagas, the team needs to identify the problems that exist in PGN and Pertagas first to be completed.
"So the most ideal, walk first. To implement the merger of two companies is not as easy as imagined. I imagine, maybe 1 year, "said Suko.
Melanton Ganap, Technical Director and Commerce Commercial Director, said that this year Pertagas Niaga is targeting a net profit of US $ 24.05 million, a significant increase compared to its performance in 2017.
The increase in net profit will be supported by the addition of large-scale gas customers as many as 32 companies and also plans to supply liquefied natural gas / LNG for a number of power plants PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) in Bangka Belitung.
"In 2018, there will be an LNG commercial plan to PLN Batam, Bangka Belitung for 28 BBtud [billion British thermal unit, and LNG Niaga LNG to PLN Sambera with 7.5 BBtud from April," Melanton said.
Perta Arun Gas Budiyana, Pertam Arun's operating and engineering director, said that Perta Arun has set a net profit target of US $ 27 million this year from US $ 24 million, S9 million. One effort made by optimizing the regasification facility also expects PLN to classify its gas allocation for the Karadeniz power plant. "
Axis Mahendrawanto, Vice President Director of Pertam Samtan Gas, said that currently Pertam Samtan has just contributed 3% of total national LPG requirement. In 2017, Pertam Samtan's total LPG production totaled 195,000 tons.
"Last year we managed to record revenues of US $ 106.9 million and net income of US $ 26.7 million. Performance depends on the price of [LPG] Aramco. "
IN INDONESIA
Elpiji & Regasifikasi Dilepas dari Pertagas
PT Perta Arun Gas dan PT Perta Samtan Gas akan dikeluarkan dari PT Pertamina Gas untuk mempermudah perseroan dalam melakukan konsolidasi bisnis gas bumi.
Perta Arun dan Perta Samtan selama ini menjadi anak usaha PT Pertamina Gas (Pertagas). Kedua perusahaan itu akan digabung ke anak perusahaan PT Pertamina (Persero) lainnya yang memiliki bisnis serupa.
Perta Arun merupakan anak usaha Pertagas yang mengelola fasilitas penyimpanan dan regasifikasi terapung (floating storage & regasification unit/ FSRU) Arun. Sementara itu, Perta Samtan selama ini memproduksi gas elpiji (liquefied petroleum gas/LPG).
Bahkan, rencana pemisahan itu sudah diperkuat dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) 2018 Pertagas yang tidak memasukkan Perta Arun dan Perta Samtan.
Pertagas, anak usaha Pertamina, pun menargetkan laba bersih 2018 sebesar US$ 116 juta turun 17,73% dibandingkan dengan realisasi tahun lalu US$ 141 juta karena tidak lagi memasukkan kontribusi Perta Arun dan Perta Samtan.
Direktur Utama Pertagas Suko Hartono mengatakan bahwa target laba bersih perseroan turun karena tidak memasukkan kontribusi dari dua anak usahanya, yakni Perta Arun dan Perta Samtan.
“Target [laba bersih Pertagas] pada 2018 sedikit turun karena dalam RKAP tidak memasukkan dua anak usaha [Perta Arun dan Perta Samtan]. Dua anak usaha itu akan digabung ke anak perusahaan Pertamina lainnya,” katanya saat diskusi Outlook Industri dan Gas 2018.
Dia tidak menjelaskan secara jelas pemisahan dua anak usaha itu terkait dengan rencana pembentukan induk usaha BUMN migas yang memasukkan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. ke dalam Pertamina. Setelah PGN menjadi bagian dari Pertamina, tahap berikutnya adalah menyinergikan emiten gas bumi itu dengan Pertagas.
Dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) luar biasa emiten berkode saham PGAS yang digelar pada 25 Januari 2018, pemegang saham PGN sepakat untuk bergabung ke dalam Pertamina.
“Perta Arun dan Perta Samtan akan masuk ke holding [Pertamina]. Itu untuk memudahkan secara konsolidasi. Kami bersama Pertagas Niaga tetap menjadi satu kesatuan,” katanya.
Perta Arun dan Perta Samtan merupakan dua dari empat anak usaha Pertagas. Dua anak usaha lainnya adalah PT Pertagas Niaga dan PT Perta Daya Gas.
Pada 2017, Perta Samtan tercatat membukukan laba bersih US$ 26,7 juta dan Perta Arun mencetak laba bersih US$ 24,6 juta. Selain itu, Pertagas Niaga memberikan kontribusi laba bersih US$ 9,3 juta dan Perta Daya sebesar US$ 644.000. Sisanya, sekitar 67%, berasal dari laba bersih Pertagas.
Pelepasan Perta Arun dan Perta Samtan merupakan bagian dari rencana pembentukan induk usaha BUMN migas yang menggabungkan PGAS ke dalam Pertamina.
LEBIH EFISIEN
Menurutnya, konsep holding merupakan bentuk ideal saat ini untuk PGN dan Pertagas yang mempunyai sektor usaha sejenis sehingga kegiatan operasi kedua perusahaan di lapangan menjadi lebih efisien.
“Kalau bicara pembagian Pertagas dan PGN. Pertagas akan mengurus [pipa gas] transmisi dan PGN mengurus distribusi. Jadi, kalau integrasi, tidak tumpang tindih sebenarnya,” kata dia.
Suko mengatakan, jika bicara aset, Pertagas memiliki jaringan pipa transmisi open access yang bisa bebas digunakan siapapun. Di sisi lain, PGN memiliki jaringan pipa distribusi.
“Pipa kami itu antarkota antarprovinsi dan bisa mengantar semua. Sementara itu, PGN kuat di pipa distribusi,” tegas dia.
Suko menambahkan, pada 2017 kinerja laba bersih Pertagas berhasil melampaui PGN. Per September 2017, laba bersih Pertagas mencapai US$ 111,52 juta dan PGN hanya US$ 97,9 juta. Padahal, dari sisi pendapatan, PGN membukukan US$ 2,16 juta sedangkan Pertagas US$ 463,62 juta.
Suko menuturkan, terkait dengan rencana, penggabungan PGN dengan Pertagas, tim perlu mengindentifikasi masalah-masalah yang ada di PGN dan Pertagas terlebih dahulu untuk kemudian diselesaikan.
“Jadi paling ideal, berjalan beririgan dulu. Untuk mengimplementasi penggabungan dua perusahaan tidak semudah yang dibayangkan. Saya bayangkan, mungkin 1 tahun,” ungkap Suko.
Melanton Ganap, Direktur Teknik dan Komersial Pertagas Niaga, mengatakan bahwa pada tahun ini Pertagas Niaga menargetkan laba bersih US$ 24,05 juta, naik signifikan dibandingkan dengan kinerja pada 2017.
Peningkatan laba bersih akan didukung penambahan pelanggan gas skala besar sebanyak 32 perusahaan dan juga rencana memasok gas alam cair/LNG untuk sejumlah pembangkit PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) di Bangka Belitung.
“Pada 2018, ada rencana niaga LNG ke PLN Batam, Bangka Belitung sebesar 28 BBtud [miliar British thermal unit, dan rencana Niaga LNG ke PLN Sambera dengan volume 7,5 BBtud mulai April,” kata Melanton.
Direktur operasi dan Teknik Perta Arun Gas Budiyana mengatakan, Perta Arun mematok target laba bersih US$27 juta pada tahun ini naik dibandingkan dengan 2017 sebesar US$24,S9 juta. Salah satu upaya yang dilakukan dengan mengoptimalkan fasilitas regasifikasi juga mengharapkan PLN meregasifikasikan alokasi gasnya untuk kapal pembangkit Karadeniz.”
Axis Mahendrawanto, Vice President Direktur Perta Samtan Gas, mengatakan bahwa saat ini Perta Samtan baru saja berkontribusi 3% dari total kebutuhan elpiji nasional. Pada 2017, total produksi elpiji Perta Samtan mencapai 195.000 ton.
“Tahun lalu kami berhasil membukukan pendapatan US$ 106,9 juta dan laba bersih US$ 26,7 juta. Kinerja bergantung pada harga
jual [LPG] Aramco.”
Bisnis Indonesia, Page-30, Monday, Feb 5, 2018
No comments:
Post a Comment