google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Working Bontang Refinery, Pertamina Cooperate with Oman and Japan - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Monday, February 12, 2018

Working Bontang Refinery, Pertamina Cooperate with Oman and Japan



    PT Pertamina cooperates with Oman Overseas Oil and Gas LLC (OOG) and Cosmo Oil International Pte Ltd (COI) Japan to work on the construction of an oil refinery in Bontang East Kalimantan The Rp 130 trillion refinery project is targeted to operate in 2025.

Overseas Oil and Gas LLC (OOG) -  Oman
 
    Pertamina Pertamina Petrochemical and Pertamina Pertamina Pertamina and Pertamina Directorate Director said that the consortium of Overseas Oil and Gas LLC and Cosmo Oil International was selected from eight potential potential partners who passed the initial selection phase of the project expose until the request for information and workshop. 

    

Cosmo Oil International - Japan

 
   The consortium is considered superior. It will be supported by the Government of Oman for funding and supply of crude oil as well as technical and marketing support and Cosmo Energy Group which is the parent of Oil International.

    The production of Oman crude oil reaches 1-1.2 million barrels per day (bpd). Not only that Overseas Oil and Gas LLC has crude oil entitlement in some Middle East countries.

    Furthermore, Cosmo Energy Group has experience building and operating the Cosmo Oil temporary refinery International is a trading arm.

    In the near future after we announce we will discuss with the consortium. Next there will be a marker hand framework agreement in the near future he said. In contrast to Tuban Refinery, Director of Investment Planning and Risk Management First Gigih Prakoso explained that the company will only hold a 10% shareholding in the early stages of this refinery.

    Furthermore, once the project reaches the final decision stage of investment / FID it will review the matter of ownership of this share. This 10% share is available free of charge.
   

    After our FID review, if more strategic position for us later determined could be more (ownership of shares). It's only 10% to mitigate risk, not that we do not have funding. Pertamina's commitment to this project is huge, "he said.
 
    He explained that the cooperation with OOG-COI Consortium does not have a time limit, but it can adjust the length of cooperation with the lease of land which is the location of Bontang Refinery, which is 30 years with a 20 year extension. Another calculated scheme is BOOT (built own operate transfer) at a certain time the asset may belong to Pertamina or state.

    In addition Pertamina no longer promises to take the entire product and this Bontang Refinery. According to persistent for this project his side will do Joint marketing with partners. Later Pertamina and partners will form a joint venture (JV) that will be responsible for marketing all products produced from the refinery.

    To secure domestic supply, it will sign a sales purchase agreement (SPA) with the JV. If demand (domestic) increased we have the right to increase the volume (purchased) So we can not guarantee specific offtake but take as needed Persistent clear. The rest of the product will be exported to other countries.

    Crude oil supply in which Pertamina is entitled to supply up to 20% and crude oil GRR Bontang Product Offtake where Pertamina does not provide assurance offtake and Pertamina willing to cooperate for Joint Marketing.

Operation 2025

    Ardhy said after the signing of the framework agreement the project will enter the feasibility study (FS) targeted to be completed by mid 2019. After that the project will enter the front end engeneering design (FEED) with completion target by the end of 2020.

    Next the project will enter the FID stage ie whether the project is worth entering the stage of execution. With a construction period of approximately 4-4 5 years the project is targeted to start operations in 2025

    The next step Pertamina and selected partners will sign Frame Work Agreement followed by Feasibility Study (FS) which will be completed by mid 2019 and followed by engineering package (FEED) until the end of 2020.

    Our parallel will also discuss for joint venture agreement. There is more discussion in the matter of stock lifting product arrangements and so on, he explained.

    To design the refinery will be set crude oil processing capacity of 300 thousand bpd. As for the configuration and the products that the refinery has been in will still be discussed with the consortium. Because the type and volume of products produced depends on the type of crude oil to be processed.

    We are likely to direct gasoline and avtur from diesel, because our other refinery projects are already diesel enough so we expect not to have too many penalties to be exported, Ardhy said.

    For the supply of crude oil other than Oman, Pertamina Also has a supply of 20% or about 60 thousand bpd. This is in consideration if there is excessive production of crude oil from oil and gas blocks in East Kalimantan.

    Thus, the crude oil does not need to be shipped to other refineries in Indonesia. As known, Pertamina is working on six refinery projects at once, namely new units as well as capacity and quantity increase from refineries there is.

    Construction of two new refineries in Tuban, East Java and Bontang East Kalimantan and repair of four existing refineries in Balongan West Java Balikpapan East Kalimantan. Dumai, Riau and Cilacap Central Java.

    Pertamina has partnered with Rosneft Oil Company to work on Tuban Refinery and Saudi Aramco to work on Cilacap Refinery. The entire refinery project is targeted for completion by 2020.

    Precisely Balikpapan and Balongan refinery is projected to be completed in 2021, then Cilacap and Tuban Refinery in 2024 and Bontang Refinery and Dumai Refinery in 2021. At that time Pertamina refinery capacity will rise to 2 Million bpd.

IN INDONESIA

INVESTASI RP 130 TRILIUN

Garap Kilang Bontang, Pertamina Gandeng Oman dan Jepang


    PT Pertamina menggandeng perusahaan migas asal Oman Overseas Oil and Gas LLC (OOG) dan Perusahaan Jepang Cosmo Oil lnternational Pte Ltd (COI) untuk mengerjakan pembangunan kilang bahan bakar minyak di Bontang Kalimantan Timur Proyek kilang senilai Rp 130 triliun ini ditargetkan mulai beroperasi pada 2025

    Direktur Megaproyek Pegolahan dan Petrokimia Pertamina Ardhy N Mokobombang mengatakan konsorsium Overseas Oil and Gas LLC dan Cosmos Oil International dipilih dari delapan calon mitra potensial yang lolos tahap seleksi awal project expose hingga request for information dan workshop Konsorsium ini dinilai unggul Iantaran akan didukung Pemerintah Oman untuk pendanaan dan pasokan minyak mentah serta dukungan teknik dan pemasaran dan Cosmo Energy Group yang merupakan induk dari Oil International.

    Produksi minyak mentah Oman disebutnya mencapai 1-1,2 Juta barel per hari (bph).  Tidak hanya ltu Overseas Oil and Gas LLC memiliki entitlement minyak mentah di beberapa negara di Timur Tengah.

    Selanjutnya Cosmo Energy Group mempunyai pengalaman membangun dan mengoperasikan kilang sementara Cosmo Oil International merupakan trading arm.

    Dalam waktu dekat setelah kami umumkan kami akan diskusi dengan konsorsium. Selanjutnya akan ada penandatanganan framework agreement dalam waktu dekat kata dia. Berbeda dengan Kilang Tuban, Direktur Perencanaan Investasl dan Manajemen Resiko Pertama Gigih Prakoso menjelaskan perseroan nantinya hanya akan memegang kepemilikan saham sebesar 10% pada tahap awal pengerjaan kilang ini.

    Selanjutnya begitu proyek mencapai tahap keputusan akhir final investasi/FID pihaknya akan mengkaji kembali soal kepemilikan saham ini. Saham 10% ini diperoleh secara cuma-cuma.

    Setelah FID kami review kembali,  kalau lebih strategis posisinya buat kami nanti ditentukan bisa lebih (kepemilikan sahamnya). Ini hanya 10% untuk memitigasi resiko, bukan kami tidak punya funding. Komitmen Pertamina pada proyek ini cukup besar" katanya.

    Dijelaskannya, kerja sama dengan Konsorsium OOG-COI ini sebenarnya tidak memiliki batas waktu, Namun pihaknya bisa saja menyesuaikan lama kerja sama dengan masa sewa lahan yang menjadi lokasi Kilang Bontang, yakni 30 tahun dengan perpanjangan 20 tahun. Skema lain yang diperhitungkan yakni BOOT (built own operate transfer) pada waktu tertentu aset bisa menjadi milik Pertamina atau negara.

    Selain itu Pertamina tidak lagi menjanjikan akan mengambil seluruh produk dan Kilang Bontang ini. Menurut Gigih untuk proyek ini pihaknya akan melakukan Joint marketing dengan mitra. Nantinya Pertamina dan mitra akan membentuk perusahaan patungan (Joint venture/JV) yang akan bertanggung jawab memasarkan seluruh produk yang dihasilkan dari kilang.

    Untuk mengamankan pasokan dalam negeri, pihaknya akan meneken perjanjian jual beli (sales purchase agreement/SPA) dengan JV tersebut. Kalau demand (dalam negeri) meningkat kami punya hak untuk menambah volume (yang dibeli) Jadi kami tidak menjamin offtake tertentu tetapi mengambil sesuai kebutuhan Jelas Gigih. Sisa produk nantinya akan diekspor ke negara lain.

    Pasokan minyak mentah di mana Pertamina berhak memasok sampai 20% dan minyak mentah GRR Bontang Product Offtake dimana Pertamina tidak memberikan Jaminan offtake serta Pertamina bersedia bekerjasama untuk Joint Marketing.

Operasi 2025


    Ardhy menjelaskan pasca penandatanganan framework agreement proyek akan masuk pada studi kelayakan (feasibility study/FS) yang ditargetkan selesai pada pertengahan 2019. Setelah itu proyek akan masuk tahap desain rinci (front end engneering design/FEED) dengan target penyelesaian pada akhir 2020.

    Berikutnya proyek akan masuk tahap FID yakni apakah proyek layak masuk tahap eksekusi. Dengan masa kontruksi sekitar 4-4 5 tahun proyek ditargetkan mulal operasi pada 2025

    Tahapan selanjutnya Pertamina dan mitra terpilih akan menandatangani Frame Work Agreement yang dilanjutkan dengan Feasibility Study (FS) yang akan diselesaikan pada pertengahan 2019 dan dilanjutkan dengan penyusunan engineering package (FEED) hingga akhir 2020.

    Pararel kami juga akan diskusi untuk joint venture agreement. Di situ diskusi lebih dalam masalah saham pengaturan produk lifting dan sebagainya, jelas dia.

    Untuk desain kilang akan ditetapkan kapasitas pengolahan minyak mentahnya sebesar 300 ribu bph. Sementara untuk konfigurasi dan produk yang di hasillkan kilang masih akan didiskusikan dengan konsorsium. Pasalnya Jenis dan volume produk yang dihasilkan sangat bergantung pada Jenis minyak mentah yang akan diolah.

    Kemungkinan kami arahkan (produksi) gasoline dan avtur daripada diesel, karena dan proyek kilang lain kami sudah cukup banyak diesel sehingga kami harapkan Jangan terlalu banyak kena penalty harus diekspor, kata Ardhy.

    Untuk pasokan minyak mentah selain dari Oman, Pertamina Juga memiliki hak pasok sebesar 20% atau sekitar 60 ribu bph. Hal ini dengan pertimbangan jika ada produksi minyak mentah berlebih dari blok migas perseroan di Kalimantan Timur.

    Sehingga, minyak mentah tersebut tidak perlu dikapalkan ke kilang lain di Indonesia. Seperti diketahui Pertamina mengerjakan enam proyek kilang sekaligus, yaitu unit baru maupun peningkatan kapasitas dan kuantitas dari kilang yang
ada.

    Pembangunan dua unit kilang baru di Tuban, Jawa Timur dan Bontang Kalimantan Timur serta perbaikan empat kilang eksisting yang tersebar di Balongan Jawa Barat Balikpapan Kalimantan Timur. Dumai, Riau serta Cilacap Jawa Tengah.

    Pertamina telah menggandeng Rosneft Oil Company untuk menggarap Kilang Tuban dan Saudi Aramco untuk mengerjakan Kilang Cilacap. Seluruh proyek kilang ini ditargetkan selesai pada 2020.

    Tepatnya Kilang Balikpapan dan Balongan diproyeksikan akan selesai pada 2021, kemudian Kilang Cilacap dan Tuban pada 2024 serta Kilang Bontang dan Kilang Dumai pada 2021. Pada saat itu kapasitas kilang Pertamina akan naik menjadi 2 Juta bph.

Investor Daily, Page-9, Wednesday, Jan 31, 2018

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel