google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 First Quarter, PHE Gas Production Up 2 Percent - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Wednesday, June 20, 2018

First Quarter, PHE Gas Production Up 2 Percent



PT Pertamina Hulu Energi (PHE), a subsidiary of PT Pertamina (Persero) in the upstream sector, recorded gas production of 777 million cubic feet per day (MMSCFD) during January-March 2018. The amount is up 2 percent over the same period of 2017 of 765 MMSCFD .

"In 2018, PHE set a production target for March of 767.8 MMSCFD, realization of 1.2 percent higher" said R. Gunung Sardjono Hadi, Director of PHE.

PHE oil production in the first three months of 2018 was 63.037 barrels oil per day (BOPD), not much different from the same period of 2017 of 62,623 BOPD.

"PHE in 2018 targeted oil production in March at 65,243 BOPD, so production in March 2018 was 96.6 percent of the target," Gunung said.

According to Sardjono Hadi Mountain, PHE will accelerate the monetization of PHE reserves by implementing a backup source clustering strategy. This strategy can be used in working areas that have less gas reserves, but can be monetized soon. With PHE clustering no longer thinking just waiting for gas buyers, but innovating how to create a market. The reason, although having large reserves will be useless if there is no gas absorber.

"So it does not depend on the market, but it creates the market. That is what we are now pursuing, The concept of gas monetization is clustered. So we also have to think how to get into the midstream, "said Mount Sardjono Hadi.

He cited the development of gas in Senoro. Senoro gas will never be monetized if the facility does not build the refinery and regasification DSLNG in cooperation with several companies. PHE will also be more open to cooperate with other companies.

"Like Senoro if there is no DSLNG it will not be developed. That's one example for another development. We try to find, create new markets. So we do not sit sweetly waiting to come buyers, "said Mount Sardjono Hadi.

Meanwhile, Ekariza, Director of Operations and Production of PHE, said the realization of PHE gas production depends on absorption in the market if the absorption of large market, PHE can increase its gas production.

"First quarter gas production is higher because there is an increase in absorption. The largest production contribution comes from Tomori, "said Ekoriza.In addition to Tomori, the contribution of PHE gas production comes from the Offshore North West Java (ONWJ) block, Jambi Merang and West Madura Offshore (WMO).

Termination Blocks The target of PHE oil and gas production in the Company's Work Plan and Budget (RKAP) 2018 has also included the production of four terminated block of contracts to be managed by PHE. The four blocks are Tuban, Ogan Komering, Offshore South East Sumatra (OSES) and North Sumatra Offshore (NSO).

Two of the four blocks, Tuban and Ogan Komering, the production sharing contract (PSC) have been signed on April 20, 2018 and are effective as of May 20, 2018.



However, for Sukowati unitization field previously managed by Joint Operation Body (JOB) of Pertamina ~ PetroChina East Java from May 20, 2018 submitted to PT Pertamina EP Another block, Ogan Komering, contract is also signed on 20 April 2018 and effective on 20 May 2018.

IN INDONESIA

Kuartal I, Produksi Gas PHE Naik 2 Persen


PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu, mencatat produksi gas 777 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) sepanjang Januari-Maret 2018. Jumlah tersebut naik 2 persen dibanding periode yang sama 2017 sebesar 765 MMSCFD.

“Pada 2018, PHE menetapkan target produksi bulan Maret sebesar 767,8 MMSCFD, realisasinya 1,2 persen lebih tinggi" ujar R. Gunung Sardjono Hadi, Direktur Utama PHE. 

Untuk produksi minyak PHE pada tiga bulan pertama 2018 tercatat 63,037 barrel oil per day (BOPD), tidak jauh berbeda dibanding periode yang sama 2017 sebesar 62,623 BOPD. 

“PHE pada 2018 menargetkan produksi minyak bulan Maret sebesar 65,243 BOPD, sehingga produksi Maret 2018 tercatat 96,6 persen dari target,” kata Gunung.

Menurut Gunung Sardjono Hadi, PHE akan mempercepat monetisasi cadangan PHE dengan menerapkan strategi klasterisasi Sumber cadangan. Strategi ini bisa digunakan di wilayah kerja yang memiliki cadangan gas tidak terlalu besar, namun bisa segera dimonetisasi. Dengan klasterisasi PHE tidak lagi berpikir hanya menunggu pembeli gas, namun berinovasi bagaimana menciptakan pasar. Pasalnya, meski memiliki cadangan besar akan percuma jika tidak ada penyerap gas.

“Jadi tidak tergantung pasar, tapi menciptakan pasar. Itu yang sekarang kami kejar, Konsep monetisasi gas dibikin klaster. Jadi kami juga harus berpikir bagaimana bisa masuk ke midstream,” kata Gunung Sardjono Hadi.

Dia mencontohkan pengembangan gas di Senoro. Gas Senoro tidak akan pernah dimonetisasi andai kata tidak terbangun fasilitas kilang serta regasifikasi DSLNG yang bekerja sama dengan beberapa perusahaan. Untuk itu PHE juga akan lebih membuka diri dalam menjalin kerja sama dengan perusahaan lain. 

“Seperti Senoro kalau tidak ada DSLNG itu tidak akan dikembangkan. Itu salah satu contoh untuk pengembangan lain. Kami mencoba mencari, menciptakan pasar baru. Jadi kami tidak duduk manis menunggu datang pembeli,” kata Gunung Sardjono Hadi.

Sementara itu, Ekariza, Direktur Operasi dan Produksi PHE, mengatakan realisasi produksi gas PHE sangat tergantung dari penyerapan di pasar jika penyerapan pasar besar, maka PHE bisa meningkatkan produksi gasnya. 

“Produksi gas kuartal I lebih tinggi karena ada peningkatan penyerapan. Kontribusi produksi terbesar berasal dari Tomori," kata Ekariza. Selain Tomori, kontribusi produksi gas PHE berasal dari blok Offshore North West Java (ONWJ), Jambi Merang dan West Madura Offshore (WMO).

Blok Terminasi Target produksi migas PHE pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2018 juga telah memasukkan produksi dari empat blok habis kontrak (terminasi) yang akan dikelola penuh PHE. Keempat blok tersebut adalah Tuban, Ogan Komering, Offshore South East Sumatera (OSES) dan North Sumatera Offshore (NSO).

Dua dari empat blok tersebut, yakni Tuban dan Ogan Komering kontrak kerja sama bagi hasilnya (production sharing contract/PSC) telah ditandatangani pada 20 April 2018 dan berlaku efektif per 20 Mei 2018.

Namun untuk lapangan unitisasi Sukowati yang sebelumnya dikelola Joint Operation Body (JOB) Pertamina~PetroChina East Java mulai 20 Mei 2018 diserahkan ke PT Pertamina EP Blok lainnya, Ogan Komering, kontraktnya juga telah ditandatangani pada 20 April 2018 dan efektif berlaku pada 20 Mei 2018.

Memorandum, Page-10, Wednesday, May 30, 2018

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel