google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Oil Lifting Next Year Will Decline - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Thursday, June 21, 2018

Oil Lifting Next Year Will Decline



Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) began to discuss the basic assumptions of 2019. In the proposal, revealed the prediction of the decline in oil lifting. ESDM Minister Ignasius Jonan said the assumption of next year's oil lifting is 722,000 - 805,000 barrels per day or barrel oil per day (bopd). The amount is lower than oil lifting in 2017 of 804,000 barrels per day and the target of 2018 by 800,000 barrels per day. While gas is the opposite of oil lifting. The assumption, an increase compared to this year.

"So the production of natural gas is getting bigger and bigger, so the realization until 2018 is 1.15 million, so we propose between 1.2 million to 1.3 million barrels of oil equivalent per day (boepd)," he said at a hearing meeting opinion with the House of Representatives Commission VII, at the House of Representatives Building in Jakarta.

With the increase of gas lifting, helped to increase the projection of oil and gas lifting in 2019 amounted to 1, -9 million to 2.1 million boepd. This assumption is higher than the 2018 State Budget (APBN) of 2 million boepd and higher than the 2017 realization of 1.9 million boepd. While other assumptions are proposed for 2017 kerosene as much as 530,000 kiloliters (kl) 2018 while 2018 agreed 610,000 kl to May realization of distribution of 210,000 kl.

"So if the assumption is equal to the first five months of absorption until the end of the year only about 500,000 kl.Looking more or less the same, we propose between 590,000 kl to - 650,000 kl," he said.

As for the three kg LPG volume is set at 6.3 million metric tons (MT) in 2017. Then increase in 2018 to 6.45 million MT. The realization until May has reached 2.66 million MT. So, in Ramadan and Idul Fitri it is certainly increased approximately as much as 6.45 million MT.

"Our proposal in APBN 2019 is about 6.8 million MT-6.9 Million MT due to the expansion of LPG usage in eastern Indonesia region," he said.

Jonan added, in 2017 subsidies set at Rp 500 per liter and in 2018 also set Rp 500 per liter.

"We propose a 2019 State Budget Revenue Plan (RAPBN) of Rp 1,500 per liter, which is a challenge because our ICP in 2019 is between US $ 60 per barrel - US $ 70 per barrel," he said.

According to Jonan, his party proposes that the Indonesian Crude Price (ICP) price in RAPBN 2018 will be US $ 60 to US $ 70 per barrel. The proposal sees with the ICP movement from 2016 to the realization in May 2018. From January to December 2016 ICP was at US $ 40.13 per barrel. Then in January-December 2017, ICP numbers were at US $ 51.19 per barrel and January-May 2018 was at the level of US $ 65.79 per barrel.

"We propose an assumption between the range of US $ 60 - US $ 70 per barrel," said Jonan.

In addition, in proposing macro assumptions for ICP in RAPBN 2019, the Ministry of Energy and Mineral Resources also looks at the forecast of West Texas Intermediate (WTI) oil price movement based on the show term energy outlook on May 8, 2018 of US $ 60.86 per barrel. Brent oil prices based on Reuter, banking and industry polls were US $ 66.89 per barrel.

IN INDONESIA

Lifting Minyak Tahun Depan Akan Menurun


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mulai membahas asumsi dasar tahun 2019. Dalam usulan, terungkap prediksi terjadinya penurunan lifting minyak. Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan, asumsi lifting minyak tahun depan sebanyak 722.000 - 805.000 barel per hari atau barrel oil per day (bopd). Jumlah itu lebih rendah dibandingkan dengan lifting minyak tahun 2017 sebesar 804.000 barel per hari dan target tahun 2018 sebesar 800.000 barel per hari. Sementara gas kebalikan dari lifting minyak. Asumsinya, terjadi peningkatan dibandingkan tahun ini. 

"Jadi produksi gas bumi ini semakin lama semakin besar, jadi realisasi sampai tahun 2018 sebanyak 1,15 juta. Maka, kami mengusulkan antara 1,2 juta
Sampai 1,3 juta barrel oil equivalent per day (boepd)," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta.

Dengan peningkatan lifting gas, turut membantu adanya proyeksi peningkatan lifting migas tahun 2019 yakni sebesar 1,-9 juta sampai 2,1 juta boepd. Asumsi ini lebih tinggi dibandingkan Anggaran Pendapatan Belanjan Negara (APBN) 2018 yakni sebesar 2 juta boepd dan lebih tinggi dari realisasi 2017 sebesar 1,9 juta boepd. Sementara angka asumsi lain yang diajukan adalah untuk minyak tanah tahun 2017 sebanyak 530.000 kiloliter (kl) 2018 sementara 2018 disepakati 610.000 kl sampai Mei realisasi penyaluran 210.000 kl.

"Jadi kalau asumsi sama dengan lima bulan pertama penyerapan sampai akhir tahun hanya sekitar 500.000 kl. Ke depan kurang lebih sama, kami usulkan antara 590.000 kl sampai - 650.000 kl," ujarnya.

Adapun juga untuk volume elpiji tiga kg ditetapkan sebesar 6,3 juta metrik ton (MT) pada 2017. Kemudian meningkat pada tahun 2018 menjadi 6,45 juta MT. Adapun realisasi sampai bulan Mei sudah mencapai 2,66 juta MT. Jadi, pada bulan Ramadan dan Idul Fitri ini dipastikan meningkat kira-kira sebanyak 6,45 Juta MT.

"Usulan kita di APBN 2019 sekitar 6,8 Juta MT-6,9 Juta MT karena ada perluasan penggunaan Elpiji di Wilayah Indonesia timur,” katanya.

Jonan menambahkan, pada tahun 2017 subsidi ditetapkan Rp 500 per liter dan tahun 2018 juga ditetapkan Rp 500 per liter. 

"Kami mengusulan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2019 Rp 1.500 per liter. Ini tantangannya Karena ICP kita tahun 2019 antara US$ 60 per barel - US$ 70 per barel," katanya.

Menurut Jonan, pihaknya mengusulkan harga minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) pada RAPBN 2018 sebesar US$ 60 sampai US$ 70 per barel. Usulan itu melihat dengan pergerakan ICP dari tahun 2016 hingga realisasi Mei 2018. Pada Januari sampai Desember 2016 ICP berada di US$ 40,13 per barel. Lalu pada Januari-Desember 2017, angka ICP berada di US$ 51,19 per barel dan Januari-Mei 2018 berada di level US$ 65,79 per barel. 

"Kami mengusulkan asumsi antara kisaran US$ 60 - US$ 70 per barel," kata Jonan.

Selain itu, dalam mengusulkan asumsi makro untuk ICP di RAPBN 2019 Kementerian ESDM juga melihat perkiraan pergerakan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berdasarkan show term energy outlook pada 8 Mei 2018 sebesar US$ 60,86 per barel. Sedangkan harga minyak Brent berdasarkan polling Reuter, perbankan dan industri US$ 66,89 per barel.

Kontan, Page-14, Wednesday, June 6, 2018

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel