Fund Requirement US $ 4 Billion
PT Pertamina (Persero) will partner with the Balikpapan Reinery Development Master Plan project. The project, targeted to be completed in 2021, will be done by the government-owned oil and gas company. Pertamina Managing Director Nicke Widyawati said the plan to partner with the company is a new strategy to complete projects that require large amounts of funding. In the calculation of the company the need for the development of the Balikpapan refinery reaches US $ 4 billion.
"We also open partnership we also do partner selection," said Nicke in the House of Representatives (DPR).
Nicke Widyawati
Nicke explained the initial stage of screening partners will be done market sounding. The same applies to the Bontang refinery. He mentioned that there has been an informal communication from several companies that expressed interest in participating in the development of the Balikpapan refinery.
"Yes, there is this year (market sounding). Of course we will see all aspects, we must recview, the council also ask to carefully choose a partner, "he said.
He said the process of determining the partners will also be accompanied by the calculation of valuation of assets to be listed for the inbreng process of shares. All of the existing assets belonging to Pertamina and already built so many percent will be divested into the value of share inbreng with the partner. But Nicke asserted Pertamina remains the majority shareholder.
"So instead of the government doing equity but this asset is our valuation of our value is so inbreng us with partners so the portion of our shares so paid in the form of asset inbreng," he said.
Furthermore Nicke explained that the development process that has been going on will not be stopped. Thus the selection of partners and the construction of refineries the process will take place in parallel.
"We operate just like a Cilacap refinery in Central Java. Saudi Aramco when all conditions are fulfilled setealh it then joined, so we operate just once there is no desire to delay, "he said.
The development of the Balikpapan refinery commenced in 2017 and is targeted to be completed by 2021. Currently, the Engineering Contractor, Procurement and Construction (EPC) engineering auction will be held until October. The Balikpapan Phase I RDMP is targeted to be completed by 2021, increasing the company's refinery capacity by 100 thousand barrels per day (bpd).
While the Balikpapan Phase II RDMP is targeted to be completed by 2025. The RDMP program will increase the capacity and complexity of the refinery. In the first phase, Balikpapan refinery capacity will increase from 260 thousand bpd to 350 thousand bpd.
In the second phase, the refinery becomes capable of processing oil until the sour type from the previous medium heavy. The investment requirement for RDMP of Balikpapan refinery reaches US $ 4.6 billion. In detail, the first phase requires US $ 2.6 billion and the second phase of US $ 2 billion.
IN INDONESIA
Kebutuhan Dana US$ 4 Miliar
Pertamina Cari Mitra Bangun Kilang Balikpapan
PT Pertamina (Persero) akan menggandeng mitra dalam proyek Reinery Development Master Plan Kilang Balikpapan. Proyek yang ditargetkan rampung pada 2021 itu sebelumnya akan dikerjakan sendiri oleh perusahaan migas milik pemerintah tersebut. Pelaksana Tugas Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan rencana menggandeng partner merupakan strategi baru perusahaan dalam menyelesaikan proyek yang membutuhkan pendanaan dalam jumlah besar.
Dalam kalkulasi perusahaan kebutuhan dana pengembangan kilang Balikpapan mencapai US$ 4 Miliar.
“Kita buka juga partnership kita juga lakukan partner selection,” kata Nicke di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Nicke menjelaskan tahap awal penyaringan mitra kerja itu akan dilakukan market sounding. Hal serupa diterapkan pada kilang Bontang. Dia menyebut sudah terjalin komunikasi informal dari beberapa perusahaan yang menyatakan minatnya ikut dalam pengembangan kilang Balikpapan.
“Iya, ada tahun ini (market sounding). Tentu kita akan melihat semua aspek, harus kita recview, dewan juga minta untuk hati-hati memilih partner,” ujarnya.
Dikatakannya proses penetapan partner juga akan dibarengi dengan perhitungan valuasi aset yang akan dicatatkan untuk proses inbreng saham. Seluruh aset yang ada milik Pertamina dan sudah dibangun sekian persen itu akan divaluasi menjadi nilai inbreng saham dengan partner tersebut. Namun Nicke menegaskan Pertamina tetap menjadi pemegang saham mayoritas.
“Jadi bukan pemerintah melakukan penyertaan modal tapi aset ini kita valuasi kita nilai ini yang jadi inbreng kita dengan partner jadi porsi saham kita jadi dibayarkan dalam bentuk inbreng aset,” ujarnya.
Lebih lanjut Nicke menjelaskan proses pembangunan yang sudah berlangsung tidak akan dihentikan. Dengan begitu pemilihan partner dan pembangunan kilang prosesnya akan berlangsung secara paralel.
“Kita beroperasi dulu saja seperti kilang Cilacap Jawa Tengah. Saudi Aramco ketika syarat semua sudah terpenuhi setealh itu kemudian bergabung, jadi kita beroperasi dulu saja tidak ada keinginan menunda,” ungkapnya.
Pengembangan kilang Balikpapan dimulai sejak tahun 2017 dan ditargetkan rampung pada 2021. Saat ini sedang dilakukan lelang paket rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC) Contractor hingga bulan Oktober akan ditetapkan pemenangnya.
RDMP Kilang Balikpapan Tahap I ditargetkan selesai pada 2021 sehingga meningkatkan kapasitas kilang perseroan sebesar 100 ribu barel per hari (bph). Sementara RDMP Kilang Balikpapan Tahap II ditargetkan selesai pada 2025. Program RDMP nantinya akan meningkatkan kapasitas sekaligus kompleksitas kilang. Pada tahap pertama, kapasitas Kilang Balikpapan akan naik dari 260 ribu bph menjadi 350 ribu bph.
Pada tahap kedua, kilang menjadi mampu mengolah minyak hingga jenis sour dari sebelumnya hanya medium heavy Kebutuhan investasi untuk RDMP Kilang Balikpapan ini mencapai US$ 4,6 miliar. Rincinya, tahap pertama membutuhkan US$ 2,6 miliar dan tahap kedua US$
2 miliar.
Investor Daily, Page-9, Friday, May 25, 2018
No comments:
Post a Comment