google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Project IDD C evron is targeted to start production from 2023 to 2024 - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Thursday, June 7, 2018

Project IDD C evron is targeted to start production from 2023 to 2024



The government will encourage Chevron Indonesia to accelerate the development of Indonesia's second phase Deepwater Development (IDD) project. The project is targeted to start production in 2023-2024. Deputy Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arcandra Tahar said, it has asked the Chevron from its headquarters in Houston, United States to come to Indonesia. Chevron promised to immediately start the development of this IDD Project.



"They (Chevron) schedulenya fast, already contrived yesterday. Quickly first gas is 2023-2024. Previously far back, "he said in Jakarta.

It is optimistic that the target will be achieved because a number of contract strategy has been proposed it. One of them will be no prohibition that the company has become a front end engineering design (FEED) contractor, to also work on engineering, procurement and construction (EPC) contract packages.

"Later in the execution can be fast, can save time 1-2 years," said Arcandra.

Earlier, in April, Chevron said it would soon finalize the study and concept of feasibility of engineering work and design or pre-Front. End Engineering and Design (Pre-FEED) of the IDD project that began in December 2017. Optimizing the development concept and simplifying the design basics shows significant capital development and operational cost reductions.

"We are working to complete these studies as soon as possible and will continue to work with the Government of Indonesia to continue this National Strategic Project to the next stage," said Managing Director of Chevron IndoAsia Business Unit Chuck Taylor.

Chevron IDD project combines four contracts of cooperation namely Ganal, Rapak, Makassar Strait, and Muara Bakau. In the four concessions there are five fields namely Bangka Field, Gehem, Gendalo, Maha and Gandang. Bangka Field has been in production since August 2016 and produced eight liquefied natural gas (LNG) cargo shipped from Bontang LNG Terminal. A related review for the second phase of development that includes Gendalo and Gehem Fields. The second phase of IDD is estimated to have total gas production potential of 3 trillion cubic feet (tct).

Chevron has actually received approval of the IDD Project development plan (POD) in 2008. In this early POD, Gehem Field is expected to produce 420 million cubic feet per day (mmscfd) of gas and 27,000 barrels of oil per day (bpd). While Gendalo Field is projected to produce up to 700 mmscfd of gas and 25,000 bpd of oil. Both fields are targeted to start production in 2018.

However, after a detailed design (frontend engineering design / FEED), the cost required to work on the project doubled. Furthermore, Chevron re-submit POD revision by the end of 2015. Unfortunately, this POD is returned by the government because it is incomplete.



In Project IDD, Chevron is the operator and majority shareholder of 63%. Chevron worked on this deep-sea oil and gas project with other joint venture partners, Eni, Tip Top, PHE, and Muara Bakau partners. Chevron is one of the largest crude producers in Indonesia. From offshore oil and gas fields managed by companies in Riau, Sumatra and offshore oil and gas fields in East Kalimantan, Chevron has produced more than 13 billion barrels of oil to meet Indonesia's energy needs and economic growth.

IN INDONESIA

Proyek IDD C evron Ditargetkan Mulai Produksi 2023-2024


Pemerintah akan mendorong Chevron Indonesia untuk mempercepat pengembangan proyek migas Indonesia Deepwater Development (IDD) tahap kedua. Proyek ini ditargetkan mulai produksi pada 2023-2024. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menuturkan, pihaknya telah meminta pihak Chevron dari kantor pusatnya di Houston, Amerika Serikat untuk datang ke Indonesia. Pihak Chevron berjanji akan secepatnya memulai pengembangan Proyek IDD ini. 

“Mereka (Chevron) schedulenya cepat, sudah dibikin kemarin. Cepat sekali first gas itu 2023-2024. Sebelumnya jauh ke belakang,” kata dia di Jakarta.

Pihaknya optimis target tersebut bakal tercapai karena sejumlah strategi kontrak telah diusulkan pihaknya. Salah satunya tidak akan ada lagi larangan bahwa perusahaan yang telah menjadi kontraktor paket desain rinci (front end engineering design/ FEED), untuk juga menggarap kontrak paket rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and construction/ EPC).

“Nanti di eksekusi bisa cepat, bisa hemat waktu 1-2 tahun,” tutur Arcandra.

Sebelumnya, pada April lalu, Chevron menyatakan akan segera merampungkan studi dan konsep kelayakan pekerjaan keteknikan dan desain atau pre-Front. End Engineering and Design (Pre-FEED) atas proyek IDD yang telah dimulai pada Desember 2017. Optimalisasi konsep pengembangan dan dasar penyederhanaan rancangan menunjukkan pengembangan modal dan pengurangan biaya operasional yang signifikan.

“Kami berupaya untuk menyelesaian studi-studi ini sesegera mungkin dan akan terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk melanjutkan Proyek Nasional Strategis ini ke tahap selanjutnya,” kata Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit Chuck Taylor.

Proyek IDD Chevron ini menggabungkan empat kontrak kerja sama yaitu Ganal, Rapak, Makassar Strait, dan Muara Bakau. Dalam keempat konsesi tersebut terdapat lima lapangan yaitu Lapangan Bangka, Gehem, Gendalo, Maha dan Gandang. Lapangan Bangka telah berproduksi sejak Agustus 2016 dan menghasilkan delapan kargo gas alam cair (liqueied natural gas/ LNG) yang dikapalkan dari Terminal LNG Bontang. Kajian yang dilakukan terkait untuk pengembangan tahap kedua yang mencakup Lapangan Gendalo dan Gehem. IDD tahap kedua ini diperkirakan memiliki potensi total produksi gas sebesar 3 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/ tct).

Chevron sebenarnya telah memperoleh persetujuan rencana pengembangan (plan of development/POD) Proyek IDD pada 2008 lalu. Dalam POD awal ini, Lapangan Gehem diharapkan bisa menghasilkan gas 420 juta kaki kubik (million standard cubic feet per day/ mmscfd) dan minyak 27.000 barel per hari (bph). Sementara Lapangan Gendalo diproyeksi akan menghasilkan gas hingga 700 mmscfd dan minyak 25.000 bph. Kedua lapangan tersebut ditargetkan bisa mulai berproduksi pada 2018.

Namun, setelah dilakukan pengerjaan desain rinci (frontend engineering design/ FEED), biaya yang dibutuhkan untuk menggarap proyek ini naik dua kali lipat. Selanjutnya, Chevron kembali menyerahkan revisi POD pada akhir 2015. Sayangnya, POD ini dikembalikan oleh pemerintah karena tidak lengkap.

Di Proyek IDD, Chevron merupakan operator dan pemegang saham mayoritas sebesar 63%. Chevron menggarap proyek migas laut dalam ini bersama mitra joint venture lainya, yakni Eni, Tip Top, PHE, dan para mitra Muara Bakau. Chevron merupakan salah satu produsen minyak mentah terbesar di Indonesia. 

    Dari lapangan-lapangan migas darat yang dikelola perusahaan di Riau, Sumatera dan lapangan-lapangan migas lepas pantai di Kalimantan Timur, Chevron telah memproduksi lebih dari 13 miliar barel minyak untuk pemenuhan kebutuhan energi dan pertumbuhan ekonomi
Indonesia. 

Investor Daily, Page-15, Friday, May 18, 2018

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel