Upstream Director of PT Pertamina (Persero) once said that the assignment of oil and gas blocks to Pertamina is the authority of the government. If assigned to manage oil and gas blocks, Pertamina is ready to carry out the assignment. One of the oil and gas working areas that will expire in 2021 is the Rokan Block in Riau operated by PT Chevron Pacific Indonesia.
However, this government-owned company has not given up yet, options will be made to get into Indonesia's largest oil and gas block, albeit in a non-optimistic tone. The Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) will establish the terms and conditions of the new Rokan Block contract in July 2018.
the Rokan Block Sumatra
The ESDM Ministry will award Rokan Block's new contract with a gross profit sharing scheme (gloss split). If Chevron is interested, it will be the benchmark for the new oil and gas contract scheme that will remain attractive to investors. Signal interest was wide open after the Ministry of Energy and Mineral had noted there are some parties who are interested in the Rokan Block, one of them Pertamina.
Pertamina as an Indonesian national oil and gas company was eager to hunt down the big block. If able to take Rokan, the parent of BUMN oil and gas can contribute close to 50% of total oil and gas production of Indonesia.
However, the plan is very difficult, especially if Pertamina wants to be the operator or the majority in Rokan. The reason, Chevron offers the full use of oil production technology (Enhanced Oil Recovery / EOR) in the Rokan Block. The application of EOR could increase oil and gas production in Rokan more significantly. In fact, the technology could increase Rokan's production from about 210,000 barrels per day (bpd) to 500,000 bpd. Deputy Minister of EMR Arcandra Tahar also said that full EOR technology has never been implemented on a large scale.
"So far the EOR has been fully utilized for pilot projects. So, can not be called if it will be able to reach that number, "he said.
Arcandra said the Rokan Block discussion will start in July 2018.
"Maybe the longest process can be completed in August 2018," he said.
He noted, Pertamina has also proposed to open the data room owned by Chevron.
"Later, will be seen Iebih pas given to Chevron or Pertamina. Surely, we will choose the most profitable country, "he said.
Arcandra is reluctant to respond further related opportunities Chevron and Pertamina will manage jointly.
"That will be the government's strategy. Just wait for the results, "he said.
On the other hand, Pertamina did not respond optimistically to the competition for the Rokan Block with one of the US oil and gas giants. Upstream Director of Pertamina Syamsu Alam said, if you look at the Minister of Energy and Mineral Resources Regulation no. 23/2018 on Management of Oil and Gas Working Areas that Will End the Contract of Work Samanya described operators exist also given the opportunity. The Company did not give an optimistic tone to capture the Rokan Block.
"The Rokan Block is terminated in 2021 and the written Ministerial Regulation also exists to continue," he said.
Although operators are given the opportunity, Pertamina as a national oil and gas company also has the opportunity to obtain management contract in Rokan. Syamsu said it was also communicating with Chevron. Like many expressions to Rome, the company notes that there are several options to get into the Rokan Block.
"All options are open, including as non-operators and have ownership."
Although Pertamina did not give an optimistic tone to get the Rokan Block, the government-owned company is currently evaluating the block's data.
"We are evaluating the data already requested to SKK Migas. The data will be used to make a proposal for the Rokan Block to the ESDM Ministry. "
Currently, Pertamina notes the contribution of oil and gas production to national production continues to increase. In 2018, Pertamina's oil and gas production contribution is estimated to rise 55.54 percent to 774.048 barrels of oil equivalent per day compared to 2017. This contributes to Pertamina's 36 percent oil production contribution to national production.
The state-owned company estimates that its contribution to national production could rise by 39% to 2020. Well, if Pertamina can Block Rokan by 2021 it is not impossible to approach 50%.
IN INDONESIA
Menunggu Nasib Chevron & Pertamina di Blok Rokan
Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) pernah menyampaikan bahwa penugasan blok minyak dan gas bumi kepada Pertamina merupakan kewenangan pemerintah. Jika ditugaskan untuk mengelola blok migas, Pertamina siap menjalankan penugasan itu. Salah satu wilayah kerja migas yang akan habis kontrak pada 2021 adalah Blok Rokan di Riau yang dioperasikan oleh PT Chevron Pacific Indonesia.
Namun, perusahaan milik pemerintah ini belum menyerah, berbagai opsi akan dilakukan untuk bisa masuk ke blok migas terbesar Indonesia itu, walaupun dengan nada yang tidak optimistis. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menetapkan syarat dan ketentuan kontrak baru Blok Rokan pada Juli 2018.
Kementerian ESDM akan memberikan kontrak baru Blok Rokan dengan skema bagi hasil kotor (gloss split). Jika Chevron berminat akan menjadi tolak ukur skema kontrak baru pengelolaan migas itu tetap menarik bagi investor. Sinyal ketertarikan itu pun terbuka lebar setelah Kementerian ESDM sempat mencatat ada beberapa pihak yang tertarik dengan Blok Rokan, salah satunya Pertamina.
Pertamina sebagai perusahaan migas nasional Indonesia pun bersemangat memburu blok besar tersebut. Jika mampu mengambilalih Rokan, induk usaha BUMN migas itu bisa berkontribusi mendekati 50% dari total produksi migas Indonesia.
Namun, rencana itu sangat sulit, terutama bila Pertamina ingin menjadi operator maupun mayoritas di Rokan. Pasalnya, Chevron menawarkan penggunaan teknologi produksi minyak lanjutan (Enhanced Oil Recovery/EOR) secara penuh di Blok Rokan. Pengaplikasian EOR itu bisa meningkatkan produksi migas di Rokan lebih signifikan. Bahkan, teknologi itu dapat meningkatkan produksi Rokan dari sekitar 210.000 barel per hari (bph) menjadi 500.000 bph. Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar pun mengatakan, teknologi EOR secara penuh belum pernah di implementasikan dalam skala besar.
“Sejauh ini EOR secara penuh hanyadigunakan untuk proyek percontohan. Jadi, belum bisa disebut kalau pasti akan bisa mencapai angka tersebut,” ujarnya.
Arcandra menyebutkan, pembahasan Blok Rokan akan mulai pada Juli 2018.
“Mungkin paling lama prosesnya bisa selesai pada Agustus 2018,” ujarnya.
Dia mencatat, Pertamina juga sudah mengajukan membuka data room yang dimiliki Chevron.
“Nanti, akan dilihat Iebih pas diberikan kepada Chevron atau Pertamina. Pastinya, kami akan memilih yang paling menguntungkan negara," ujarnya.
Arcandra enggan merespons lebih jauh terkait peluang Chevron dan Pertamina akan mengelola secara bersama-sama.
“Itu nanti strategi pemerintah. Tunggu saja hasilnya," ujarnya.
Di sisi lain, Pertamina pun tidak merespons secara optimistis terkait dengan persaingan memperebutkan Blok Rokan dengan salah satu raksasa migas AS tersebut. Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, jika melihat Peraturan Menteri ESDM No. 23/2018 tentang Pengelolaan Wilayah Kerja Migas yang Akan Berakhir Kontrak Kerja Samanya dijelaskan operator eksis juga diberikan kesempatan. Perseroan pun tidak memberikan nada optimistis untuk bisa merebut Blok Rokan.
“ Blok Rokan habis kontrak juga pada 2021 dan dalam Peraturan Menteri tertulis eksis pun berkesempatan untuk melanjutkan,” ujarnya.
Walaupun operator eksis diberikan kesempatan, Pertamina selaku perusahaan migas nasional juga memiliki peluang untuk mendapatkan kontrak pengelolaan di Rokan. Syamsu mengatakan, pihaknya pun sedang berkomunikasi dengan Chevron. Seperti ungkapan banyak jalan menuju Roma, perseroan mencatat ada beberapa opsi agar bisa masuk ke Blok Rokan tersebut.
“Semua opsi terbuka, termasuk sebagai non-operator dan memiliki kepemilikan.”
Kendati Pertamina tidak memberikan nada optimistis untuk bisa mendapatkan Blok Rokan, tetapi perusahaan milik pemerintah itu sedang mengevaluasi data blok tersebut.
“Kami sedang evaluasi dari data yang sudah diminta kepada SKK Migas. Data itu akan digunakan untuk membuat proposal untuk Blok Rokan ke Kementerian ESDM.”
Saat ini, Pertamina mencatat kontribusi produksi migas kepada produksi nasional terus meningkat. Pada 2018, kontribusi produksi migas Pertamina diperkirakan naik 55,54% menjadi 774,048 barel setara minyak per hari dibandingkan dengan 2017. Hal itu membuat kontribusi produksi migas Pertamina sebesar 36% terhadap produksi nasional.
Perusahaan miliknegara ini memperkirakan bahwa kontribusi terhadap produksi nasional bisa naik hingga 39% sampai 2020. Nah, kalau Pertamina dapat Blok Rokan pada tahun 2021 bukan tidak mungkin bisa mendekati 50%.
Bisnis Indonesia, Page-26, Friday, June 29, 2018
No comments:
Post a Comment