PT Pertamina (Persero) remains focused on producing gasoline in the Dumai and Plaju refineries even though the company will revitalize the two refineries to be able to produce 100% biodiesel (B100).
Syahrial Muchtar, Corporate Secretary of Pertamina, said that Dumai and Plaju refineries would still produce Solar and gasoline series. After collaborating with Eni S.p.A, the production of B100 from the two refineries is expected to not interfere with the production performance of fuel oil (BBM).
"It's the nature of expansion. So what we have now is not disturbed, we are still producing gasoline, "he said.
The cooperation between Pertamina and Eni will be signed at the Annual IMF-World Bank Group 2018 Meeting in Bali. On the occasion, Minister of State-Owned Enterprises Rini M. Soemarno said that Eni operates two oil refineries in Italy that are very old. However, Eni converted the refinery from Solar into production of biofuel or 100% biodiesel.
Plaju Refinery
Rini said, it was preparing Plaju Refinery in South Sumatra and Dumai Refinery in Riau to become more modern. This is in line with efforts to reduce import needs.
"We will convert these two places with raw materials for B100 biodiesel palm oil which are truly green energy," he said in Nusa Dua, Bali.
The reason for choosing Dumai and Plaju refineries is in line with the location adjacent to the source of raw materials for green energy, oil palm. For raw materials, Pertamina will establish cooperation with PT Perkebunan Nusantara (Persero).
Currently, Dumai's Refinery Unit (RU) II has a production capacity of 170,000 barrels per day (bpd) and RU III Plaju is 133,700 bpd. However, at the time of refinery revitalization efforts, the performance of the BBM processing facility was confronted with anticipation of damage to unplanned shutdown components.
Damage or malfunction of some oil refinery components causes refinery operations to stop. This can interfere production of fuel oil. Deputy Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arcandra Tahar has coordinated with Pertamina regarding unplanned shutdowns at several refineries owned by the state-owned company.
Meanwhile, the government will change the tax policy related to the tax levy to the cooperation contract contractors who sell oil to Pertamina. Arcandra Tahar said, there was a revised regulation in the Directorate General of Taxes to ease the tax of contractors who sold crude oil to Pertamina.
"The regulation in the Directorate General of Taxes needs the division of profits obtained by the contractor and the difference in price used for costs incurred and transactions [with Pertamina], only the profits are taxed."
IN INDONESIAN
Kilang Plaju & Dumai Tetap Produksi BBM
PT Pertamina (Persero) tetap fokus memproduksi bensin di kilang Dumai dan Plaju meskipun perseroan akan merevitalisasi kedua kilang itu agar mampu memproduksi biodiesel 100% (B100).
Syahrial Muchtar, Sekretaris Perusahaan Pertamina, mengatakan bahwa Kilang Dumai dan Plaju tetap akan memproduksi Solar dan seri gasolin. Setelah bekerja sama dengan Eni S.p.A, produksi B100 dari kedua kilang tersebut diharapkan tidak mengganggu kinerja produksi bahan bakar minyak (BBM) .
“Kan sifatnya ekspansi. Jadi yang sudah ada sekarang tidak terganggu, kami masih memproduksi gasolin,” katanya.
Kerja sama Pertamina dan Eni itu akan ditandatangani dalam acara Pertemuan Tahunan IMF-World Bank Group 2018 di Bali. Dalam kesempatan tersebut, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini M. Soemarno mengatakan bahwa Eni mengoperasikan dua kilang minyak di Italia yang telah berumur sangat tua. Namun, Eni melakukan konversi kilang tersebut dari Solar menjadi produksi bahan bakar nabati atau biodisel 100%.
Rini menuturkan, pihaknya sedang menyiapkan Kilang Plaju di Sumatra Selatan dan Kilang Dumai di Riau untuk menjadi lebih modern. Hal itu sejalan dengan upaya menurunkan kebutuhan impor.
“Dua tempat ini akan kami konversi dengan bahan baku minyak kelapa sawit biodiesel B100 yang benar-benar energi hijau,” ujarnya di Nusa Dua, Bali.
Alasan pemilihan lokasi Kilang Dumai dan Plaju sejalan dengan lokasi yang berdekatan dengan sumber bahan baku energi hijau, kelapa sawit. Untuk bahan baku, Pertamina akan menjalin kerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara (Persero).
Saat ini, Refinery Unit (RU) II Dumai berkapasitas produksi 170.000 barel per hari (bph) dan RU III Plaju sebanyak 133.700 bph. Namun, di saat upaya revitalisasi kilang, performa fasilitas pengolahan BBM dihadapkan dengan antisipasi kerusakan komponen fasilitas produksi bahan bakar minyak secara tiba-tiba (unplanned shutdown).
Kerusakan atau tidak berfungsinya beberapa komponen kilang minyak menyebabkan operasi kilang berhenti. Hal tersebut dapat mengganggu
produksi bahan bakar minyak. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar telah melakukan koordinasi dengan pihak Pertamina terkait dengan unplanned shutdown di beberapa kilang milik perusahaan milik negara tersebut.
Sementara itu, pemerintah akan mengubah kebijakan perpajakan terkait pungutan pajak kepada kontraktor kontrak kerja sama yang menjual minyak ke Pertamina. Arcandra Tahar mengatakan, ada revisi regulasi di Ditjen Pajak untuk meringankan pajak kontraktor yang menjual minyak mentah ke Pertamina.
“Peraturan di Ditjen Pajak perlu divisi keuntungan yang diperoleh kontraktor dan selisih harga yang digunakan untuk biaya yang timbul dan transaksi [dengan Pertamina], hanya keuntungannya saja yang dikenakan pajak.”
Bisnis Indonesia, Page-24, Thursday, Oct 11, 2018
No comments:
Post a Comment