After being delayed for 11 years, the Cirebon-Semarang gas transmission pipeline finally resumed. The pipeline, which is part of the Transjawa Pipe, is targeted to start operating in 2021. Managing Director of PT Rekayasa Industrial (Persero) Yanuar Budinorman said that his party is trying to make the Cirebon-Semarang pipeline begin construction at the end of this year. With an estimate of construction taking around 2.5 years, this pipeline is targeted to start operating in 2021.
"[Operation] is almost the same (with the Jambaran-Tiung Biru Project). So we connected from Pertagas (PT Pertamina Gas) "Gresik (East Java) -Semarang (Central Java). Semarang (Central Java) -Cirebon (West Java) we connect directly. It continues, "he said.
He added, the Jambaran-Tiung Biru Project is one of the sources of gas targeted by his party. Because, there is the potential for excess production of 20 million cubic feet per day (million standard cubic per day / mmscfd) of the gas project undertaken by PT Pertamina EP Cepu. In addition, gas supply of 20 mmscfd is also expected to be obtained from the Madura Strait Block operated by Husky CNOOC Madura Limited (HCML).
"We operate with (gas supply) first. We fulfill it first (gas needs) in Kendal (Central Java), then we build it all the way to Cirebon (West Java), "Yanuar said.
Yanuar explained because it had partnered with Bayu Buana Gemilang (BBG) and PT Pertamina Gas (Pertagas), these two companies were tasked with finding the gas source. For information, BBG and Pertagas in this case play a role as shipper or company that flows its gas through Pipes Cirebon (West Java) -Semarang (Central Java).
Industrial Engineering has signed the principal of the agreement (Head of Agreement / HoA) with PT BBG. Meanwhile, the Gas Transport Agreement (GTA) between Rekind and BBG will be realized in the near future. While the signing of the HoA between Rekind and Pertagas is still in the process of being finalized.
For the distribution of gas in West Java and Central Java, Rekind also works with Pertagas and Regional-Owned Enterprises (BUMD). In West Java, Rekind cooperates with PT Energi Negeri Mandiri. While in Central Java, Rekind partnered with PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah. According to Yanuar, one of the targeted markets is the industry in the Kendal region, Central Java.
"Not only industrial estates, in Kendal there are many industries that need gas," he said.
After all the licenses are completed and the signing of the cooperation is complete, it will meet with the Downstream Oil and Gas Regulatory Agency (BPH Migas) in the next 1-2 weeks. Together with BPH Migas, it will set a gas transportation fee (toll fee) for this Cirebon-Semarang Pipe.
At the same time, Rekind also coordinated with the Management Investment Consultant Project (PMIC) appointed by BPH Migas to discuss the toll fee.
"After meeting the Toll Fee, we hope that by the end of December we will start (ground breaking)," Yanuar said.
He is optimistic that the Cirebon-Semarang pipeline can be a sustainable gas energy supply solution to support industrial competitiveness in Java. Moreover, the potential of industrial consumers in West Java and Central Java is very large.
"For that we hope that all parties involved can be more cooperative so that the project can be started immediately this year and can be completed in accordance with the predetermined targets," Yanuar said.
This Cirebon-Semarang pipe is part of the Transjawa Pipe. The Trans Java gas pipeline integration project consists of three main projects. First, West Java is valued at US $ 300 million with the Cirebon-KHT (84 km) and Tegalgede-Muara Tawar lines (50 km).
Second, North Java costs US $ 400 million with the Cirebon-Semarang route (255 kin). Third, East Java worth US $ 360 million with the Semarang-Gresik route (271 km) and East Java Gas Pipeline (EJGP) -Grati worth US $ 58 million (22.1 km)
As is known, in 2006, Industrial Engineering was determined as the winner of the auction of special rights to the Cirebon-Semarang natural gas transmission segment by BPH Migas. At that time Rekind acted as a transporter who was the owner of a gas pipeline, while the gas buyer (off taker) was the Tambaklorok-Semarang PLTGU. The construction of the Cirebon-Semarang transmission gas segment had experienced problems due to the gas source that was not available at that time.
IN INDONESIAN
2021, Pipa Gas Cirebon-Semarang Ditargetkan Beroperasi
Setelah tertunda sampai 11 tahun, pipa transmisi gas Cirebon-Semarang akhirnya dimulai kembali. Pipa yang merupakan bagian dari Pipa Transjawa ini ditargetkan mulai beroperasi pada 2021. Direktur Utama PT Rekayasa lndustri (Persero) Yanuar Budinorman menuturkan, pihaknya berupaya agar Pipa Cirebon-Semarang dapat dimulai pembangunannya (ground breaking) pada akhir tahun ini. Dengan perkiraan konstruksi membutuhkan waktu sekitar 2,5 tahun, pipa ini ditargetkan bisa mulai beroperasi pada 2021.
“[Operasi] hampir sama (dengan Proyek Jambaran-Tiung Biru). Jadi kami sambung dari punya Pertagas (PT Pertamina Gas) ”Gresik (Jawa Timur)-Semarang (Jawa Tengah). Semarang (Jawa Tengah)-Cirebon (Jawa Barat) kami sambung secara langsung. Dimulai terus,” kata dia.
Ditambahkannya, Proyek Jambaran-Tiung Biru merupakan salah satu sumber gas yang ditargetkan pihaknya. Pasalnya, ada potensi kelebihan produksi 20 juta kaki kubik per hari (million standard cubic per day/mmscfd) dari proyek gas yang dikerjakan PT Pertamina EP Cepu tersebut. Selain itu, pasokan gas sebesar 20 mmscfd juga diharapkan dapat diperoleh dari Blok Madura Strait yang dioperasikan oleh Husky CNOOC Madura Limited (HCML).
“Kami operasikan dengan (pasokan gas) itu dulu. Kami penuhi dulu (kebutuhan gas) di Kendal (Jawa Tengah), kemudian kami membangun terus sampai Cirebon (Jawa Barat),” ujar Yanuar.
Yanuar menjelaskan karena pihaknya telah menggandeng Bayu Buana Gemilang (BBG) dan PT Pertamina Gas (Pertagas), kedua perusahaan inilah yang bertugas mencari sumber gasnya. Sebagai informasi, BBG dan Pertagas dalam hal ini berperan sebagai shipper atau perusahaan yang mengalirkan gasnya melalui Pipa Cirebon (Jawa Barat)-Semarang (Jawa Tengah).
Rekayasa Industri telah menandatangi pokok perjanjian (Head of Agreement/ HoA) dengan PT BBG. Sedangkan, Gas Transport Agreement (GTA) antara Rekind dan BBG akan direalisasikan dalam waktu dekat. Sementara penandatanganan HoA antara Rekind dengan Pertagas masih dalam proses finalisasi.
Untuk pendistribusian gas di Jawa Barat dan Jawa Tengah, Rekind juga bekerja sama dengan Pertagas dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Di Jawa Barat, Rekind menggandeng PT Energi Negeri Mandiri. Sementara di Jawa Tengah, Rekind bermitra dengan PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah. Menurut Yanuar, salah satu pasar yang ditarget pihaknya adalah industri di wilayah Kendal, Jawa Tengah.
“Tidak hanya kawasan industri, di Kendal ternyata banyak industri yang membutuhkan gas,” tutur dia.
Setelah semua perizinan selesai dan penandatangan kerja sama selesai, pihaknya akan bertemu dengan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) dalam 1-2 pekan ke depan. Bersama BPH Migas, pihaknya akan menetapkan ongkos angkut gas (toll fee) untuk Pipa Cirebon-Semarang ini.
Pada saat yang sama, Rekind juga berkoordinasi dengan Project Management Investment Consultan (PMIC) yang ditunjuk BPH Migas untuk membahas toll fee tersebut.
“Setelah Toll Fee-nya ketemu, kami harapkan akhir Desember kami mulai dimulai (ground breaking),” kata Yanuar.
Dia optimis, adanya pipa Cirebon-Semarang bisa menjadi solusi pasokan energi gas berkelanjutan untuk mendukung daya saing industri di Pulau Jawa. Apalagi, potensi konsumen industri di Jawa Barat dan Jawa Tengah sangat besar.
“Untuk itu kami berharap semua pihak yang terlibat dapat lebih kooperatif sehingga proyek dapat kami mulai segera pada tahun ini dan dapat diselesaikan sesuai dengan target yang telah ditentukan,” kata Yanuar.
Pipa Cirebon-Semarang ini merupakan bagian dari Pipa Transjawa. Proyek integrasi pipa gas Trans Jawa terdiri dari tiga proyek utama. Pertama, Jawa bagian Barat senilai US$ 300 juta dengan jalur Cirebon-KHT (84 km) dan Tegalgede-Muara Tawar (50 km).
Kedua, Jawa bagian Utara senilai US$ 400 juta dengan jalur Cirebon-Semarang (255 kin). Ketiga, Jawa bagian Timur senilai US$ 360 juta dengan jalur Semarang-Gresik (271 km) dan East Java Gas Pipeline (EJGP)-Grati senilai US$ 58 juta (22.1 km)
Seperti diketahui, pada 2006, Rekayasa Industri ditetapkan sebagai pemenang lelang hak khusus ruas transmisi gas bumi Cirebon-Semarang oleh BPH Migas. Saat itu Rekind bertindak sebagai transporter yang merupakan pemilik pipa gas, sedangkan pembeli gas (offtaker) adalah PLTGU Tambaklorok-Semarang. Pembangunan ruas gas transmisi Cirebon-Semarang ini sempat mengalami kendala dikarenakan sumber gas yang tidak tersedia pada saat itu.
Investor Daily, Page-9, Monday, Nov 12, 2018
No comments:
Post a Comment