PT Pertamina (Persero) faces challenges in the East Kalimantan work area and the old oil and gas block Attaka.
The two oil and gas blocks that were previously managed by Chevron have now entered phase IV of V, namely the oil and gas reserves phase will be exhausted. The working area previously managed by Chevron Indonesia Company (CICo) once reached the peak of producing 110,000 barrels of oil equivalent per day (boepd) for Attaka Block and 36,500 boepd for East Kalimantan.
On Thursday (25/10), the management of this oil and gas working area was officially transferred to PT Pertamina Hulu East Kalimantan (PHKT). This company is a subsidiary of Pertamina Hulu Indonesia who was appointed as manager and operator at East Kalimantan WK-Attaka for the contract period of October 25, 2018 to October 24, 2038. On the last day of management in the hands of Chevron, this block still spouts oil 12,085 bpd and gas 62 MMscfd.
the Block of East Kalimantan
As of the end of September 2018, the Block of East Kalimantan oil and condensate production - Attaka was 13,220 bpd and gas was 69.44 MMscfd. Seeing these conditions, Pertamina has anticipated and is preparing to make efforts to hold back the decline in production rates in 2018 by planning 10 workovers and 59 well repairs which are estimated to average gas production in 2018 of 73.3 MMscfd and 13,291 bpd for oil.
Next year, Pertamina Hulu Kalimantan plans to drill 3 wells, 37 workovers and 308 well repairs which are estimated to average production of 59.4 MMscfd for gas and 10,639 bpd of oil. The company also budgeted investment with a definite commitment of investment for the first 3 years of US $ 79.3 million.
The Managing Director of PT Pertamina Hulu Indonesia Bambang Manumayoso said that Pertamina had given a definite commitment to the government in managing East Kalimantan WK and Attaka, namely 2 exploration study packages, 1 exploration well, and 4 development wells that would carry out exploratory exploration and continue the discovery of reserves found Chevron, "he said.
Attaka Block East Kalimantan
In addition, to maintain the sustainability of East Kalimantan-Attaka WK operations after October 24, 2018, Pertamina Hulu Kalimantan has also absorbed 727 Chevron workers to join and the signing of contracts supporting operational activities either through the mirroring contract or new procurement around 200 contracts.
WK East Kalimantan-Attaka has 15 oil and gas fields, namely Attaka, Melangin, Kerindingan, Serang, Sapi, Santan, Sepinggan, Sedandang, Seguni, Sejadi, Yakin, Mahoni, Bangkirai, Seturian, and Beaches. Bambang was reluctant to boast to obtain reserve certainty and choose to deepen exploration studies. According to him, with the condition of oil and gas blocks entering phase IV and V, exploration is a fixed price.
In the calculation of the company, at least the investment cost that must be spent for exploration of one well reaches US $ 20 million.
"If you want to grow, you can't help but explore. If we don't find it, we will decline [the decline in oil and gas production] he said.
For Pertamina, the joining of the East Kalimantan Block and Attaka made this government-owned company accept assignments to manage a total of 10 WK after the contract expired. Of the total oil and gas blocks handed over, Pertamina holds a 100% share participation.
TERMINATION BLOCK
The estimated 2019 oil and gas production from the 10 blocks is 55,000 bpd (oil) and 595 MMscfd (natural gas). The cumulative production forecast for the next 20 years is 830 mmboe. Specifically for the investment of 10 WK, US $ 693 million was prepared with a signature bonus paid by Pertamina totaling US $ 51.8 million.
SKK Migas Deputy Operations Fatar Yani Abdurrahman said, even though continuing to experience the performance of oil and gas blocks is still above the 2018 State Budget target. SKK Migas has not delivered a strategy that will be taken to halt the decline in oil and gas block production which is targeted to produce 13,000 bpd and 69 MMscfd of gas this.
"Both costs also included low, around US $ 15 per barrel. Then it is necessary to add new reserves to be able to add production. "If there are indeed, it seems that we only maintain the existing production," he said.
SKK Migas Head Amien Sunaryadi said with all preparations for the management of the oil and gas production in the East Kalimantan Block that had been prepared in the last two years and Attaka must be maintained, even improved.
"This working area is not only an advantage for Pertamina, but it is also expected to arrive at a competent transfer or ability for other Pertamina [business units]," he said.
President Director of PT CPI Albert B.M. Simanjuntak said, in terms of oil and gas block size, the management of the Rokan Block is certainly more complex.
the Rokan Block
"Of course what is very different is the size. [Complexity] that we do in Rokan may be around four to five times. And for that we do the important things first, "he said.
Albert admitted that at this time, his party was making preparations while awaiting the legal basis of the transfer of management. According to him, reflecting on the experience of East Kalimantan WK and Attaka management, the process has been carried out since the beginning of the year.
"It looks smooth, but behind that there are a lot of jobs that we do," he added.
Chevron Indonesia's Senior Vice President of Policy Government and Strategic Affairs Yanto Sianipar said the asset transfer process would be a work that would be done first in the context of the Rokan Block management transfer. The management of the East Kalimantan Block and Attaka is expected to be a lesson in the Rokan Block. In addition, the decline in scientific production of old oil and gas blocks is a challenge for Pertamina.
IN INDONESIAN
Tantangan Pertamina Mengelola Blok Tua
PT Pertamina (Persero) menghadapi tantangan di wilayah kerja East Kalimantan dan Attaka blok minyak dan gas bumi yang sudah berusia tua.
Kedua blok migas yang sebelumnya dikelola oleh Chevron itu kini sudah memasuki fase IV an V, yaitu fase cadangan migas sudah akan habis. Wilayah kerja yang sebelumnya dikelola oleh Chevron Indonesia Company (CICo) pernah mencapai puncak produksi 110.000 barel setara minyak per hari (boepd) untuk Blok Attaka dan 36.500 boepd untuk East Kalimantan.
Pada Kamis (25/10), pengelolaan wilayah kerja migas ini secara resmi dialihkan ke PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT). Perusahaan ini merupakan anak usaha dari Pertamina Hulu Indonesia yang ditunjuk sebagai pengelola sekaligus operator di WK East Kalimantan-Attaka untuk periode kontrak 25 Oktober 2018 hingga 24 Oktober 2038. Pada hari terakhir pengeloaan di tangan Chevron, blok ini masih menyemburkan minyak 12.085 bph dan gas 62 MMscfd.
Per akhir September 2018, produksi minyak dan kondensat Blok East Kalimantan-Attaka sebesar 13.220 bph dan gas sebesar 69,44 MMscfd. Melihat kondisi tersebut, Pertamina sudah mengantisipasi dan bersiap melakukan upaya menahan penurunan laju produksi pada 2018 dengan merencanakan 10 pengeboran ulang (workover) dan 59 perbaikan sumur yang di estimasi untuk rerata produksi gas pada 2018 sebesar 73,3 MMscfd dan 13.291 bph untuk minyak.
Tahun depan, Pertamina Hulu Kalimantan merencanakan pengeboran 3 sumur, 37 workover dan 308 perbaikan sumur yang diestimasi untuk rerata produksi sebesar 59,4 MMscfd untuk gas dan 10.639 bph minyak. Perusahaan juga menganggarkan investasi dengan komitmen pasti investasi selama 3 tahun pertama sebesar US$79,3 juta.
Direktur Utama PT Pertamina Hulu Indonesia Bambang Manumayoso mengatakan bahwa Pertamina telah memberikan komitmen pasti kepada pemerintah dalam mengelola WK East Kalimantan dan Attaka, yakni 2 paket studi eksplorasi, 1 sumur eksplorasi, dan 4 sumur pengembangan akan melakukan eksplorasi yang giat dan melanjutkan penemuan cadangan yang sudah ditemukan Chevron," katanya.
Selain itu, untuk menjaga keberlanjutan operasional WK East Kalimantan-Attaka setelah 24 Oktober 2018, Pertamina Hulu Kalimantan juga telah menyerap 727 pekerja Chevron untuk bergabung serta penandatanganan kontrak pendukung aktivitas operasional baik melalui metode pengalihan kontraktor yang sudah ada (mirroring contract) maupun pengadaan baru sekitar 200 kontrak.
WK East Kalimantan-Attaka memiliki 15 lapangan migas, yakni Attaka, Melangin, Kerindingan, Serang, Sapi, Santan, Sepinggan, Sedandang, Seguni, Sejadi, Yakin, Mahoni, Bangkirai, Seturian, dan Pantai. Bambang enggan sesumbar untuk mendapatkan kepastian cadangan dan memilih untuk memperdalam kajian eksplorasi. Menurutnya, dengan kondisi blok migas yang memasuki fase IV dan V, eksplorasi merupakan harga mati.
Dalam kalkulasi perseroan, setidaknya biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk eksplorasi satu sumur mencapai US$ 20 juta.
“Kalau mau tumbuh mau tidak mau ya eksplorasi. Kalau tidak ketemu ya kita decline [penurunan produksi migas] katanya.
Bagi Pertamina, bergabungnya Blok East Kalimantan dan Attaka membuat perusahan milik pemerintah ini menerima penugasan mengelola total 10 WK setelah habis masa kontraknya. Dari total blok migas yang diserah terimakan, Pertamina memegang 100% saham partisipasi.
BLOK TERMINASI
Perkiraan produksi migas 2019 dari 10 blok tersebut sebesar 55.000 bph (minyak) dan 595 MMscfd (gas bumi). Perkiraan produksi kumulatif selama 20 tahun ke depan 830 mmboe. Khusus investasi untuk 10 WK tersebut disiapkan US$ 693 juta dengan bonus tanda tangan yang dibayarkan Pertamina sebanyak US$ 51,8 juta.
Deputi Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, meski terus mengalami penutunan kinerja blok migas ini masih di atas target APBN 2018. SKK Migas belum menyampaikan strategi yang akan ditempuh untuk menahan laju penurunan produksi blok migas yang ditargetkan menghasilkan minyak sebanyak 13.000 bph dan gas 69 MMscfd ini.
“Kedua biaya [produksi] pun termasuk rendah, sekitar US$ 15 per barel. Maka diperlukan penambahan cadangan baru untuk bisa menambahkan produksi. Kalau existing itu memang kelihatannya kita hanya mempertahankan produksi yang ada,” katanya.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan dengan seluruh persiapan alih kelola yang sudah disiapkan dalam dua tahun terakhir produksi migas di Blok East Kalimantan dan Attaka harus dapat terus dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
“Wilayah kerja ini tidak hanya menjadi keuntungan bagi Pertamina, tapi juga diharapkan sampai dengan transfer kompeten atau kemampuan untuk [unit bisnis] Pertamina yang lain,” katanya.
Presiden Direktur PT CPI Albert B.M. Simanjuntak mengatakan, dari segi ukuran blok migas, alih kelola Blok Rokan tentu lebih kompleks.
“Tentu yang sangat berbeda adalah ukurannya. [Kompleksitas] yang kami lakukan di Rokan mungkin sekitar empat sampai lima kali lipat. Dan untuk itu kami lakukan yang penting-penting dulu,” katanya.
Albert mengaku saat ini, pihaknya sedang melakukan persiapan-persiapan sembari menanti dasar hukum alih kelola. Menurutnya, berkaca dari pengalaman alih kelola WK East Kalimantan dan Attaka, prosesnya sudah dilakukan sejak awal tahun.
“Terlihatnya memang mulus, tetapi di balik itu ada banyak pekerjaan yang kami lalukan,” tambahnya.
Senior Vice President Policy Government and Strategic Affairs Chevron Indonesia Yanto Sianipar mengatakan, proses peralihan aset menjadi pekerjaan yang akan dikerjakan terlebih dahulu dalam rangka alih kelola Blok Rokan. Alih kelola Blok East Kalimantan dan Attaka diharapkan dapat menjadi pelajaran di Blok Rokan. Selain itu, penurunan produksi secara ilmiah blok migas yang sudah berusia tua menjadi tantangan bagi Pertamina.
Bisnis Indonesia, Page-24, Friday, Oct 26, 2018
No comments:
Post a Comment