BP, the oil and gas giant based in London, through its subsidiary in Indonesia, BP Berau Ltd. still focusing on completing the Tangguh LNG Train 3 Refinery natural gas processing facility project in Bintuni Bay, West Papua.
BP Oil and Gas
BP Indonesia Head of Country Moektianto Soeryowibowo claimed that the construction of a train unit of 3 liquefied natural gas (LNG) units was in accordance with the plan.
According to him, until the end of 2018, the construction of onshore gas facilities has reached more than 50%. Construction of offshore gas facilities has reached more than 80%.
"In 2019 we are still focused on Train 3. We finish, we focus first. It is still in the construction phase and is still on schedule, "he said.
Train Tangguh Block
The Tangguh LNG Plant is a natural gas processing facility into liquefied natural gas. Natural gas from several oil and gas blocks around Bintuni Bay is supplied to the Tangguh LNG Plant operated by BP Berau Ltd. Some oil and gas working areas that supply natural gas to the LNG plant include Blok Berau, Wiriagar and Muturi.
Moektianto explained, two offshore platforms were installed. BP is completing the installation of pipelines to transport gas from the offshore platform to the Train 3 facility on land. In relation to the activities of working on gas facilities offshore, BP Indonesia is only drilling production wells. However, Moektianto has not been able to confirm when the well drilling is completed.
"We don't know yet, but it's part of the progress and offshore. On-land facilities, namely train facilities, we pursue, "he said.
Natural gas is processed into liquefied natural gas to facilitate the process of transporting cargo to other regions. For example, LNG and Tangguh, West Papua are transported to a regasification facility in Arun, Aceh to supply generator and industrial fuel. The British oil and gas company targets the Tangguh Train-3 Refinery to start producing liquefied natural gas by 2020.
The US $ 8 billion gas project will have an LNG production capacity of 3.8 million tons per year, equivalent to 700 million cubic feet per day (MMscfd) and 3,200 barrels per day of natural gas. With an additional capacity of 3.8 million tons and Train 3; the total production capacity of the Tangguh LNG refinery plus Train 1 and 2 will reach 11.4 million tons per year. The current capacity of Train 1 and LNG Train 2 is 7.6 million tons per year.
SUPPLY OF PLN
A total of 2.85 mtpa of LNG from the Tangguh Train 3 Train Station will be allocated to a power plant owned by the State Electricity Company (Persero) with a total capacity of 3,000 megawatts (MW). Arcandra Tahar, Deputy Minister of Energy and Mineral Resources, previously said that according to the final investment decision signed in 2016, 75% of liquefied natural gas or 2.85 mtpa of Tangguh LNG Train 3 will be allocated as supply for PLN.
BP Berau Ltd. has allocated LNG from Train 1 and Train 2 for power plants and industry since 2013 with the possibility of additional supply to the country. When unit 3's natural gas processing facility operates, Arcandra said, BP will also involve the local community working in that location.
"With the commencement of Train 3, there will be around 5,000 workers who can be absorbed with most of them from local communities."
CNOOC
The Tangguh refinery is operated by BP Indonesia with a stake of around 37.16%. Other BP partners include MI Berau BM (16.30%), CNOOC Muturi Ltd. (13.90%), Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd. (12.23%), KG Berau / KG Wiriagar (10%), Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc. (7.35%), and Talisman (3.06%).
The gas supply for the Java 1 Gas and Steam Power Plant (PLTGU) will be brought in from LNG Kilang Tangguh. The integrated Java 1 PLTGU and gas infrastructure project began to enter the construction phase since the end of 2018. The 1,776 MW gas-fired power plant is targeted to start commercial operations in December 2021. PT Pertamina (Persero) as the owner of the Java 1 PLTGU project also built a floating storage regacification unit (FSRU) around the plant.
IN INDONESIAN
BP Fokus Selesaikan Train 3 LNG Tangguh
BP raksasa minyak dan gas bumi yang bermarkas di London, melalui anak usahanya di Indonesia BP Berau Ltd. masih fokus menyelesaikan proyek fasilitas pemrosesan gas alam Train 3 Kilang LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat.
Head of Country BP Indonesia Moektianto Soeryowibowo mengklaim bahwa pengerjaan fasilitas pengolahan (train) unit 3 gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) itu masih sesuai dengan rencana.
Menurutnya, sampai dengan akhir 2018, konstruksi fasilitas gas di darat (onshore) telah mencapai lebih dari 50%. Kontruksi fasilitas gas lepas pantai (offshore), telah mencapai lebih dari 80%.
“Pada 2019 kami masih fokus di Train 3. Kami selesaikan, kami fokus itu dulu. Sekarang masih tahap konstruksi dan masih sesuai dengan jadwal," katanya.
Kilang LNG Tangguh merupakan fasilitas pemrosesan gas alam menjadi gas alam cair. Gas alam dari beberapa blok migas di sekitar Teluk Bintuni disuplai ke Kilang LNG Tangguh yang dioperatori oleh BP Berau Ltd. Beberapa wilayah kerja migas yang memasok gas alam ke kilang LNG itu antara lain Blok Berau, Wiriagar, dan Muturi.
Moektianto memaparkan, dua anjungan lepas pantai telah terpasang. BP sedang menyelesaikan pemasangan pipa untuk mengalirkan gas dari anjungan lepas pantai ke fasilitas Train 3 yang berada di darat. Terkait dengan kegiatan pengerjaan fasilitas gas di lepas pantai, BP Indonesia hanya melakukan pengeboran sumur produksi. Namun, Moektianto belum bisa memastikan kapan pengeboran sumur tersebut selesai.
“Persisnya belum tahu, tetapi itu bagian dan progres offshore. Fasilitas di darat, yaitu fasilitas train, kami kejar,” katanya.
Gas alam diolah menjadi gas alam cair untuk memudahkan proses pengangkutan dengan kargo ke wilayah lain. Misalnya, LNG dan Tangguh, Papua Barat diangkut ke fasilitas regasifikasi di Arun, Aceh untuk menyuplai bahan bakar pembangkit dan industri. Perusahaan migas dari Inggris itu menargetkan Kilang Tangguh Train-3 bisa mulai memproduksi gas alam cair pada 2020.
Proyek gas senilai US$8 miliar ini akan memiliki kapasitas produksi LNG sebesar 3,8 juta ton per tahun setara dengan gas alam 700 juta kaki kubik per hari (MMscfd) dan kondesat sebanyak 3.200 barel per hari. Dengan tambahan kapasitas 3,8 juta ton dan Train 3; total kapasitas produksi kilang LNG Tangguh ditambah Train 1 dan 2 akan mencapai 11,4 juta ton per tahun. Kapasitas Train 1 dan Train 2 LNG Tangguh saat ini sebesar 7,6 juta ton per tahun.
SUPLAI PLN
Sebanyak 2,85 mtpa LNG dari Kilang Tangguh Train 3 akan dialokasikan ke pembangkit listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dengan total kapasitas 3.000 megawatt (MW). Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar sebelumnya mengatakan, sesuai dengan keputusan final investasi yang sudah ditandatangani pada 2016, gas alam cair sebanyak 75% atau 2,85 mtpa dari Train 3 LNG Tangguh akan dialokasikan sebagai pasokan untuk PLN.
BP Berau Ltd. telah mengalokasikan LNG dari Train 1 dan Train 2 untuk pembangkit listrik dan industri sejak 2013 dengan kemungkinan tambahan suplai ke dalam negeri. Saat fasilitas pemrosesan gas alam unit 3 beroperasi, Arcandra menuturkan, pihak BP juga akan melibatkan masyarakat setempat bekerja di lokasi tersebut.
“Dengan mulainya Train 3 itu ada sekitar 5.000 tenaga kerja nantinya yang dapat diserap dengan sebagian besar akan diambil dari masyarakat lokal setempat.”
Kilang Tangguh dioperasikan oleh BP Indonesia dengan kepemilikan saham sekitar 37,16%. Mitra BP lainnya antara lain, MI Berau BM (16,30%), CNOOC Muturi Ltd. (13,90%), Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd. (12.23%), KG Berau/ KG Wiriagar (10%), Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc. (7,35%), dan Talisman (3,06%).
Suplai gas untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Jawa 1 akan didatangkan dari LNG Kilang Tangguh. Proyek terintegrasi PLTGU Jawa 1 dan infrastruktur gas itu mulai memasuki tahap kontruksi sejak akhir 2018. Pembangkit listrik berbahan bakar gas dengan kapasitas 1.776 MW itu ditargetkan mulai beroperasi secara komersial pada Desember 2021.
PT Pertamina (Persero) sebagai pemilik proyek PLTGU Jawa 1 juga membangun fasilitas penyimpanan dan regasifikasi terapung [floating storage regacification unit/FSRU) di sekitar pembangkit.
Bisnis Indonesia, Page-22, Thursday, Jan 3, 2019
No comments:
Post a Comment