PT Medco Energi International Tbk (MEDC) through Medco Energi Global Pte Ltd plans to acquire Ophir Energy PlC, an oil and gas exploration and production company based in London and listed on London's Borsa Securities. Ophir Energy has operating and non-operating assets in Africa, Asia and Mexico.
Medco Energi plans to cash in cash all shares that will be issued by Ophir Energy Medco Energi Director Anthony R Mathias in his official explanation stating that the plan is still under discussion.
"Therefore, there is no value for the bids submitted, the amount of funds, the amount of securities to be purchased, and the relationship between the parties who have not yet known," explained Anthony.
He only confirmed, Medco Energi Global had until 28 January 2019 to make an announcement for certainty of the offer to buy Ophir Energy's shares. This does not negatively affect the company's operations, law, financial condition and business continuity.
Meanwhile, Wood Mackenzie Angus Rodger's Research Director in a written statement said that the discussion about Medco Energi's planned takeover of Ophir Energy was a bold step. Although there is no specific value for the acquisition, because it is still waiting for certainty of bidding until January 28, 2019.
Ophir Energy's upstream sector includes assets in Thailand, Vietnam, Indonesia, Malaysia, Equatorial Guinea, and Tanzania. Ophir also has exploration in Mexico and Bangladesh.
"This is a bold step from Medco. If successful, this will create upstream sector power in Southeast Asia, "said Rodger.
At present, Ophir Energy's production is 25 thousand BOEPD. If combined with Medco's 2018 target of 85 thousand BOEPD, it will produce a total production of up to 110 thousand BOEPD. This step will make Medco Energi the seventh largest private oil and gas company in Southeast Asia, above Hess and BP and after Repsol and Total.
The acquisition also adds to non-Asian exposure by adding growth options in Tanzania and Equatorial Guinea to enhance existing positions in Libya, Oman, Yemen, Tunisia and the United States, and will offer exposure to global upstream hotspots off the coast of Mexico, where Ophir recently participated in three blocks.
After Ophir's acquisition of Asia Santos assets last year, according to Angus, the company's portfolio has moved closer to Asia's growth, given Fortuna's problematic FLNG project in Guinea because it is difficult to get funding.
Loan of US $ 500 Million
Previously, two subsidiaries of Medco Energi, namely PT Medco E & P Malaka and PT Medco E & P Tomori Sulawesi, won a loan of US $ 500 million from a syndicate of 15 banks. Medco Energi Corporate Secretary Siendy K Wisandana said, initially, loans came from ANZ, Societe Generale (Socgen), and ING Bank for US $ 500 million. Then the three banks transferred their exposure to 12 other banks.
"That way, as many as 12 of these banks participated. This is usually syndicated, "Siendy said to Investor Daily.
Meanwhile, as reported by Bloomberg, as many as 12 banks participating in the syndication were Bank Mandiri US $ 40.25 million, DBS amounting to US $ 40.25 million, BNP Paribas US $ 22.75 million, and Credit Agricole CIB (CA- CIB) US $ 22.75 million.
Subsequently, Natixis was US $ 22.75 million, Standard Chartered was US $ 22.75 million, and Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) was US $ 22.75 million. The HSBC lead arranger is US $ 19.5 million, while arranger Mizuho is US $ 19.5 million, MUFG is worth US $ 17 million, and UOB is US $ 17 million. According to Siendy, the loan was intended for the purpose of developing and refinancing the Blok A Aceh and Senoro Sulawesi fields.
"Only for that, may not be used for other purposes," he said.
Medco Energi has also won shareholders' approval to cut the target of the capital increase without pre-emptive rights (non-HMETD) from Rp 2.31 trillion to Rp 1.54 trillion. The change in the fund target was due to the movement of the company's stock price, so the assumption of the implementation price was changed from Rp 1,306 to Rp 869 per share.
Medco Energy Managing Director Hilmi Panigoro said, the company has re-proposed a non-HMETD plan of a maximum of 10% at the extraordinary general meeting of shareholders (EGM) on November 15 2018. The company has two years to realize a plan to increase capital through non-HMETD .
Hilmi further said, he felt the need to be careful and be conservative in making choices in managing the company's capital structure.
"Responding to commodity markets, and world equities that are being unstable, we choose to be cautious, and conservative," he stressed.
Regarding the plan to hold non-HMETD, Medco's management was officially informed on October 8, 2018, claiming it was eyeing strategic investors. In detail, strategic investors who are targeted are financial investors (Financial investors).
IN INDONESIAN
Medco Jajaki Akuisisi Ophir Energy
PT Medco Energi lnternasional Tbk (MEDC) melalui Medco Energi Global Pte Ltd berencana mengakuisisi Ophir Energy PlC, perusahaan eksplorasi dan produksi migas berbasis di London dan tercatat di Borsa Efek London. Ophir Energy memiliki aset operasi dan non-operasi di Afrika, Asia, dan Meksiko.
Medco Energi berencana membeli secara tunai seluruh saham yang akan diterbitkan oleh Ophir Energy Direktur Medco Energi Anthony R Mathias dalam penjelasan resminya menyebutkan bahwa rencana tersebut masih dalam pembahasan.
“Karena itu, belum ada nilai tawaran yang diajukan, jumlah dana, jumlah efek yang akan dibeli, dan belum dapat diketahui hubungan antar pihak yang bertransaksi,” jelas Anthony.
Dia hanya menegaskan, Medco Energi Global memiliki waktu hingga 28 januari 2019 untuk melakukan pengumuman untuk kepastian dari penawaran untuk membeli saham Ophir Energy. Hal ini tidak berdampak secara negatif terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, dan kelangsungan usaha perseroan.
Sementara itu, Direktur Penelitian Wood Mackenzie Angus Rodger dalam keterangan tertulis, menilai bahwa pembicaraan mengenai rencana pengambilalihan Ophir Energy oleh Medco Energi merupakan langkah berani. Meski belum ada nilai spesifik untuk akuisisi tersebut, karena masih menunggu kepastian penawaran hingga 28 Januari 2019.
Sektor hulu yang dimiliki Ophir Energy meliputi aset di Thailand, Vietnam, Indonesia, Malaysia, Guinea Khatulistiwa, dan Tanzania. Ophir juga memiliki eksplorasi di Meksiko dan Bangladesh.
“Ini langkah berani dari Medco. Jika berhasil, ini akan menciptakan kekuatan sektor hulu di Asia Tenggara,” ungkap Rodger.
Saat ini, produksi Ophir Energy sebesar 25 ribu BOEPD. Jika dikombinasikan dengan target 2018 Medco yang sebanyak 85 ribu BOEPD, akan menghasilkan total produksi hingga 110 ribu BOEPD. Langkah ini akan menjadikan Medco Energi sebagai perusahaan migas swasta terbesar ketujuh di Asia Tenggara, di atas Hess dan BP dan setelah Repsol dan Total.
Akuisisi ini juga menambah eksposur non-Asia dengan menambahkan opsi pertumbuhan di Tanzania dan Guinea Khatulistiwa untuk meningkatkan posisi yang ada di Libya, Oman, Yaman, Tunisia, dan Amerika Serikat, serta akan menawarkan eksposur ke hotspot hulu global di lepas pantai Meksiko, di mana Ophir baru-baru ini berpartisipasi di tiga blok.
Setelah akuisisi Ophir atas aset-aset Asia Santos tahun lalu, menurut Angus, telah mendekatkan poros portofolio perusahaan menuju pertumbuhan Asia, mengingat proyek FLNG Fortuna yang bermasalah di Guinea karena sulit mendapatkan pendanaan.
Pinjaman US$ 500 Juta
Sebelumnya, dua anak usaha Medco Energi, yaitu PT Medco E&P Malaka dan PT Medco E&P Tomori Sulawesi, meraih pinjaman sebesar US$ 500 juta dari sindikasi 15 bank. Sekretaris Perusahaan Medco Energi Siendy K Wisandana mengatakan, pada awalnya, pinjaman berasal dari ANZ, Societe Generale (Socgen), dan ING Bank sebesar US$ 500 juta. Kemudian ketiga bank tersebut mengalihkan eksposurnya ke 12 bank lainnya.
“Dengan begitu, sebanyak 12 bank ini ikut berpartisipasi. Ini kan biasa sindikasi,” kata Siendy kepada Investor Daily.
Sementara itu, seperti dilansir Bloomberg, sebanyak 12 bank yang berpartisipasi dalam sindikasi tersebut adalah Bank Mandiri US$ 40,25 juta, DBS sebesar US$ 40,25 juta, BNP Paribas US$ 22,75 juta, dan Credit Agricole CIB (CA-CIB) US$ 22,75 juta.
Selanjutnya Natixis sebesar US$ 22,75 juta, Standard Chartered US$ 22,75 juta, dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) US$ 22,75 juta. Adapun lead arranger HSBC sebesar US$ 19,5 juta, sedangkan arranger Mizuho US$ 19,5 juta, MUFG senilai US$ 17 juta, dan UOB sebesar US$ 17 juta. Menurut Siendy, pinjaman tersebut ditujukan untuk keperluan pengembangan dan refinancing lapangan Blok A Aceh dan Senoro Sulawesi.
“Hanya untuk itu, tidak boleh digunakan untuk tujuan lainnya,” ujar dia.
Medco Energijuga telah meraih persetujuan pemegang saham untuk memangkas target dana penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) dari Rp 2,31 triliun menjadi Rp 1,54 triliun. Perubahan target dana tersebut disebabkan pergerakan harga saham perseroan, sehingga asumsi harga pelaksanaan diubah dari Rp 1.306 menjadi Rp 869 per saham.
Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro mengatakan, perseroan telah mengajukan kembali rencana non-HMETD maksimum 10% dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 15 November 2018. Adapun perseroan memiliki waktu selama dua tahun untuk merealisasikan rencana penambahan modal melalui non-HMETD.
Lebih lanjut Hilmi menuturkan, pihaknya merasa perlu berhati-hari dan bersikap konservatif dalam menentukan pilihan dalam mengelola struktur permodalan perusahaan.
“Menanggapi pasar komoditas, dan ekuitas dunia yang sedang tidak stabil, kami memilih berhati-hati, dan konservatif,” tegas dia.
Terkait rencana menyelenggarakan non-HMETD, manajemen Medco dalam keterangan resmi pada 8 Oktober 2018, mengaku sedang mengincar investor strategis. Secara rinci, investor strategis yang diincar merupakan investor keuangan (Financial investor).
Investor Daily, Page-13, Thursday, Jan 3, 2019
No comments:
Post a Comment