Pertamina EP's innovation at Tanjung Field

PT Pertamina EP re-innovates to increase oil production. Pertamina EP applies an Enhanced Oil Recovery (EOR) method through polymer flooding at Tanjung Field, Tabalong Regency, South Kalimantan. This PT Pertamina subsidiary hopes that the EOR method can reach a recovery factor of up to 60%.

PT Pertamina EP

President Director of PT Pertamina EP, Nanang Abdul Manaf, said that the company will continue to monitor the implementation of the EOR method in oil drilling.

"It takes about 11 months to be able to continue or not with this model," he said after the inauguration of the TPFT project, at the T46 Tanjung Cluster.

EOR is a method for obtaining more oil after naturally decreasing the primary production process. Pertamina EP has just implemented the EOR method in a drilling cluster. In this way, Pertamina enters polymer liquid through one injector well located in the center of the cluster. 

    Four other wells (producer wells) as oil wells. Pertamina EP's management hopes that before 11 months the results of drilling on the project can be seen.

SKK Migas Deputy Planning Officer Jaffee Arizon Suardin appreciated Pertamina EP's move.

"The problem in Indonesia is that there is no oil, but a recovery factor. For the usual methods it still produces between 25% -35%. So the oil is still down there," he said.

Jaffee hopes that the TPFT project can increase oil production in Tanjung Field by 7% -10% or around 50 barrels per day. Currently the existing oil production in Tanjung is around 120 barrels per day. The TPFT project costs US $ 3 million.

IN INDONESIAN

Inovasi Pertamina EP di Tanjung Field  

PT Pertamina EP kembali berinovasi untuk meningkatkan produksi minyak. Pertamina EP menerapkan metode perolehan minyak tahap lanjut atau Enhanced Oil Recovery (EOR) melalui cara polymer flooding di Tanjung Field, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Anak usaha PT Pertamina ini berharap metode EOR bisa mencapai recovery factor hingga 60%.

Direktur Utama PT Pertamina EP, Nanang Abdul Manaf, mengatakan pihaknya akan terus memantau penerapan metode EOR dalam pengeboran minyak. 

"Ini membutuhkan waktu sekitar 11 bulan untuk bisa lanjut atau tidak dengan model ini," kata dia usai peresmian proyek TPFT, di Kluster T46 Tanjung.

EOR adalah metode untuk memperoleh lebih banyak minyak setelah penurunan proses produksi primer secara alami. Pertamina EP baru saja menerapkan metode EOR di satu kluster pengeboran. Dengan cara ini, Pertamina memasukkan cairan polimer melalui satu sumur injektor yang terletak di tengah kluster. 

   Empat sumur lainnya (sumur produser) sebagai sumur pengambil minyak. Manajemen Pertamina EP berharap sebelum 11 bulan, hasil pengeboran di proyek tersebut sudah bisa terlihat.

Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffee Arizon Suardin mengapresiasi langkah Pertamina EP. 

"Yang menjadi masalah di Indonesia bukan tidak ada minyaknya, tapi recovery factor. Untuk cara-cara yang biasa masih menghasilkan antara 25%-35%. Jadi minyaknya masih ada di bawah sana," kata dia.

Jaffee berharap proyek TPFT bisa menambah produksi minyak di Lapangan Tanjung sebesar 7%-10% atau sekitar 50 barel per hari. Saat ini existing produksi minyak di Tanjung sekitar 120 barel per hari. Adapun proyek TPFT menghabiskan US$ 3 juta.

Kontan, Page-24, Friday, Dec 21, 2018