Production realization is ready to sell oil in 2018 lower than the target. Production was maintained, even though the field age in Indonesia was getting older.
The Rokan block in Riau
Maintaining domestic oil production is a government priority in the short term. The Rokan block in Riau and the Cepu Block in East Java are relied on to keep production levels from decreasing. Last year, the realization of production was ready to sell (lifting) oil as much as 778,000 barrels per day.
the Cepu Block in East Java
This realization is lower than the target of the state budget of 800,000 barrels per day. As for this year, production is ready to sell oil in the state budget targeted at 775,000 barrels per day. While gas production is ready to sell in the APBN 1,250 million barrels of oil equivalent per day.
Production is ready to sell Indonesian oil in the last few years, ranging from 700,000 barrels per day to 800,000 barrels per day. Approximately 75 percent of oil fields in Indonesia are around 25 years to 50 years old. As the field age ages, the field's productivity continues to decline.
"Naturally, if it continues to be drained, yes, it will run out. Our priority is how to maintain production. The Cepu block, for example, is planning to produce 165,000 barrels per day, but until now it has produced 220,000 barrels per day. That is what we will protect, "said Director General of Oil and Gas at the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) Djoko Siswanto.
In addition to the Cepu Block, oil production comes from the Rokan Block, which is currently managed by Chevron Pacific Indonesia. The block produces 200,000 barrels of oil per day. Starting in 2021, the Rokan Block is managed by PT Pertamina (Persero) as the Chevron contract period in the block ends.
"Pertamina will begin to engage in drilling in the block this year. Hopefully the production will be maintained with Pertamina's involvement later, "Djoko said.
Exploration
According to the lecturer at the Trisakti University Faculty of Earth and Energy Technology, Pri Agung Rakhmanto, in the long run, exploration to find new oil reserves must be increased. Moreover, oil and gas resources in Indonesia are still relatively large. It takes a lot of effort so that these resources are upgraded to proven reserves.
"Pertamina must be encouraged to intensify domestic exploration. Without the discovery of large-scale new reserves, Indonesia will continue to depend on imports. Remember, the oil and gas production we enjoy today comes from large fields that have been producing for a long time, such as the Rokan, Mahakam, Tangguh and Cepu blocks, "said Pri Agung.
Previously, the President of the Indonesian Petroleum Association (IPA) Tumbur Parlindungan said, to increase oil production in the country, the only way to increase exploration. Exploration can be intensified if the investment climate in Indonesia is attractive to investors. The ease of licensing and the fast execution process is needed by investors.
"Investors will always compare the condition of upstream oil and gas investments from a number of destination countries. Countries that are considered the most attractive for investment will be the main target, "said Tumbur.
Upstream oil and gas investment in 2018 rose to 12.5 billion US dollars, compared to the realization in 2017 of 11 billion US dollars. The oil and gas sector non-tax revenues also rose from Rp 88.6 trillion in 2017 to Rp 163.4 trillion in 2018. The increase in oil and gas investment has not been able to increase the production rate of ready-to-sell oil domestically.
In addition, the government budget for seismic surveys in an effort to find new sources of oil and gas reserves is very limited. In 2018, the government budgeted Rp. 96 billion for surveys in two locations. However, there is no budget allocation for the same activities this year.
The survey results are important to strengthen the data on recommendations for determining the oil and gas working areas to be auctioned. The potential for oil and gas in Indonesia is said to be still large.
IN INDONESIAN
Produksi Dipertahankan
Realisasi produksi siap jual minyak pada 2018 lebih rendah daripada target. Produksi dipertahankan, meskipun usia lapangan untuk di Indonesia semakin menua.
Mempertahankan produksi minyak dalam negeri menjadi prioritas pemerintah dalam jangka pendek. Blok Rokan di Riau dan Blok Cepu di Jawa Timur diandalkan untuk menjaga tingkat produksi agar tidak semakin menurun. Tahun lalu, realisasi produksi siap jual (lifting) minyak sebanyak 778.000 barel per hari. Realisasi ini lebih rendah daripada target APBN yang sebesar 800.000 barel per hari. Adapun tahun ini, produksi siap jual minyak dalam APBN ditargetkan 775.000 barel per hari. Sementara produksi gas siap jual dalam APBN 1,250 juta barel setara minyak per hari.
Produksi siap jual minyak Indonesia dalam beberapa tahun terakhir berkisar 700.000 barel per hari sampai dengan 800.000 barel per hari, Sekitar 75 persen dari lapangan minyak di Indonesia berumur sekitar 25 tahun hingga 50 tahun. Seiring usia lapangan yang menua, produktivitas lapangan tersebut juga terus merosot.
”Secara alamiah, kalau dikuras terus, ya, akan habis. Prioritas kami, bagaimana mempertahankan produksi. Blok Cepu, misalnya, perencanaan awal berproduksi 165.000 barel per hari, tetapi sampai sekarang menghasilkan 220.000 barel per hari. Itu yang akan kami jaga,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto.
Selain Blok Cepu, produksi minyak berasal dari Blok Rokan, yang saat ini masih dikelola Chevron Pasific Indonesia. Blok itu menghasilkan minyak 200.000 barel per hari. Mulai 2021, Blok Rokan dikelola PT Pertamina (Persero) seiring masa kontrak Chevron di blok itu berakhir.
”Pertamina akan mulai terlibat pengeboran di blok tersebut pada tahun ini. Semoga produksi terus terjaga dengan keterlibatan Pertamina nanti,” ujar Djoko.
Eksplorasi
Menurut pengajar pada Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, dalam jangka panjang, eksplorasi untuk menemukan cadangan minyak baru harus ditingkatkan. Apalagi, sumber daya migas di Indonesia terbilang masih besar. Perlu usaha keras agar sumber daya tersebut dinaikkan statusnya menjadi cadangan terbukti.
”Pertamina harus didorong untuk menggiatkan eksplorasi di dalam negeri. Tanpa penemuan cadangan baru berskala besar, Indonesia akan terus bergantung pada impor. Ingat, produksi migas yang kita nikmati sekarang ini datang dari lapangan besar yang sudah lama berproduksi, seperti blok Rokan, Mahakam, Tangguh, dan Cepu,” kata Pri Agung.
Sebelumnya, Presiden Asosiasi Perminyakan Indonesia (IPA) Tumbur Parlindungan mengatakan, untuk menaikkan produksi minyak di dalam negeri, satu-satunya cara dengan meningkatkan eksplorasi. Eksplorasi bisa diintensifkan jika iklim investasi di Indonesia menarik di mata investor. Kemudahan perizinan dan proses eksekusi yang cepat sangat dibutuhkan investor.
”Investor akan selalu membandingkan kondisi investasi hulu migas dari sejumlah negara tujuan. Negara yang dianggap paling menarik untuk investasi akan menjadi target utama,” ujar Tumbur.
Investasi hulu minyak dan gas bumi pada 2018 naik menjadi 12,5 miliar dollar AS, dibandingkan dengan realisasi pada 2017 yang sebesar 11 miliar dollar AS. Penerimaan negara bukan pajak sektor migas juga naik dari Rp 88,6 triliun pada 2017 menjadi Rp 163,4 triliun pada 2018. Kenaikan investasi migas belum mampu meningkatkan angka produksi siap jual minyak di dalam negeri.
Selain itu, anggaran pemerintah untuk survei seismik dalam usaha menemukan sumber cadangan migas yang baru sangat terbatas. Pada 2018, pemerintah menganggarkan Rp 96 miliar untuk survei di dua lokasi. Akan tetapi, belum ada alokasi anggaran untuk kegiatan yang sama pada tahun ini.
Hasil survei tersebut penting untuk memperkuat data rekomendasi penetapan wilayah kerja migas yang hendak dilelang. Potensi migas di Indonesia disebut-sebut masih besar.
Kompas, Page-13, Saturday, Jan 12, 2019
No comments:
Post a Comment