Pressing Imports, Pertamina Pumping Subsidiaries PT Pertamina targets oil and gas production this year to reach 922,000 boepd.
PT Pertamina is determined to boost its subsidiary's oil and gas production. The policy was an attempt by Pertamina to suppress crude oil imports which triggered a national trade balance deficit.
The Central Statistics Agency (BPS) noted, Indonesia's trade balance throughout 2018 recorded a deficit of US $ 8.57 billion. This is the biggest deficit value in history. The culprit of the trade balance deficit is the oil and gas (oil and gas) trade deficit which reached US $ 12.4 billion.
Oil and gas production continues to decline, while oil fuel needs are increasing and increasing imports. This year, Pertamina must import crude oil and condensate 342,000 barrels of oil per day (bopd). Understandably, crude oil needs reached 1.6 million bopd.
Pertamina continues to try to reduce oil imports. One of them brought crude oil from the Pertamina International EP (PIEP) field to Indonesia.
"But not all crude oil can be absorbed by our refineries. Therefore, we ask for a refined refinement project. If it can be improved, crude utilization can be better," said Dharmawan Samsu, Upstream Director of PT Pertamina.
It is targeted that oil contribution from PIEP this year will reach 112,000 bopd and gas production of 300 cubic feet per day (mmscfd). Besides PIEP, Pertamina relies on production from other subsidiaries such as Pertamina Hulu Energi (PHE). PHE oil production this year is estimated to contribute 79,000 BOPD and 209 mmscfd gas.
In addition, Pertamina Upstream Indonesia (PHI) is targeted to achieve oil production of 47,500 bopd and 849 mmscfd this year. As a result, this year Pertamina targets oil and gas production to reach 922,000 barrels of oil equivalent per day, with details of 414,000 bopd of oil and 2944 mmscfd of gas rising compared to 2018 which was only 768,000 boepd, for 291,000 bopd oil and 2,763 mmsfcd gas.
In addition to trying to hoist the production of subsidiaries, said Dharmawan, Pertamina continues to strive to carry out the government's mandate to buy crude oil from oil and gas contractors or cooperation contract contractors (KKKS).
the Rokan Block
During January-June 2019, Pertamina will get crude oil from the Rokan Block by 2.5 million barrels per month. In addition to Chevron Pacific oil from Blok Rokan, Pertamina also targets EXXonMobil's crude oil from the Cepu Block.
the Cepu Block
"In accordance with the decision of the Minister of Energy and Mineral Resources related to the purchase of KKKS oil, Chevron and Pertamina have agreed to 100% oil to domestic refineries. We are also discussing ExxonMobil with 220,000 bopd, hopefully the agreement can be obtained," Dharmawan said.
Secretary General of the Association of Oil and Gas Producing Regions, Andang Bachtiar, suspects that the deficit, oil and gas, is still continuing. Because, there are still a number of issues that block the country's oil and gas sector. Moreover, the demand for fuel oil continues to increase.
IN INDONESIAN
Tekan Impor, Pertamina Memompa Anak Usaha
Tekan Impor, Pertamina Memompa Anak Usaha PT Pertamina menargetkan produksi migas tahun ini mencapai 922.000 boepd.
PT Pertamina bertekad menggenjot produksi migas anak usahanya. Kebijakan tersebut sebagai upaya Pertamina menekan impor minyak mentah yang menjadi pemicu defisit neraca perdagangan nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun 2018 mencatatkan defisit sebesar US$ 8,57 miliar. Ini adalah nilai defisit terbesar sepanjang sejarah. Biang kerok defisit neraca perdagangan adalah defisit neraca perdagangan minyak dan gas bumi (migas) yang mencapai US$ 12,4 niiliar.
Produksi migas terus menurun, sementara kebutuhan bahan bakar minyak semakin meningkat dan menaikkan impor. Tahun ini, Pertamina harus mengimpor minyak mentah dan kondensat 342.000 barel oil per day (bopd). Maklumlah, kebutuhan minyak mentah mencapai 1,6 juta bopd.
Pertamina terus berupaya mengurangi impor minyak. Salah satunya membawa minyak mentah dari lapangan Pertamina Internasional EP (PIEP) ke Indonesia.
"Tapi tidak semua minyak mentah bisa diserap kilang kami. Oleh karena itu kami minta project refinefy di-improve. Kalau bisa di-improve, pemanfaatan crude bisa lebih baik," ungkap Dharmawan Samsu, Direktur Hulu PT Pertamina.
Ditargetkan kontribusi minyak dari PIEP pada tahun ini mencapai 112.000 bopd dan produksi gas 300 kaki kubik per day (mmscfd). Selain PIEP, Pertamina mengandalkan produksi dari anak usaha lain seperti Pertamina Hulu Energi (PHE). Produksi minyak PHE tahun ini diperkirakan menyumbang 79.000 BOPD dan gas 209 mmscfd.
Selain itu, Pertamina Hulu Indonesia (PHI) ditargetkan bisa mencapai produksi minyak 47.500 bopd dan 849 mmscfd sepanjang tahun ini. Hasilnya, di tahun ini Pertamina menargetkan produksi migas mencapai 922.000 barel setara minyak per hari (boepd), dengan perincian minyak 414.000 bopd dan gas 2944 mmscfd naik dibandingkan tahun 2018 yang hanya 768.000 boepd, di mana untuk minyak 291.000 bopd dan gas 2.763 mmsfcd.
Selain berusaha mengerek produksi anak usaha, kata Dharmawan, Pertamina terus berusaha menjalankan amanat pemerintah untuk membeli minyak mentah dari kontraktor migas atau kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).
Sepanjang Januari-Juni 2019, Pertamina akan mendapatkan minyak mentah dari Blok Rokan sebesar 2,5 juta barel per bulan. Selain minyak Chevron Pacific dari Blok Rokan, Pertamina juga mengincar minyak mentah milik EXXonMobil dari Blok Cepu.
"Sesuai keputusan Menteri ESDM terkait pembelian minyak KKKS, Chevron dan Pertamina telah sepakat 100% minyak ke kilang dalam negeri. Kami juga sedang berdiskusi ke ExxonMobil sebesar 220,000 bopd mudah-mudahan bisa dapat agreementnya," kata Dharmawan.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Daerah Penghasil Migas, Andang Bachtiar menduga defisit, migas masih terus terjadi. Sebab, masih ada sejumlah persoalan yang mengganjal sektor migas tanah air. Apalagi permintaan Bahan Bakar Minyak terus meningkat.
Kontan, Page-14, Friday, Jan 18, 2019
No comments:
Post a Comment