google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Domestic Gas Optimization Requires Infrastructure - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Thursday, January 16, 2020

Domestic Gas Optimization Requires Infrastructure



The diversion of gas which has so far been exported to Singapore requires infrastructure development to be optimally used domestically. Commission VII of the House of Representatives (DPR) of the Republic of Indonesia asked the government to conduct a study so that the gas supply would be diverted domestically.

Dwi Soetjipto

Head of the Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) Dwi Soetjipto said, even now South Sumatra is an area with excess gas supply. If the gas exported to Singapore is diverted domestically, the gas supply in the region will be even greater.

"So the solution is for the domestic industry to be built in South Sumatra or the gas will be channeled to other places, for example in West Java," he said.

For gas exports, referring to SKK Migas data, it was recorded at 714.26 million cubic feet per day / MMSCFD) until the end of September. This realization was lower than the contract of 814.43 mmscfd. Gas exports through this pipeline are to Singapore and Malaysia.

For information, gas exports to Singapore so far have been through a pipeline managed by PT Transportasi Gas Indonesia (TGI) which runs from the Corridor Block to Duri Field, North Sumatra, and Singapore. 

the Corridor Block

    In Sumatra, besides the TGI pipeline, there is also the Duri-Dumai Gas pipeline. Currently, the Duri-Dumai pipeline supplies gas from the Corridor, Bentu, and Jambi Merang Blocks. Dwi suggested that there is infrastructure development so that the export residual gas can be more widely utilized.

"I think we can point some infrastructure improvements to it," he said.

Acting Director-General of Oil and Gas at the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) Djoko Siswanto added, the government would not necessarily divert all gas exported to Singapore for the domestic market. The reason is, if domestic gas needs are minimal, this gas should be marketed to other buyers.

"So it is examined, seen the needs and supply. Then, Singapore also still needs gas, "he said.

Previously, ESDM Minister Arifin Tasrif planned to divert the exported gas because the government was also intensively building gas transmission pipelines in Sumatra, Java, and Kalimantan, to increase domestic gas distribution. The plan is for the government to connect the gas pipeline from the northern tip of Sumatra Island to the east end of Java Island. 

    Later, the gas supply which has been exported to Singapore will be diverted to the Duri-Dumai pipeline. Furthermore, the transmission pipeline in Sumatra will also be connected to the gas pipeline in Java. Thus, the existing gas supply can also be channeled to Java.


"We will connect Belawan-Aceh, Sumatra-Java, and then later there will be Cirebon-Gresik. So that the ConocoPhilips, Sakakemang, and Jambaran-Tiung Biru gas fields can be connected, "he explained.

Jambaran-Tiung Biru gas fields

South Sumatra and West Java are now connected to the South Sumatra West Java (SSWJ) Pipe. Furthermore, Pertagas is building the Gresik-Semarang Pipe which is targeted to start operating next year. So that the pipe sections that have not yet been worked are from Semarang to Cirebon, to West Java. The government prioritizes gas production to meet domestic needs.

Referring to SKK Migas data, domestic gas purchases continue to increase every year. In 2003, domestic gas uptake was recorded at only 1,480 BBTUD. Since 2009, the use of gas in the country has increased to reach 3,323 BBTUD and continues to increase. Now until September 2019, domestic gas purchases reached 4,013.67 BBTUD or 65.76% of the total lifting gas of 6,103.26 BBTUD.

IN INDONESIA

Optimasi Gas Domestik Butuh Infrastruktur


Pengalihan gas yang selama ini diekspor ke Singapura membutuhkan pembangunan infrastruktur agar optimal digunakan di dalam negeri. Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia meminta pemerintah melakukan kajian agar pasokan gas tersebut dialihkan ke dalam negeri. 

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, saat ini pun Sumatera Selatan merupakan daerah yang kelebihan pasokan gas. Jika gas yang diekspor ke Singapura ini dialihkan ke domestik, maka pasokan gas di wilayah itu akan semakin besar.

“Makanya solusinya untuk dalam negeri, industri dibangun di Sumatera Selatan atau gas itu dialirkan ke tempat lain, misal di Jawa Barat,” katanya.

Untuk ekspor gas, mengacu data SKK Migas, tercatat sebesar 714,26 juta kaki kubik per hari/MMSCFD) hingga akhir September lalu. Realisasi ini lebih rendah dari kontrak yang sebesar 814,43 mmscfd. Ekspor gas melalui pipa ini yakni ke Singapura dan Malaysia. 

Sebagai informasi, ekspor gas ke Singapura selama ini melalui pipa yang dikelola oleh PT Transportasi Gas Indonesia (TGI) yang terbentang dari Blok Corridor ke Lapangan Duri, Sumatera Utara dan Singapura. Di Sumatera, selain pipa TGI, juga terdapat pipa Gas Duri-Dumai. Saat ini, Pipa Duri-Dumai mengalirkan gas dari Blok Corridor, Bentu, dan Jambi Merang. Dwi menyarankan, ada pembangunan infrastruktur agar gas sisa ekspor ini bisa lebih luas pemanfaatannya.

“Saya kira beberapa improvement infrastruktur bisa kita arahkan ke sana,” ujar dia.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto menambahkan, pemerintah tidak akan serta merta mengalihkan seluruh gas yang diekspor ke Singapura untuk pasar dalam negeri. Pasalnya, jika kebutuhan gas domestik minim, sebaiknya gas ini dipasarkan ke pembeli lain.

“Makanya dikaji, dilihat kebutuhan dan pasokannya. Kemudian, Singapura juga masih perlu gas,” tutur dia.

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif berencana mengalihkan gas yang diekspor ini karena pemerintah juga tengah gencar membangun pipa transmisi gas di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, untuk meningkatkan penyaluran gas domestik. 

    Rencananya, pemerintah akan menyambungkan pipa gas dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung timur Pulau Jawa. Nantinya, pasokan gas yang selama ini diekspor ke Singapura akan dialihkan ke pipa Duri-Dumai. Selanjutnya, pipa transmisi di Sumatera ini juga akan disambungkan dengan pipa gas di Pulau Jawa. Sehingga, pasokan gas yang ada juga dapat dialirkan hingga ke Jawa. 

“Kami akan sambungkan Belawan-Aceh, Sumatera-Jawa, setelah itu nanti ada ke Cirebon-Gresik. Sehingga lapangan gas ConocoPhilips, Sakakemang, dan Jambaran-Tiung Biru bisa tersambung,” jelasnya.

Sumatera Selatan dan Jawa Barat saat ini sudah tersambung dengan Pipa South Sumatera West Java (SSWJ). Selanjutnya, Pertagas sedang membangun Pipa Gresik-Semarang yang ditargetkan mulai beroperasi pada tahun depan. Sehingga ruas pipa yang belum dikerjakan adalah dari Semarang ke Cirebon, hingga Jawa Barat. Pemerintah memprioritaskan produksi gas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. 

Mengacu data SKK Migas, pembelian gas domestik terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2003, serapan gas dalam negeri tercatat hanya 1.480 BBTUD. Sejak 2009, pemanfaatan gas di dalam negeri ini meningkat hingga mencapai 3.323 BBTUD dan terus meningkat. Kini hingga September 2019 lalu, pembelian  gas domestik mencapai 4.013,67 BBTUD atau 65,76% dari total lifting gas 6.103,26 BBTUD.

Investor Daily, Page-9, Saturday, 7 Dec 2019

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel