google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Encouraging the Development of Oil and Gas Block - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wednesday, January 22, 2020

Encouraging the Development of Oil and Gas Block



Earlier this year, the national oil and gas sector began to run fast. This can be seen from the hard work of the Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) in encouraging the development of three oil and gas blocks, namely the Sanga Sanga Block in East Kalimantan, the South Sumatra Sakakemang Block, and the South Sumatra Merakes Field.

the Sanga Sanga Block

The development aims to boost the lifting of 1 million barrels of crude oil per day (BPD). Based on SKK Migas data, up to 30 December 2019, Indonesia's oil lifting was only reached 735,219 barrels per day (BPD) or 94.87% of the target of the State Budget (APBN).



Meanwhile, gas lifting was only reached 5,934 million cubic feet per day / MMscfd or 84.77% of the APBN target. The development of these three regions is like fresh air in the world of oil and gas. The amount of reserves contained in the three oil and gas blocks is expected to drive the achievement of the lifting target.

Based on an evaluation conducted by SKK Migas, the operator in the Sanga-Sanga Block namely Pertamina Hulu Sanga-Sanga has proposed drilling 755 new wells. The Sanga-Sanga block is projected to have 1.2 trillion cubic feet / Tcf of gas and 84.3 million barrels of oil / MMbo. 

Lemigas

     Meanwhile, field development in the Sakakemang Block is still awaiting the issuance of 1 Tcf proven reserve certification from the Center for Research and Development of Oil and Gas Technology (Lemigas).

Repsol

Repsol, as the operator of Sakakemang Block, has just submitted a certification of proven reserves of 1 Tcf from the potential of proven reserves of 2 Tcf. The discovery of 2 Tcf of gas reserves came from the Kaliberau Dalam ZX well. If the reserve certification from Lemigas has been obtained, Repsol can directly develop the Work Area in the first quarter / 2020. Meanwhile, the production process can begin in 2021.

the Merakes field

On the contrary, currently, the Merakes field development plan has been approved by SKK Migas. Eni East Sepinggan Ltd, the operator of the East Sepinggan Block, said that gas reserves in the Merakes Field are estimated to reach 2 Tcf.

The government's strategy to encourage the development of a number of working areas cannot be separated from efforts to maintain the risk of increasing the deficit in the state budget due to oil and gas lifting targets that have not been achieved in recent years. 

     Not only that, but the government is also trying to spur oil and gas cooperation contract contractors (KKKS) who have old oil and gas wells to use the Enhanced Oil Recovery (EOR) technique. The use of this high technology to withstand the decline in natural production from a number of wells.

Oil and gas KKKS that use EOR technology will receive incentives from the government so that the economic value of the project can be maintained. In addition, the government also seeks to create a conducive investment climate so that oil and gas investors enter Indonesia.

A number of strategies taken by the government to encourage national oil and gas production are important to achieve because the community's need for energy sources is still very large. 

     However, all the efforts made by the government will not succeed without the support of stakeholders in the oil and gas industry. New innovations from investors used to explore potential areas need to achieve increased national oil and gas production.

IN INDONESIA

Mendorong Pengembangan Blok Migas

Awal tahun ini, sektor minyak dan gas nasional mulai berlari kencang. Hal ini dapat dilihat dari upaya keras Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dalam mendorong pengembangan tiga blok migas, yakni Blok Sanga Sanga Kalimantan Timur, Blok Sakakemang Sumatra Selatan, dan Lapangan Merakes Sumatra Selatan. 

Pengembangan tersebut bertujuan menggenjot lifting minyak mentah 1 juta barel per hari (bph). Berdasarkan data SKK Migas, hingga 30 Desernber 2019, lifting minyak Indonesia hanya tercapai 735.219 barel per hari (bph) atau 94,87% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Adapun, lifting gas hanya tercapai 5.934 juta kaki kubik per hari/MMscfd atau 84,77% dari target APBN. Pengembangan dari tiga wilayah tersebut tidak ubahnya angin segar di dunia minyak dan gas. Jumlah cadangan yang terkandung di tiga blok minyak dan gas tersebut diharapkan dapat mendorong pencapaian target lifting.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan SKK Migas, operator di Blok Sanga-Sanga yakni Pertamina Hulu Sanga-Sanga telah mengajukan pengeboran 755 sumur baru. Blok Sanga-Sanga diproyeksikan memiliki 1,2 triliun kaki kubik/Tcf gas dan 84,3 juta barel minyak/MMbo. 

    Sementara itu, untuk pengembangan lapangan di Blok Sakakemang masih menunggu penerbitan sertifikasi cadangan terbukti 1 Tcf dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (Lemigas).

Repsol, sebagai operator Blok Sakakemang, baru saja mengajukan sertifikasi cadangan terbukti sebesar 1 Tcf dari potensi cadangan terbukti 2 Tcf. Penemuan cadangan gas sebesar 2 Tcf tersebut berasal dari sumur Kaliberau Dalam ZX. 

     Jika sertifikasi cadangan dari Lemigas sudah didapatkan maka Repsol bisa langsung mengembangkan Wilayah Kerjanya tersebut pada kuartal I/2020. Sementara itu, proses produksi dapat dimulai pada 2021.

Sebaliknya, saat ini rencana pengembangan lapangan Merakes telah disetujui oleh SKK Migas. Eni East Sepinggan Ltd, operator Blok East Sepinggan, menyatakan bahwa cadangan gas di Lapangan Merakes diperkirakan rnencapai 2 Tcf. 

Strategi pemerintah untuk mendorong pengembangan sejumlah wilayah kerja ini tidak lepas dari upaya menjaga risiko peningkatan defisit dalam APBN akibat target lifting migas yang beberapa tahun ini tidak tercapai. 

    Tidak cukup hanya itu, pemerintah juga berupaya memacu kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) migas yang memiliki sumur migas tua untuk menggunakan teknik Enhanced Oil Recovery (EOR). Penggunaan teknologi tinggi ini untuk menahan penurunan produksi alami dari sejumlah sumur.

KKKS migas yang menggunakan teknologi EOR akan mendapatkan insentif dari pemerintah, sehingga nilai keekonomian proyek dapat terjaga. Selain itu, pemerintah juga berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif agar investor migas yang masuk ke Indonesia bertambah. 

Sejumlah strategi yang diambil pemerintah untuk mendorong produksi migas nasional tersebut menjadi penting untuk dicapai, karena kebutuhan masyarakat terhadap sumber energi masih sangat besar. 

     Namun, seluruh upaya yang dilakukan oleh pemerintah tersebut tidak akan berhasil tanpa dukungan para pihak yang berkepentingan di industri migas. Inovasi baru dari investor yang digunakan untuk mengeksplorasi area potensial perlu untuk mencapai peningkatkan produksi migas nasional.

Bisnis Indonesia, Page-2, Monday, Jan 6, 2020.

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel