PT Pertamina (Persero) is targeting to participate in spending funds to work on the Rokan Block starting the third quarter of 2020. The reason is, until now, Pertamina is still discussing with PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) related to the participation in working on the Rokan Block during the transfer period.
the Rokan Block Chevron
Pertamina Upstream Director Dharmawan H Samsu said discussions with Chevron had stopped for two weeks at the end of last year. However, he will continue this discussion on Monday (6 / January).
The discussion progress has been fixed on Pertamina's participation in working on the Rokan Block this year. However, he admitted, Pertamina had not been able to get involved in investing in the Rokan Block in the first half of 2020. Because, it requires time to provide the goods needed for drilling, such as rigs and wellheads, as well as the crew who will carry out this activity.
"We need to make sure the rig is ready, prepare the crew, ensure that long lead items such as the wellhead are prepared. So drilling in the third quarter, "he said in Jakarta.
Dharmawan explained that the agreement relating to the transfer of management of the Rokan Block was very important for Pertamina. This is because, in order to carry out well drilling, there are a number of prerequisites that must be agreed by the two oil and gas companies. Pertamina also needs to maintain investment in the transition period so that oil and gas production from the Rokan Block does not drop dramatically.
"The reservoir will naturally come down. To counter this decline, we are drilling, in addition to efforts to maintain the well, maintain compression, "he said.
Regarding the number of wells to be drilled, his party has not confirmed it yet. However, he estimates that at least 20 new development wells will be drilled to maintain the level of oil and gas production and curb the rate of decline in natural production. The number of wells drilled can still change.
"There could be more [wells drilled], but we cannot determine more yet. This drilled 20 wells so that production did not go down, "Dharmawan explained.
If he becomes involved in investing in the Rokan Block, Dharmawan claims that he does not know whether the work plan and budget (WP & B) The Rokan Block must be revised. It will continue to discuss with the Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) related to this matter.
"SKK Migas is very supportive and conducive, all initiatives that maintain oil and gas production will definitely be supported," he said.
Previously, SKK Migas Head Dwi Soetjipto revealed that the Rokan Block oil production target in 2020 was set at only 161 thousand barrels per day (BPD). This target is down 15.26% from this year's production target of 190 thousand BPD.
Because Chevron reduced its operational activities following the end of the Rokan Block / PSC cooperation contract in 2021. The WP&B Block Rokan, he said, only included Chevron's planned activities, not Pertamina. He hopes that Pertamina can immediately participate in working on the Rokan Block.
"It is hoped that Pertamina can enter to conduct drilling, it is hoped that it can improve what is included in WP&B," Dwi said.
During its heyday in 1973, Rokan Block's oil production nearly touched 1 million BPD. However, oil and gas block production continues to fall over time. In 2011, the Rokan Block still produced around 356.98 thousand BPD of oil or contributed 39.56% of the total national oil production at that time 902.35 BPD.
However, referring to SKK Migas data, at the end of September 2019, the oil lifting of this block was only 192,193 BPD or 25.8% of the total national oil lifting of 744,700 BPD. The government has set Pertamina as the operator of the Rokan Block after the current contract will expire in 2021.
However, the Rokan Block PSC contract for the period after 2021, was just signed by Pertamina in May 2019. The transition process for the management of the Rokan Block has just taken place after the contract just signed.
Referring to this new contract, Pertamina has a definite work commitment (KKP) for the first five years in the Rokan Block worth the US $ 500 million or around Rp 7.2 trillion. Some of the activities to be funded by the CTF include an EOR study of US $ 4 million, drilling of 11 exploration wells of US $ 69.8 million, drilling of five Telisa wells of US $ 18.1 million, stage-1 CEOR 7 pattern of US $ 247 million, and stage-1 steam flood Kulin or Rantau Bais US $ 88.6 million.
IN INDONESIA
Kuartal III, Pertamina Targetkan Ikut Garap Blok Rokan
PT Pertamina (Persero) menargetkan dapat ikut serta mengeluarkan dana untuk menggarap Blok Rokan mulai kuartal ketiga 2020 ini. Pasalnya, hingga kini, Pertamina masih berdiskusi dengan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) terkait keikutsertaan menggarap Blok Rokan di masa alih kelola.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu menuturkan, diskusi dengan Chevron sempat berhenti selama dua pekan pada akhir tahun lalu. Namun, pihaknya akan melanjutkan diskusi ini pada Senin (6/January).
Progres diskusi telah fix pada keikutsertaan Pertamina menggarap Blok Rokan pada tahun ini. Meski demikian, diakuinya, Pertamina belum dapat ikut terlibat berinvestasi di Blok Rokan pada semester pertama 2020 ini.
Pasalnya, pihaknya membutuhkan waktu untuk menyediakan barang yang dibutuhan untuk pengeboran, seperti rig, dan kepala sumur, serta kru yang akan melaksanakan kegiatan ini.
“Kami perlu memastikan rig siap, menyiapkan kru, memastikan bahwa long lead item seperti well head disiapkan. Jadi pengeboran pada kuartal tiga,” kata dia di Jakarta.
Dharmawan menjelaskan, kesepakatan terkait masa alih kelola Blok rokan sangat penting bagi Pertamina. Hal ini lantaran agar dapat melaksanakan pengeboran sumur, terdapat beberapa prasyarat yang harus disepakati oleh kedua perusahaan migas. Pertamina juga perlu menjaga investasi di masa transisi agar produksi migas dari Blok Rokan tidak turun drastis.
“Reservoir itu akan secara alamiah turun. Untuk mengcounter penurunan ini, kami melakukan pengeboran, di samping upaya-upaya merawat sumur, menjaga kompresi,” ujarnya.
Terkait jumlah sumur yang akan dibor, pihaknya belum ada memastikannya. Namun, pihaknya memperkirakan setidaknya dibutuhkan pengeboran 20 sumur pengembangan baru untuk menjaga level produksi migas dan menahan laju penurunan produksi alamiahnya. Jumlah sumur yang dibor ini masih dapat berubah.
“Bisa lebih banyak lagi [sumur yang dibor], tetapi kami belum bisa menentukan lebih banyaknya. Ini mengebor 20 sumur agar produksi tidak turun,” jelas Dharmawan.
Jika jadi ikut terlibat berinvestasi di Blok Rokan, Dharmawan mengaku tidak mengetahui apakah rencana kerja dan belanja (work plan and budget/WP&B)
Blok Rokan harus direvisi. Pihaknya akan terus berdiskusi dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terkait hal ini.
“SKK Migas sangat suportif dan kondusif, semua inisiatif yang menjaga produksi migas pasti akan didukung,” tutur dia.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan, target produksi minyak Blok Rokan pada 2020 ini ditetapkan hanya 161 ribu barel per hari (bph). Target ini turun 15,26% dari target produksi tahun ini sebesar 190 ribu bph.
Pasalnya, Chevron mengurangi aktifitas operasinya menyusul berakhirnya kontrak kerja sama/PSC Blok Rokan pada 2021. WP&B Blok Rokan disebutnya hanya memasukkan rencana kegiatan Chevron, belum Pertamina. Pihaknya berharap Pertamina bisa segera ikut serta menggarap Blok Rokan.
“Diharapkan Pertamina bisa masuk untuk melakukan drilling, diharapkan bisa memperbaiki apa yang masuk dalam WP&B,” ujar Dwi.
Pada masa kejayaannya di 1973, produksi minyak Blok Rokan hampir menyentuh 1 juta bph. Namun, produksi blok migas ini terus turun seiring berjalannya waktu. Di 2011, Blok Rokan masih menghasilkan minyak sekitar 356,98 ribu bph atau berkontribusi 39,56% dari total produksi minyak nasional saat itu 902,35 bph.
Namun mengacu data SKK Migas, di akhir September 2019 lalu, lifting minyak blok ini hanya192.193 bph atau 25,8% dari total lifting minyak nasional 744.700 bph. Pemerintah telah menetapkan Pertamina sebagai operator Blok Rokan pasca kontrak yang saat ini berlaku akan berakhir pada 2021.
Namun, kontrak PSC Blok Rokan untuk periode setelah 2021, baru saja ditandatangani oleh Pertamina pada Mei tahun 2019. Proses transisi pengelolaan Blok Rokan baru saja berlangsung pasca kontrak baru ditandatangani.
Mengacu kontrak baru ini, Pertamina memiliki komitmen kerja pasti (KKP) untuk lima tahun pertama di Blok Rokan senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun. Beberapa kegiatan yang akan didanai dengan KKP ini yakni studi EOR senilai US$ 4 juta, pengeboran 11 sumur eksplorasi US$ 69,8 juta, pengeboran lima sumur Telisa US$ 18,1 juta, stage-1 CEOR 7 pattern US$ 247 juta, dan stage-1 steam flood Kulin atau Rantau Bais US$ 88,6 juta.
Investor Daily, Page-9, Saturday, Jan 4, 2020.
No comments:
Post a Comment