google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Pertamina speeds up the construction of the Tiung Biru Jambaran - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Tuesday, January 7, 2020

Pertamina speeds up the construction of the Tiung Biru Jambaran



Jambaran Tiung Biru (JTB) as Pertamina's national strategic infrastructure project is moving forward. The Unitization Gas Field development project will be an economic driver by responding to the need for gas supply for the industry. 

      The project, which is carried out by Pertamina's upstream subsidiary PT Pertamina EP Cepu (PEPC), has entered the Gas Processing Facility (GPF) construction period. Until the second quarter / 2019, the project has progressed 25% and is faster than the target. At present JTB has employed 2,000 workers with 70% local workforce.

PT Pertamina EP Cepu (PEPC)

"This project is very important and strategic to drive the national economy. PEPC continues to accelerate as Pertamina's commitment to optimize oil and gas production and reserves while increasing the welfare of the community in the operational area, "said Dharmawan H. Samsu, Upstream Director of Pertamina Natural gas is an alternative energy source and fossil fuels that are environmentally friendly and economical.

"With sufficient gas supply, the domestic industry will be able to operate more efficiently by up to 30%," he continued.

With a gas production capacity of 192 million cubic feet per day (MMSCFD) and 2.5 trillion cubic feet (TCF) reserves which will be channeled through the Gresik-Semarang gas pipeline, the JTB project will provide a multiplier effect in addressing the supply deficit for 19 industrial sectors in Central Java and East Java. 

     Not only does it have an impact on society and the future of the industry, PEPC has also succeeded in making capital expenditure efficiencies of US $ 509 million so that gas prices are cheaper and revenue for the state and contractor part increases.

The project, which is projected to be completed in the second quarter of 2021, will also contribute to increasing state revenues to US $ 3.61. Prudent planning management with efficient implementation made the JTB project successful in obtaining funding of US $ 1.85 billion from a consortium of 12 national and international financial institutions. 

    Dharmawan explained, "The success of project financing proves that PEPC uses world-class standards in managing Pertamina's upstream assets so that it is in good standing with international financial institutions."

Funding consists of 95% conventional and 5% sharia, which is a new achievement in the national oil and gas sector. In June, PEPC completed the financial close and first drawdown stages of creditors a month later. 

     Another success of PEPC is the technological change in the GPF unit so that the own use of gas as fuel (fuel gas) is reduced and results in an additional potential production of up to 20 MMSCFD, as well as an increase in oil and gas sales from 172 to 192 MMSCFD.

JTB is also projected to produce sulfuric acid up to 382 tons / day which supports the fulfillment of national needs while reducing imports. Sulfuric acid is needed by various industrial sectors, such as vehicle batteries, fertilizers, metal processing and clean water.

IN INDONESIA

Pertamina Kebut Pengerjaan Jambaran Tiung Biru


Jambaran Tiung Biru (ITB) sebagai proyek infrastruktur strategis nasional Pertamina melaju pasti. Proyek pengembangan Lapangan Gas Unitisasi ini akan menjadi penggerak penekonomian dengan menjawab kebutuhan pasokan gas bagi industri. 

     Proyek yang dikerjakan anak perusahaan hulu Pertamina PT Pertamina EP Cepu (PEPC) ini telah memasuki masa konstruksi Gas Processing Facility (GPF). Hingga kuartal II/2019, proyek telah mengalami kemajuan 25 % dan lebih cepat dari target. Saat ini JTB telah mempekerjakan 2.000 pekerja dengan 70% tenaga kerja lokal.

“Proyek ini amat penting dan strategis untuk menggerakkan perekonomian nasional. PEPC terus melakukan percepatan sebagai komitmen Pertamina mengoptimalkan produksi dan cadangan migas sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah operasi,” kata Dharmawan H. Samsu, Direktur Hulu Pertamina Gas alam merupakan sumber energi alternatif dan bahan bakar fosil yang ramah lingkungan dan ekonomis. 

"Dengan pasokan gas yang cukup, kelak industri dalam negeri dapat beroperasi lebih efisien hingga 3O%," lanjutnya.

Dengan kapasitas produksi gas sebesar 192 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan cadangan 2,5 triliun kaki kubik (TCF) yang akan dialirkan melalui pipa gas Gresik-Semarang, proyek JTB akan memberikan multiplier effeck dalam mengatasi defisit pasokan bagi 19 sektor industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

      Tidak hanya berdampak pada masyarakat dan masa depan industri, PEPC juga berhasil melakukan efisiensi belanja modal sebesar US$ 509 juta sehingga harga jual gas lebih murah serta penerimaan bagian negara dan kontraktor meningkat.

Proyek yang diproyeksikan selesai pada kuartal II/2021 itu juga berkontribusi meningkatkan pendapatan negara hingga US$ 3,61. Pengelolaan perencanaan yang prudent dengan pelaksanaan yang efisien membuat proyek JTB sukses memperoleh pendanaan US$ 1,85 miliar dari konsorsium 12 lembaga keuangan nasional dan internasional. 

     Dharmawan menjelaskan, “Keberhasilan project financing membuktikan PEPC menggunakan standar kelas dunia dalam mengelola aset hulu Pertamina sehingga bereputasi baik di mana institusi keuangan internasional.”

Pendanaan terdiri atas 95% konvensional dan 5% syariah, yang merupakan prestasi baru di sektor migas nasional. Pada Juni lalu, PEPC telah menuntaskan tahapan Financial close dan drawdown pertama dari kreditor sebulan setelahnya. 

     Keberhasilan lain PEPC adalah perubahan teknologi pada unit GPF sehingga own use penggunaan gas sebagai bahan bakar (fuel gas) berkurang dan menghasilkan potensi tambahan produksi hingga 20 MMSCFD, serta kenaikan penjualan migas dari 172 menjadi 192 MMSCFD.

JTB juga diproyeksikan memproduksi asam sulfat hingga 382 ton/hari yang mendukung pemenuhan kebutuhan nasional sekaligus pengurangan impor. Asam sulfat amat dibutuhkan beragam sektor industri, seperti baterai kendaraan, pupuk, pengolahan logam dan air bersih.

Bisnis Indonesia, Page-1, Thursday, Nov 14, 2019

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel