google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 PGN Increases Penetration of the LNG Market in China - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Wednesday, January 15, 2020

PGN Increases Penetration of the LNG Market in China



PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk plans to increase the market share of liquefied natural gas / LNG in China. This is because China's gas demand is recorded to be very large.

PT Perusahaan Gas Negara (PGN)

PGN's Director of Strategy and Business Development Syahrial Muktar said China's LNG needs are very large because of the country's government policy that encourages the use of gas to replace coal. Thus, China's gas demand is projected to continue to increase. This gas need will be met by imports.

"If China needs a lot. They import up to 50 metric tons, that can be up to 1,000 cargoes a year in total, "he said in Jakarta.



PGN starts selling its LNG to China next year. This follows PGN and Sinopec Corp having signed a gas sale and purchase agreement (PJBG). Under this agreement, PGN will supply six LNG cargoes to Sinopec starting in early January 2020. According to Syahrial, LNG sales to China have the potential to be extended. However, it will still negotiate with Sinopec first. However, China does need large amounts of gas, especially during winter.

"It still has the potential to add [sales], because, until the midterm of five years, they are very interested. They expressed their desire to [extend the contract], "he said.

In the meantime, PGN will export six cargoes of LNG to China. The LNG shipment will be carried out in January, February and March 2020. In the future, the company targets to sell LNG to other companies in China besides Sinopec. Thus, LNG sales to China can be significant.

"There are [besides Sinopec], I will convey later. It could be [up to dozens of cargo], "said Syahrial.

On the other hand, by starting to manage the LNG business from Oil and Gas Holding, PGN was also tasked with jointly finding LNG buyers from domestic production that were not purchased on the domestic market. One of them is gas production from the Bontang LNG Plant following the end of the LNG sales contract to a buyer in Japan (Western Buyer). According to Syahrial, the LNG sales negotiation is still ongoing. Unfortunately, he was reluctant to say who the prospective buyers.

"Later, the Western Buyer, we are with Pertamina, while the supply approach will be extended if needed," he said.

He also must discuss the sale of LNG with the government and SKK Migas. The same thing was expressed by Pertamina's Corporate Marketing Director Basuki Trikora Putra. Bontang LNG marketing after the expiration of the Western Buyer contract will be conducted with PGN. This is because Pertamina is still in a transition period to shift the LNG business to PGN. The Chinese market is considered very attractive to market its LNG portfolio.

"It's open for us to explore it [China's LNG market]," he said.

However, he emphasized that the sale of Bontang LNG was still being explored, including to other countries in East Asia. It also did not rule out the possibility of contract extension if agreed upon together.

Transition period

Basuki revealed Pertamina's LNG business would later be transferred to PGN. This includes the entire LNG supply portfolio owned by the company to be submitted to PGN, both domestically and abroad. Unfortunately, he did not specify when the transfer of the LNG business would be completely completed.

"In this transition period, we are still coordinating internally with PGN, to later be handed over [the LNG business]. So the language of transition is not yet cut off, "he said.

Previously, regarding the supply of LNG sold to China, Syahrial revealed that it was not always from domestic sources. PGN can also send LNG supplies from overseas sources. Therefore, business expansion abroad will not disrupt the domestic gas supply.

"PGN can help sell LNG portfolio owned by Pertamina and carry out PGN's role as a gas sub-holding," he said.

Based on Investor Daily's notes, Pertamina had previously signed three LNG import contracts. Pertamina has signed a PJBG with its subsidiary Cheniere Energy Inc., Corpus Christi Liquefaction Liability Company, to supply 0.76 million tons of LNG per year starting in 2019 for 20 years. Pertamina has also contracted with Cheniere Energy with the same volume but started in 2018 with a duration of 20 years.

Then, Pertamina has contracted with Woodside with a volume of around 0.6 million tons per year which can be increased to 1.1 million tons per year. Supply of 0.6 million tons per year began to be delivered in 2022-2034 and could be increased to 1.1 million tons per year in 2024-2038. The company also has a head of agreement (HoA) with ExxonMobil to supply 1 million tons per year for 20 years starting in 2025. Pertamina has also signed a PJBG with Mozambique LNG 1 Company Pte Ltd for 1 million tons per year.

In addition to China, PGN has previously submitted a Letter of Intent to Philippine entities to explore LNG commercialization cooperation in the Philippines. PGN has sent a Letter of Intent (LoI) and is now at the discussion stage to be finalized.

IN INDONESIA

PGN Tingkatkan Penetrasi Pasar LNG di Tiongkok


PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk berencana meningkatkan pangsa pasar gas alam cair/LNG di Tiongkok. Hal ini lantaran kebutuhan gas Tiongkok tercatat sangat besar.

Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Syahrial Muktar menuturkan, kebutuhan LNG Tiongkok sangat besar karena kebijakan pemerintah negara tersebut yang mendorong pemakaian gas menggantikan batu bara. Sehingga, kebutuhan gas Tiongkok diproyeksikan akan terus meningkat. Kebutuhan gas ini akan dipenuhi dengan impor.

“Kalau Tiongkok butuh banyak sekali. Mereka impor sampai 50 metrik ton, itu bisa sampai 1.000 kargo setahun totalnya,” kata dia di Jakarta.

PGN mulai menjual LNG miliknya ke Tiongkok pada tahun depan. Hal ini menyusul PGN dan Sinopec Corp telah menandatangani perjanjian jual beli gas (PJBG). Berdasarkan perjanjian ini, PGN akan memasok enam kargo LNG ke Sinopec mulai awal Januari 2020. Menurut Syahrial, penjualan LNG ke Tiongkok ini berpotensi diperpanjang. Namun, pihaknya masih akan negosiasi dengan Sinopec terlebih dahulu. Akan tetapi, Tiongkok memang membutuhkan gas dalam jumlah besar, apalagi ketika musim dingin.

“Masih berpotensi tambah [penjualan], karena sampai midterm lima tahun, mereka sangat berminat. Mereka menyatakan berkeinginan untuk itu [memperpanjang kontrak],” ujarnya.

Untuk sementara ini PGN akan mengekspor LNG sebanyak enam kargo ke Tiongkok. Pengapalan LNG ini akan dilakukan pada Januari, Februari, dan Maret 2020. Ke depannya, pihaknya menargetkan juga akan menjual LNG ke perusahaan lain di Tiongkok selain Sinopec. Sehingga, penjualan LNG ke Tiongkok bisa signifikan.

“Ada [selain Sinopec], nanti saya sampaikan. Bisa sekali [sampai puluhan kargo],” tutur Syahrial. 

Di sisi lain, dengan mulai mengelola bisnis LNG dari Holding Migas, PGN juga ditugaskan untuk bersama-sama mencari pembeli LNG dari produksi dalam negeri yang tidak dibeli di pasar domestik. Salah satunya produksi gas dari Kilang LNG Bontang menyusul akan berakhirnya kontrak penjualan LNG ke pembeli di Jepang (Western Buyer). Menurut Syahrial, negosiasi penjualan LNG ini masih berlangsung. Sayangnya, dia enggan menyebut siapa calon pembelinya. 

“Nanti yang Western Buyer, kami bersama dengan Pertamina, sedang approach suplai kalau memang butuh diperpanjang lagi,” ujarnya. 

Pihaknya juga harus membahas penjualan LNG ini dengan pemerintah dan SKK Migas. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Direktur Pemasaran Korporat Pertamina Basuki Trikora Putra. Pemasaran LNG Bontang pasca berakhirnya kontrak Western Buyer akan dilakukan bersama PGN. Hal ini lantaran Pertamina masih dalam masa transisi mengalihkan bisnis LNG ke PGN. Pasar Tiongkok dinilainya sangat menarik untuk memasarkan portofolio LNG yang dimiliki. 

“Terbuka-lah untuk kami jajaki itu [pasar LNG Tiongkok],” tuturnya. 

Namun, penjualan LNG Bontang ini ditegaskannya masih dalam penjajakan, termasuk ke negara lain di Asia Timur. Pihaknya juga tidak menutup kemungkinan adanya perpanjangan kontrak jika disepakati bersama.

Masa Transisi

Basuki mengungkapkan, nantinya bisnis LNG milik Pertamina akan dialihkan ke PGN. Hal ini termasuk seluruh portofolio pasokan LNG yang dimiliki perseroan akan diserahkan ke PGN, baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. Sayangnya, dia tidak merinci kapan pengalihan bisnis LNG rampung seluruhnya.

“Dalam masa transisi ini, kami masih berkoordinasi internal dengan PGN, untuk nanti diserah [bisnis LNG]. Jadi bahasanya masa transisi, belum cut off,” kata dia.

Sebelumnya, terkait pasokan LNG yang dijual ke Tiongkok, Syahrial mengungkapkan bahwa tidak selalu dari sumber dalam negeri. PGN juga dapat mengirimkan pasokan LNG ini dari sumber di luar negeri. Sehingga, ekspansi bisnis ke luar negeri ini tidak akan mengganggu pasokan gas di dalam negeri.

“PGN dapat membantu penjualan protofolio LNG yang dimiliki Pertamina dan menjalankan peran PGN sebagai sub holding gas,” ujarnya.

Berdasarkan catatan Investor Daily, Pertamina sebelumnya telah menandatangani tiga kontrak impor LNG. Pertamina telah menandatangani PJBG dengan anak usaha Cheniere Energy Inc yakni Corpus Christi Liquefaction Liability Company untuk memasok 0,76 juta ton per tahun LNG mulai 2019 selama 20 tahun. Pertamina juga sudah berkontrak dengan Cheniere Energy dengan volume yang sama namun dimulai pada 2018 dengan durasi 20 tahun. 

Kemudian, Pertamina telah berkontrak dengan Woodside dengan volume sekitar 0,6 juta ton per tahun yang bisa ditingkatkan menjadi 1,1 juta ton per tahun. Pasokan 0,6 juta ton per tahun mulai dikirim 2022-2034 dan bisa ditingkatkan menjadi 1,1 juta ton per tahun pada 2024-2038. 

    Perseroan juga memiliki kesepakatan (head of agreement/HoA) dengan ExxonMobil untuk pasokan sebanyak 1 juta ton per tahun selama 20 tahun mulai 2025. Pertamina juga telah menandatangani PJBG dengan Mozambique LNG 1 Company Pte Ltd sebesar 1 juta ton per tahun.

Selain Tiongkok, PGN sebelumnya telah menyampaikan Letter of Intent kepada entitas Filipina untuk menjajaki kerja sama komersialisasi LNG di Filipina. PGN telah mengirimkan Letter of Intent (LoI) dan kini pada tahap diskusi untuk dapat difinalisasi.

Investor Daily, Page-9, Monday, Dec 2,  2019

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel