Next year's Rokan Block oil production is targeted at only 161 thousand barrels per day (BPD), down 15.26% from this year's production target of 190 thousand BPD. The process of transfer of management to PT Pertamina (Persero) must be completed immediately so that the oil and gas block production can be higher.
Dwi Soetjipto
Head of the Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) Dwi Soetjipto said the Rokan Block oil production target will drop next year because of the production sharing contract / PSC block has run out in 2021. So the Rokan Block contractor, namely PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), reduces its operating activities.
the Rokan Block
"The Rokan oil production target of 161 thousand BPD is down because there is no activity. So we now encourage the transition to take place as quickly as possible, "he said during a visit to Bojonegoro.
He explained, the Rokan Block oil production target of 161 thousand BPD only counted Chevron's planned activities. Because, in the work plan and budget (work plan and budget / WP & B) Block Rokan, has not included the planned activities to be carried out by Pertamina in the transition period in 2020.
"It is hoped that Pertamina can enter to conduct drilling, it is hoped that it can improve what is included in WP&B," Dwi said.
Regarding the transfer of management of the Rokan Block, he said that Pertamina and Chevron were still having discussions. One of the problems that are driving up these negotiations is the question of economics. Both have their respective counts related to liabilities and benefits that exist in the next two years until the end of 2021. Dwi added, the negotiations between the two oil and gas companies were almost final.
"Pertamina plans to report this week, for the legal and valuation aspects," he said.
In the transition period, he hopes that Pertamina can increase investment in the Rokan Block. Thus, there is additional production potential from drilling activities carried out by the state-owned oil and gas company. But this still depends on the results of discussions between the two companies.
Dwi had revealed, Pertamina already has a plan related to what activities will be carried out in the Rokan Block next year. Not only that, the state-owned oil and gas company has also prepared funds. It also hopes that Pertamina can implement the advanced oil recovery (EOR) method that has been researched by Chevron.
Previously, Pertamina Upstream Director Dharmawan H Samsu had revealed, his side was ready to fund the drilling of wells in the Rokan Block next year. However, the realization of this activity depends on the agreement with Chevron. Regarding the number of wells to be drilled, he wants as much as possible, but this is influenced by the availability of the wellhead and valve they have.
During the heyday of Rokan Block in 1973, oil production was almost 1 million BPD. However, oil and gas block production continues to decline over time. In 2011, the Rokan Block still produced around 356.98 thousand BPD of oil or contributed 39.56% of the total national oil production at that time 902.35 BPD. However, referring to SKK Migas data, at the end of September 2019, the block oil lifting was only 192,193 BPD or 25.8% of the total national oil lifting of 744,700 BPD.
The government has appointed Pertamina as the operator of the Rokan Block after its existing contract expires in 2021 in July last year. However, the Rokan Block PSC contract for the period after 2021 was only signed by Pertamina in May 2020. The transition process for the management of the new Rokan Block is rolling after the new contract is signed.
IN INDONESIA
Produksi Blok Rokan Turun Menjadi 161 Ribu BPH
Produksi minyak Blok Rokan pada tahun depan ditargetkan hanya 161 ribu barel per hari (bph), turun 15,26% dari target produksi tahun ini sebesar 190 ribu bph. Proses alih kelola ke PT Pertamina (Persero) harus segera rampung agar produksi blok migas ini bisa lebih tinggi.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, target produksi minyak Blok Rokan turun di tahun depan lantaran production sharing contract/PSC blok tersebut habis di 2021. Sehingga kontraktor Blok Rokan, yakni PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), mengurangi aktifitas operasinya.
“Target produksi minyak Rokan 161 ribu bph, turun, karena tidak ada aktifitas. Maka kami sekarang mendorong transisi berlangsung secepat-cepatnya,” kata dia dalam kunjungan ke Bojonegoro.
Dia menjelaskan, target produksi minyak Blok Rokan 161 ribu bph hanya menghitung rencana kegiatan Chevron. Pasalnya, dalam rencana kerja dan anggaran (work plan and budget/WP&B) Blok Rokan, belum memasukkan rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh Pertamina di masa transisi pada tahun 2020.
“Diharapkan Pertamina bisa masuk untuk melakukan drilling, diharapkan bisa memperbaiki apa yang masuk dalam WP&B,” ujar Dwi.
Terkait alih kelola Blok Rokan, disebutnya bahwa Pertamina dan Chevron masih melakukan diskusi. Salah satu masalah yang mengganjak negosiasi ini yakni soal keekonomian. Keduanya memiliki hitungan masing-masing terkait liabilitas dan manfaat yang ada dalam dua tahun ke depan hingga akhir 2021. Dwi menambahkan, negosiasi kedua perusahaan migas itu hampir final.
“Pertamina berencana melaporkan pada minggu ini, untuk aspek legal dan aspek valuasi,” tuturnya.
Pada masa transisi, pihaknya berharap Pertamina bisa menambah investasi di Blok Rokan. Sehingga, ada tambahan potensi produksi dari aktifitas pengeboran yang dilakukan oleh perusahaan migas pelat merah itu. Namun hal ini masih tergantung hasil diskusi kedua perusahaan.
Dwi sempat mengungkapkan, Pertamina telah memiliki perencanaan terkait kegiatan apa saja yang akan dijalankan di Blok Rokan pada tahun depan. Tak hanya itu, perusahaan migas pelat merah itu juga telah menyiapkan dananya. Pihaknya juga berharap Pertamina dapat mengimplementasikan metode pengurasan minyak tahap lanjut (enhanced oil recovery/EOR) yang telah diriset Chevron.
Sebelumnya, Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu sempat mengungkapkan, pihaknya siap mendanai pengeboran sumur di Blok Rokan pada tahun depan. Namun, realisasi kegiatan ini tergantung pada kesepakatan dengan Chevron. Terkait jumlah sumur yang akan dibor, pihaknya ingin sebanyak-banyaknya, namun hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan well head dan valve yang dimiliki.
Blok Rokan pada masa kejayaannya di 1973, produksi minyaknya hampir mencapai 1 juta bph. Namun, produksi blok migas ini terus turun seiring waktu. Di 2011, Blok Rokan masih menghasilkan minyak sekitar 356,98 ribu bph atau berkontribusi 39,56% dari total produksi minyak nasional saat itu 902,35 bph. Namun mengacu data SKK Migas, di akhir September 2019 lalu, lifting minyak blok ini hanya 192.193 bph atau 25,8% dari total lifting minyak nasional 744.700 bph.
Pemerintah telah menetapkan Pertamina sebagai operator Blok Rokan pasca kontrak eksistingnya berakhir pada 2021 nanti pada Juli tahun lalu. Namun, kontrak PSC Blok Rokan untuk periode setelah 2021, baru ditandatangani oleh Pertamina pada Mei tahun 2020 ini. Proses transisi pengelolaan Blok Rokan baru bergulir pasca kontrak baru ditandatangani.
Investor Daily, Page-9, Saturday, Dec 21, 2019
No comments:
Post a Comment