google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 SKK Migas Ensures Oil and Gas Licensing for Only Three Days - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Monday, January 27, 2020

SKK Migas Ensures Oil and Gas Licensing for Only Three Days



The Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) accelerates and simplifies the upstream oil and gas licensing process to only three days to ensure all oil and gas projects are completed on time. This year, there are 12 oil and gas projects targeted to start operating.

Dwi Soetjipto

Head of SKK Migas Dwi Soetjipto said oil and gas exploration and exploitation activities require several licenses involving more than one agency. Therefore, with the active support of SKK Migas, he is optimistic that there will be no more constraints on licensing in the upstream oil and gas sector and licensing can be completed sooner. 


    The acceleration of this permit can be realized by the inauguration of the One Door Services Policy (ODSP).

"So that the licensing process can be accelerated from the usual 15 days to only three days," he said after inaugurating the ODSP.

Through ODSP, the entire service contract licensing contract (KKKS) licensing process is carried out in one door and the process is also faster. SKK Migas and KKKS jointly conduct research on the completeness of each licensing requirement from various agencies that exist today. 

    Even more than that, SKK Migas will help the KKKS to be able to fulfill the documents that are required for licensing and assist the licensing arrangements in the relevant agencies.

According to Dwi, with the delay in the completion of the upstream oil and gas project due to the ODSR due to the long and time-consuming process of licensing, this will not happen again. This is important considering that if the project is completed on time, the project costs will also not increase greater than agreed upon and implementation is more efficient.

"Because any delays in the upstream oil and gas project will lead to cost escalation. The impact on the government is that state revenue is delayed and not optimal, "he stressed.

He said the ODSP service completes the operation of the Integrated Operation Center (IOC) conducted by his party at the end of last year. He is optimistic that with these two improvements, the upstream oil and gas target this year can be achieved. Because the operation of the IOC and ODSP can overcome several obstacles, including in the field of licensing and data accuracy.

"We have enough time to make improvements if there are obstacles found during the implementation of the WP&B (work plan and budget). We have data to prevent negative events that could hamper upstream oil and gas operations this year, "Dwi explained.

Going forward, he hopes that ODSP services can provide a real and optimal contribution to improving the national oil and gas investment climate. Thus, Indonesia is able to compete with other countries in the region such as Malaysia, Thailand, and Vietnam, as well as other parts of the world, considering that upstream oil and gas investments are cross-border investments.

"This is the stage we want to build transformation, according to the government's vision and the direction of the Minister (ESDM Minister Arifin Tasrif), we must always improve investment in upstream oil and gas. One of them is to pursue the dream of 1 million BPD (barrels per day), "Dwi said.

Vice President Corporate Services of INPEX Masela Ltd. Nico Muhyiddin and ExxonMobil Indonesia's Vice President of Public and Government Affairs Azi N Alam appreciated SKK Migas's steps in implementing ODSP services. - each company.

Azi N Alam

"As we know licensing so far is something that can slow down the project. This step is very appropriate, we hope the problem will be dealt with quickly and appropriately. We hope that the implementation of this program runs well so that the target can be achieved properly, "said Nico.

12 Projects

Meanwhile, SKK Migas Deputy for Operations Julius Wiratno said there were 12 oil and gas projects planned to start operating this year. One of the biggest is the Merakes Project undertaken by ENI Indonesia.

"Merakes will be operational in the fourth quarter of this year," he said.



In the Merakes Field, ENI plans to drill six underwater wells and build an underwater pipeline system that will be connected to the floating production unit / FPU Jangkrik facility in the Muara Bakau Block.

The peak production of the Merakes Field is estimated to reach 60,305 barrels of oil equivalent per day (boepd barrels equivalent). In the first quarter, Julius continued, there were four projects targeted to operate. In particular, Bukit Tua Phase-3 with an estimated production of 31.5 million cubic feet per day / mmscfd by Petronas Carigali Ketapang II Ltd, Grati Pressure Lowering 30 mmscfd by Ophir Indonesia (Sampang) Pty Ltd, Buntal-5 45 mmscfd by Medco E&P Natuna Ltd, and the Sembakung Power Plant by PT Pertamina EP.


Furthermore, four projects will operate in the second quarter. In particular, the Scissor Randu Project with an estimated production of 3 mmscfd by PT Pertamina Hulu Energi Randu Scissors, a 15 mmscfd Betung Compressor by PT Pertamina EP Malacca Strait Phase-13,000 BPD by EMP Mallacca Strait, and Meliwis 20 mmscfd by Ophir Indonesia (Madura Offshore) Pty Ltd . 


     Finally in the third quarter of 2020 there were three oil and gas projects scheduled to operate. These three projects are the 2.4 mmscfd Beauty Project by PT Sele Raya Belida, the 150 mmscfd LP-MP Compressor by PT Pertamina EP and Peciko 8A 8 mmscfd by PT Pertamina Hulu Mahakam.

In 2020, national oil and gas lifting is set at 1.95 million boepd, up slightly from last year's 1.8 million boepd. Specifically, oil production rose to 755 thousand bpd from the realization of 746 thousand bpd, and gas to 1.19 million boepd from the realization of 1.06 million boepd.

IN INDONESIA

SKK Migas Pastikan Perizinan Migas Hanya Tiga Hari

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mempercepat dan mempermudah proses perizinan hulu migas menjadi hanya tiga hari untuk memastikan seluruh proyek migas selesai tepat waktu. Pada tahun ini, terdapat 12 proyek migas yang ditargetkan mulai beroperasi.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menuturkan, kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi migas membutuhkan beberapa perizinan yang melibatkan lebih dari satu instansi. Karenanya, dengan dukungan aktif SKK Migas, dia optimistis tidak akan ada lagi kendala perizinan di hulu migas dan perizinan bisa selesai lebih cepat. Percepatan perizinan ini dapat direalisasikan dengan diresmikannya One Door Services Policy (ODSP).

“Sehingga proses perizinan bisa dipercepat dari biasanya 15 hari menjadi hanya tiga hari,” kata dia usai meresmikan ODSP.

Melalui ODSP, seluruh layanan proses perizinan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dilaksanakan dalam satu pintu dan prosesnya juga lebih cepat. SKK Migas dan KKKS bersama-sama melakukan penelitian atas kelengkapan untuk setiap persyaratan perizinan dari berbagai instansi yang ada saat ini. Bahkan lebih dari itu, SKK Migas akan membantu KKKS untuk dapat memenuhi dokumen yang menjadi persyaratan perizinan serta mendampingi pengurusan perizinan di instansi terkait.  

Menurut Dwi, dengan adanya ODSR keterlambatan penyelesaian proyek hulu migas karena hambatan proses perizinan yang lama dan menghabiskan waktu, tidak akan terjadi lagi. Hal ini penting mengingat jika proyek selesai tepat waktu, maka biaya proyek juga tidak akan bertambah lebih besar dari yang telah disetujui dan pelaksanaan lebih efisien.

“Karena setiap keterlambatan proyek hulu migas akan menimbulkan ekskalasi biaya. Dampak bagi pemerintah adalah penerimaan negara tertunda dan tidak optimal,” tegas dia.

Layanan ODSP disebutnya melengkapi pengoperasian Integrated Operation Center (IOC) yang dilakukan pihaknya pada akhir tahun lalu. Dia optimis dengan dua perbaikan ini, target hulu migas pada tahun ini dapat tercapai. Pasalnya, beroperasinya IOC dan ODSP dapat menyelesaikan beberapa hambatan, antara lain di bidang perizinan dan akurasi data.

“Kami memiliki cukup waktu untuk melakukan perbaikan jika ada kendala yang ditemukan saat implementasi WP&B (work plan and budget/rencana kerja dan anggaran). Kami memiliki data untuk mencegah kejadian negatif yang dapat menghambat operasional hulu migas di tahun ini,” jelas Dwi.

Ke depannya, pihaknya berharap layanan ODSP dapat memberikan kontribusi yang nyata dan optimal untuk meningkatkan iklim investasi minyak dan gas nasional. Sehingga, Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara lain di kawasan seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam, maupun belahan dunia lainnya, mengingat investasi hulu minyak dan gas adalah investasi lintas negara.

“Ini tahapan kami ingin membangun transformasi, sesuai visi pemerintah dan arahan Pak Menteri (Menteri ESDM Arifin Tasrif) , kami harus selalu memperbaiki investasi di hulu migas. Salah satunya untuk mengejar mimpi 1 juta bph (barel per hari) ,” tutur Dwi.

Vice President Corporate Services INPEX Masela Ltd Nico Muhyiddin dan Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia Azi N Alam mengapresiasi langkah SKK Migas menerapkan layanan ODSP Kedua perusahaan ini sudah secara langsung merasakan manfaat ODSP ketika mengurus analisi dampak lingkungan (Amdal) proyek migas yang digarap masing-masing perusahaan.

“Seperti diketahui perizinan selama ini merupakan hal yang dapat memperlambat proyek. Langkah ini sangat tepat, harapan kami permasalahan akan ditangani dengan cepat dan tepat. Kami harapkan implementasi program ini berjalan dengan baik sehingga target yang dituju bisa dicapai dengan benar,” ujar Nico.

12 Proyek

Sementara itu, Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan, terdapat 12 proyek migas yang direncanakan mulai beroperasi pada tahun ini. Salah satu yang paling besar adalah Proyek Merakes yang dikerjakan ENI Indonesia.

“Merakes akan beroperasi pada kuartal keempat tahun ini,” ujarnya.

Di Lapangan Merakes, ENI rencananya akan mengebor enam sumur bawah laut serta membangun sistem pipa bawah laut yang akan terhubung dengan fasilitas floating production unit/FPU Jangkrik di Blok Muara Bakau. 

Puncak produksi Lapangan Merakes diperkirakan bisa mencapai 60.305 barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/ boepd). Pada kuartal pertama, Julius melanjutkan, terdapat empat proyek yang ditargetkan beroperasi. 

     Rincinya, Bukit Tua Phase-3 dengan estimasi produksi 31,5 juta kaki kubik per hari/ mmscfd oleh Petronas Carigali Ketapang II Ltd, Grati Pressure Lowering 30 mmscfd oleh Ophir Indonesia (Sampang) Pty Ltd, Buntal-5 45 mmscfd oleh Medco E&P Natuna Ltd, dan Sembakung Power Plant oleh PT Pertamina EP.

Selanjutnya, empat proyek akan beroperasi di kuartal kedua. Rincinya, Proyek Randu Gunting dengan perkiraan produksi 3 mmscfd oleh PT Pertamina Hulu Energi Randu Gunting, Kompresor Betung 15 mmscfd oleh PT Pertamina EP Malacca Strait Phase-13.000 bph oleh EMP Mallacca Strait, serta Meliwis 20 mmscfd oleh Ophir Indonesia (Madura Offshore) Pty Ltd. 

      Terakhir di kuartal ketiga 2020 terdapat tiga proyek migas yang dijadwalkan beroperasi. Ketiga proyek ini adalah Proyek Cantik 2,4 mmscfd oleh PT Sele Raya Belida, Kompresor LP-MP SKG-19 150 mmscfd oleh PT Pertamina ER serta Peciko 8A 8 mmscfd oleh PT Pertamina Hulu Mahakam.

Pada 2020, lifting migas nasional ditetapkan 1,95 juta boepd, naik sedikit dari realisasi tahun lalu 1,8 juta boepd. Rincinya, produksi minyak naik menjadi 755 ribu bph dari realisasi 746 ribu bph, serta gas menjadi 1,19 juta boepd dari realisasi 1,06 juta boepd.

Investor Daily, Page-9, Thursday, Jan 16, 2020

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel